Ali bin Al-Husein Zainal Abidin (Wafat 93 H)
Nama
sebenarnya adalah Ali bin al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, neneknya
adalah Fatimah az-zahra binti Rasulillah, terkadang ia disebut dengan
Nama Abu Husein atau Abu Muhammad, sedangkan nama panggilannya adalah
Zainal abidin dan As-Sajad, karena kebanyakan melakukan shalat dimalam
hari dan di siang hari.
Perjalanan hidupnya.
Diriwayatkan
bahwa Ia menerima beberapa orang tamu dari Irak, lalu membicarakan Abu
Bakar, Umar dan Utsman tentang sesuatu yang buruk terhadapnya, dan
ketika mereka selesai bicara, maka ia berkata,”Apakah
kalian termasuk kaum muhajirin yang didalam Alquran surat al-Hasyr: 8
yang menegaskan ‘Mereka yang diusir dari kampung halaman dan dipaksa
meninggalkan harta benda mereka, hanya karena mereka ingin memperoleh
karunia Allah dan keridhaan-Nya?”’ Mereka menjawab, ”Bukan…!”
”Apakah
kalian termasuk kaum Anshar yang dinyatakan dalam Alquran surat
al-Hasyr 97: ‘Mereka yang tinggal di Madinah dan telah beriman kepada
Allah sebelum kedatangan kaum Muhajirin. Mereka itu mencintai dan
bersikap kasih sayang kepada orang-orang yang datang berhijrah kepada
mereka, dan mereka tidak mempunyai pamrih apa pun dalam memberikan
bantuan kepada kaum Muhajirin. Bahkan mereka lebih mengutamakan
orang-orang yang hijrah daripada diri mereka sendiri, kendatipun mereka
berada dalam kesusahan?”’ ”Bukan…!”
Kalau
begitu berati kalian menolak untuk tidak termasuk ke dalam salah satu
dari kedua golongan tersebut. Selanjutnya ia berkata” Aku bersaksi bahwa
kalian bukanlah orang yang dimaksud dalam firman allah, “”Ya Tuhan
kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (Qs. Al Hasyr:10). Maka keluarlah kalian dari rumahku, niscaya Allah murka kepada kalian”.
Ali
bin al Husein Zainal ‘Abidin dianggap sebagai ulama yang paling masyur
di Madinah dan pemimpin ulama tabi’in di sana. Hal ini keterangan yang
diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah, dan yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
Kurang
lebih 30 tahun Zainal Abidin bergiat mengajar berbagai cabang ilmu
agama Islam di Masjid Nabawi di Madinah. Sikap tidak berpihak pada
kelompok mana pun tersebut mengundang simpati dari semua kelompok yang
bertikai. Zainal Abidin disegani oleh segenap kaum Muslimin baik kawan
maupun lawan.
Pada
zamannya, Zainal Abidin diakui masyarakat Muslimin sebagai ulama puncak
dan kharismatik. Ia sangat dihormati, disegani, dan diindahkan
nasihat-nasihatnya. Kenyataan itu tidak hanya karena kedalaman ilmu
pengetahuan agamanya, tidak pula karena satu-satunya pria keturunan
Rasulullah, tetapi juga karena kemuliaan akhlak dan ketinggian budi
pekertinya.
Salah seorang Putera ‘Amar bin Yasir meriwayatkan bahwa:
pada suatu hari Ali bin Husein kedatangan suatu kaum, lalu beliau
menyuruh pembantunya untuk membuatkan daging panggang, Kemudian pembantu
itu dengan terburu buru sehingga besi untuk membakar daging terjatuh
mengenai kepala anak Alin bin usein yang masih kecil sehingga anak
tersebut meninggal. Maka Ali berkata kepada pembantunya,’ kamu
kepanasan, sehingga besi itu jatuh’. Setelah itu beliau sendiri
mempersiapkan untuk memakamkan anaknya.”. Menunjukan kesabaran dan
kepasrahan beliau, dimana seorang pembantu telah menyebabkan kematian
anaknya. sehingga ia membalas kejelekan dengan suatu kebaikan.
Sebuah
keterangan yang diriwayatkan oleh Hisyam bin Abdul Malik ketika ia
sedang menunaikan ibadah haji sebelum diangkat menjadi Khalifah, ia
berusaha untuk mencium hajar aswad tetapi ia tidak mampu melakukannya,
kemudian datang Ali bin Husein hendak mencium hajar aswad juga sehingga
orang orang disekitarnya menyingkir dan berhenti lalu beliau menciumnya.
Kemudian orang orang bertanya kepada Hisyam siapa orang itu?, dia
menjawab aku tidak mengenalnya. Maka seseorang berkata” Aku mengenalnya,
dia adalah Ali bin al Husein.
Para
ulama sepakat bahwa Ali bin al Husein ini anak paling kecil dari Husein
yang selamat, sedangkan kakak kakaknya dan kedua orang tuanya terbunuh
sebagai syuhada. Zainal Abidin kecil selamat dari pembunuhan keluarga
Rasulullah, ketika itu ia sedang terlentang diatas tempat tidur karena
sakit, sehingga keadaanya luput dari pembunuhan, saat itu usianya 23
tahun. Allah melindungi dan menyelamatkannya.
Ia
wafat pada tahun 74 H di Madinah dalam usia 58 tahun dan dimakamkan di
Baqi. Riwayat lain dikatakan ia wafat pada tahun 93 H dalam usia 57
tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar