Satu-satunya cara terbaik memperbaiki ummat
yaitu dengan cara mengenalkan agama kepada mereka dan memperbaiki keimanan
mereka. Hanya dengan keimanan yang benar kepada Allah dan pengamalan agama yang
sempurna maka kehidupan manusia akan terperbaiki. Namun Agama tidak mungkin bisa
diamalkan secara sempurna tanpa keimanan yang benar. Dan untuk memperbaiki
keimanan ini yang sifatnya Ghaib hanya bisa menggunakan methode Rasullullah SAW
yang caranya langsung diajarkan oleh Allah Ta’ala.
Imam Malik Rah.A berkata :
“Tidak ada cara yang terbaik dalam memperbaiki
Ummat saat ini selain cara yang digunakan Rasullullah SAW pada kurun waktu awal
Islam”
Bagaimana Nabi SAW memperbaiki umat yaitu
dengan cara berdakwah, mengenalkan agama kepada manusia. Hanya dengan adanya
dakwah, umat dapat mengenal siapa Allah dan manfaat daripada agamanya. Asbab
adanya kerja dakwah ini maka Madinah yang tadinya kota penuh kemaksiatan menjadi
kota pusat peradaban Islam. Sehingga Madinah mendapatkan gelar Al Munawarah,
tempat terpancarnya cahaya. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa menciptakan
kehidupan seperti di madinah, atau bangsa yang Madani ( Bangsa Madinah ) yang
kita idam-idamkan. Cara pertama adalah dengan mengirimkan rombongan dan menerima
rombongan seperti yang dilakukan Nabi SAW di mesjid Nabawi. Ini perlu dilakukan
agar ummat bisa mendapat tarbiyah yang sama seperti sahabat ketika pergi di
jalan Allah dan belajar kepada Nabi SAW di Mesjid Nabawi. Apa targetnya ketika
kita keluar di jalan Allah :
Target Kedalam :
- Bagaimana dalam diri kita dapat terbentuk Sifat dan Qualitas Sahabat
- Bagaimana Amal Agama ini dapat sempurna kita kerjakan
- Bagaimana Fikir dan Risau Nabi SAW, Kecintaan dan Kesedihan Nabi SAW, Maksud Hidup Nabi SAW, Kerja Nabi SAW menjadi bagian dari kita juga.
- Tazkiyatun Nafs, Tazkiyatun Amal, Tazkiyatun Iman.
Target Keluar :
- Membentuk Syukbah ( Persahabatan dan Pertemanan à Ukhwah Islamiyah )
- Membentuk Biyah ( Suasana Amal / Maqomi : Dakwah, Taklim, Dzikir, Khidmat )
- Mengeluarkan Rombongan Fissabillillah ( Menyiapkan Ummat untuk terlibat dalam Dakwah )
Jika kerja dakwah ini dikerjakan dengan
maksimal, maka hasil dari kerja dakwah ini adalah :
§ Dakwah ↑ – Iman ↑ – Amal ↑ – Ilmu ↑ –
Akhlaq ↑ – Maksiat ↓ – Ukhwah ↑ – Perpecahan ↓ :
Ketika Agama akan wujud, keberkahan akan turun
dari langit dan dari bumi, ekonomi akan membaik, orang akan lebih memilih hidup
sederhana, sehingga harga barang akan turun, import akan berkurang, mata uang
akan menguat, harga akan stabil, inflasi dapat ditekan. Ketika ini kondisi umat
akan membaik, yang bathil akan lenyap, keamanan dan ketentraman akan wujud,
kebaikan akan meningkat, doa akan di dengar, pertolongan Allah akan turun, dan
kejayaan umat islam akan kembali.
§ Dakwah ↓ – Iman ↓ – Amal ↓ – Ilmu ↓ – Akhlaq
↓ – Maksiat ↑ – Ukhwah ↓ – Perpecahan ↑ :
Ketika ini Agama akan hancur, keberkahan akan
Allah cabut, kondisi umat akan memburuk, orang banyak maunya, permintaan akan
barang meningkat, sehingga harga-harga akan naik, ekonomi akan berantakan, gap
antara yang kaya dan yang miskin akan sangat mencolok, korupsi dimana-mana,
kejahatan merajalela, kerusakan dimana-mana. Kita akan lihat orang akan
berbondong-bondong keluar dari islam, maksiat akan tersebar, yang bathil akan
masuk, manusia mulai merusak, keamanan dan ketentraman akan hilang, doa tidak
akan didengar, pertolongan Allah tidak akan datang, yang turun adalah adzab dari
Allah, dan islam akan dihinakan dimana-mana. Ketika ini maka Allah akan
datangkan berbagai macam bencana dan musibah kepada ummat manusia.
Jika Dakwah yang Haq ditegakkan maka
kebaikan-kebaikan akan datang dan Maksiat akan lenyap. Tetapi jika Dakwah yang
Haq tidak ditegakkan, maka Dakwah yang Bathil akan masuk dan Maksiat akan
merajalela. Apa itu Dakwah yang bathil yaitu segala bentuk usaha yang mengajak
manusia untuk bermaksiat kepada Allah dari iklan TV, cara berniaga,
tempat-tempat hiburan, perjudian, fashion show, club-club malam untuk
bermabuk-mabukan dan perzinaan. Hari ini mengapa kejahatan gampang tersebar,
bahkan semakin hari semakin canggih kejahatannya. Kejahatan makin maju padahal
tidak ada sekolahnya untuk ilmu dan sistem kejahatan. Ini karena tidak perlu
sekolah untuk jadi orang jahat, cukup berkumpul dan bertemu dengan pencuri maka
kita akan mendapatkan keahlian mencurinya, begitu juga dengan pemabuk, penjudi,
dan lain-lain. Padahal kalau kita perhatikan sekolah umum yang mengajarkan ilmu
agama banyak, sarjana agama banyak, pesantren dan madrasah pendidikan agama ada
dimana-mana, tetapi mengapa kini yang namanya kebaikan tidak tersebar ?
Jawabannya adalah ini dikarenakan para Ahlul Kebaikan tidak menyebar, atau tidak
adanya pergerakan orang-orang baik yang menyebarkan kebaikan. Sedangkan hari in
yang bergerak adalah kejahatan dan para ahlul maksiat. Mereka bergerak, menyebar
ke mana-mana, dan ketika bertemu saling mengajarkan sehingga tercipta suasana
kejahatan diantara mereka. Jadi asbab adanya pertemuan dan pergerakan bisa
membuat kejahatan makin tersebar dan semakin maju. Cukup dengan pergerakan saja,
tidak perlu ada promosi dengan kata-kata, maka sesuatu itu dapat mudah tersebar.
Seperti cara berpakaian group musik rock yang terkenal misalnya. Mereka para the
rocker ini tidak banyak bicara, tetapi hanya bergerak bertemu orang, tau-tau
yang lain sudah mengikuti gaya dan penampilan mereka. Begitu juga dengan
kebaikan, mengapa kebaikan tidak tersebar, ini karena para ahli kebaikan, para
ahli agama tidak bergerak. Mereka hanya duduk-duduk saja di tempatnya. Maka jika
keadaannya seperti ini, bisa dipastikan kebaikan tidak akan tersebar dan tidak
akan meningkat. Mungkin akan datang suatu masa dimana kebaikan akan hilang dan
kebathilan akan tersebar dimana-mana jika para ahlul agama dan ahlul kebaikan
tidak mau bergerak menyebarkan yang haq. Dengan keluar di jalan Allah menyebar
ke permukaan bumi memberi contoh yang baik dan mengajak orang kepada Allah maka
kita sudah menyebarkan kebaikan dan menegakkan yang Haq.
Jadi untuk dapat menyelesaikan masalah ummat
itu mudah saja, tidak usah banyak teori, cukup dalam sunnah saja, kehidupan
sahabat sudah dapat menyelesaikan masalah semuanya. Caranya yaitu ummat islam
kembali pada kerja dakwah ini dan keluar di jalan Allah, berganti-ganti atau
bergiliran. Nanti Allah Ta’ala akan selesaikan semua masalah. Ummat islam dan
amal islam akan menjadi kuat. Ummat islam ini di ibaratkan oleh ulama adalah
seperti air. Air ini jika ia mengalir atau bergerak maka air ini adalah suci dan
mensucikan. Jika aliran sungai ini melewati kotoran-kotoran dipinggiran sungai,
maka pinggiran sungaipun akan terbersihkan dari kotoran. Tetapi jika air ini
tidak bergerak seperti air yang ada dikubangan, maka air yang seperti ini akan
membawa banyak masalah, seperti menjadi tempat najis, banyak kotoran, sarang
penyakit, tidak bersih, tidak sehat, dan tidak bisa mensucikan. Semua kotoran
menumpuk di air kubangan, atau di air yang tidak bergerak, berbeda dengan air
yang bergerak atau mengalir. Jadi kalau ummat islam ini tidak bergerak, maka
masalah akan banyak timbul dan ummat akan menjadi sarang kotoran sebagaimana
air yang tidak bergerak yaitu menjadi air yang membawa masalah. Selama Ummat
Islam dalam keadaan bergerak, berdakwah fissabillillah, maka Allah akan
selesaikan semua masalah. Allah akan tolong ummat ini dan Allah akan ciutkan
hati orang kafir terhadap ummat islam. Dan Allah akan bersihkan kotoran-kotoran
yang ada dalam hati ummat islam. Atas perkara inilah kita perlu membawa ummat
ini untuk bergerak, pergi dijalan Allah untuk berdakwah. Inilah pergerakan
memperbaiki ummat dalam Dakwah dan Tabligh, yaitu dengan mengirimkan rombongan
dakwah pergi bergerak dijalan Allah dan memakmurkan mesjid Allah dengan
amal-amal agama.
Dakwah membentuk Syukbah ( Persahabatan ) dan
Biyah ( Suasana Amal )
Nabi SAW menyatukan ummat ini dengan kerja
dakwah. Sehingga timbul diantara mereka rasa sepenanggungan dan seperjuangan.
Inilah yang terjadi antara kaum muhajjirin dan anshor di madinah. Inilah rasa
yang dimiliki antara Nabi SAW dan para sahabatnnya RA yaitu perasaan syukbah,
rasa persahabatan dan sepenanggungan dengan Nabi SAW. Lalu Biyah akan datang
dengan membentuk suasana amal seperti di mesjid Nabawi. Sehingga ketika suasana
amal ini wujud di mesjid Nabawi bisa membuat seorang kafir masuk ke mesjid
nabawi keluar-keluar sudah menjadi orang beriman.
Lalu bagaimana caranya membentuk Syukbah dan
Biyah ini dikalangan umat ?
- Mengirimkan rombongan-rombongan dakwah untuk pergi di jalan Allahmembentuk syukbah diantara jemaah dan mesjid yang didatangi
- Menerima rombongan-rombongan dakwah dan para pelajar di mesjid-mesjid kitamembuat suasana amal atau Biyah dengan program-program agama
Inilah yang dilakukan Nabi SAW dalam
mengenalkan agama yaitu dengan mengirimkan rombongan dakwah dan menerima
rombongan atau orang-orang yang mau belajar di mesjid Nabawi. Sehingga terbentuk
suasana syukbah, persahabatan antara Nabi SAW dan para sahabatnya. Dan terbentuk
pula suasana amal, biyah, dari orang-orang yang mau belajar kepada Nabi SAW. Di
jaman Nabi SAW sampai ke jaman Khulafaur Rasyidin jika orang masuk ke mesjid
Nabawi maka akan terlihat halaqoh-halaqoh pembicaraan Iman dan pengajaran agama.
Sehingga suasana ini di mesjid Nabawi mampu memberikan kesan kepada orang-orang
yang tidak mengenal agama. Sehingga ketika itu kita lihat banyak orang kafir
masuk islam karena terkesan dengan suasana amal dan suasana persahabatan yang
dibuat Nabi SAW di mesjid Nabawi.
Ketika syukbah dan Biyah sudah terbentuk, maka
ketika itu akan terlihat orang-orang berbondong-bondong masuk kedalam Islam.
Inilah cara Islam mengenalkan agama yaitu dengan dakwah sehingga terbentuk yang
namanya syukbah dan Biyah di kehidupan umat. Masalahnya mengenalkan agama dan
mengamalkan agama adalah dua hal yang berbeda. Agar umat dapat mengamalkan agama
diperlukan keimanan yang kuat. Sedangkan Iman ini akan kuat jika ada Hidayah
dari Allah. Hidayah akan datang jika ada pengorbanan dari orang tersebut untuk
membuat usaha atas Iman atau Hidayah. Inilah yang dilakukan Nabi SAW dalam
mendidik sahabat untuk mendapatkan yang namanya Iman, yaitu membuat usaha atas
hidayah Allah.
Hari ini mengapa umat tidak bisa mengamalkan
agama secara sempurna ini dikarenakan umat tidak di bawa kepada pengorbanan
untuk agama seperti sahabat RA. Melalui pengorbanan akan datang kesadaran dalam
beramal dan rasa tanggung jawab terhadap agama. Nabi SAW mendidik sahabat untuk
mendapatkan Iman dengan cara membawa mereka kepada pengorbanan untuk agama.
Hanya dengan melalui pengorbanan untuk agama maka keimanan akan datang. Seperti
Bilal RA ketika disiksa oleh Abu Jahal agar Bilal mau murtad dari islam. Bilal
disiksa dipadang pasir yang panas terpanggang oleh panasnya padang pasir,
tubuhnya ditiban batu besar yang melebihi bobot badannya saat itu, tetapi siapa
yang di ingat oleh Bilal ketika itu ? “Ahad…Ahad”, yaitu Allah yang diingatnya,
bukannya Abu Jahal yang menyiksanya ketika itu. Waktu bilal menyebut
“Ahad..ahad..” ketika itulah Iman telah masuk. Mengingat Allah dalam keadaan
susah dan bersabar atasnya inilah yang dapat mendatangkan Iman. Lalu bagaimana
nasehat atau respon Nabi SAW ketika tahu Bilal RA di siksa ? Nabi SAW menasehati
Bilal RA untuk bersabar karena dibalik kesabaran dalam mujahaddah atas agama
tersimpan rahasia-rahasia Allah berupa kefahaman agama dan kekuatan Iman. Ketika
Bilal ditanya oleh seseorang kapan masa yang paling bahagia di dalam
kehidupannya, Bilal menjawab yaitu ketika Abu Jahal menyiksanya dipadang pasir
ketika itu. Saat itulah masa yang paling bahagia bagi Bilal karena saat itulah
dia dapat merasakan manisnya Iman. Bilal RA dapat merasakan manisnya Iman dan
kebahagiaan dalam beragama yaitu ketika dia berkorban untuk agama. Begitu juga
dengan yang dirasakan oleh sahabat-sahabat RA lainnya ketika mereka merasakan
manisnya Iman melalui pengorbanan untuk agama.
Iman ini adalah bukan suatu benda yang dapat
disentuh, atau dilihat oleh mata, atau dibeli oleh uang, tetapi keimanan ini
adalah pemberian dari Allah. Allah berikan yang namanya Iman ini karena adanya
keinginan dan usaha seseorang atas Hidayah atau Keimanan. Iman inilah yang
memberikan kekuatan pada seseorang untuk dapat mengamalkan agama secara
sempurna. Iman ini adalah seperti ruh pada jasad, ruh ini tidak nampak, tetapi
mampu menghidupkan jasad manusia untuk bergerak. Dan Iman ini akan datang
melalui pengorbanan seseorang atas Iman. Melalui pengorbanan inilah Nabi SAW
mendidik sahabat agar datang kepada mereka keimanan yang sempurna untuk dapat
menerima dan mentaati seluruh perintah-perintah Allah. Pendidikan Keimanan yang
diberikan oleh Nabi SAW kepada sahabat ini berlangsung selama 13 tahun sebelum
perintah sholat turun. Hari ini mengapa orang susah sholat, ini dikarenakan
belum adanya kesiapan atas keimanan mereka untuk menerima perintah-perintah
Allah.
Kesempurnaan keimanan sahabat mampu membawa
mereka ketingkat keyakinan bahwa ada harta tidak ada harta tidak ada masalah.
Hari ini ummat karena kekurangan harta maka mereka berlaku anarkis, merusak,
bahkan menjadi liar melebihi liarnya binatang. Beda dengan jaman sahabat, mereka
mampu berkeyakinan bahwa harta yang mereka miliki tidak dapat memberikan manfaat
dan mudharat tanpa seizin Allah. Sehingga orang seperti Abu Bakar RA mampu
menyerahkan seluruh hartanya uintuk agama. Nabi SAW rumahnya sangat kecil,
sangking kecilnya ketika hendak sholat saja harus menyingkirkan kaki Aisyah
R.ha. Pernah dapur nabi tidak mengepul asap selama 2 bulan berarti selama itu
dirumah Nabi SAW kekasih Allah tidak terdapat makanan. Pakaiannya hanya 2 helai
saja dan makannnya dari roti gandum yang kasar yang untuk merngunyahnya saja
harus menggunakan minyak samin agar lunak. Tetapi Nabi SAW tidak pernah
mengeluh, bahkan setiap pulang selalu mengucapkan, “Bayyiti Jannati..” yaitu
rumahku surgaku. Begitu juga ketika Allah menawarkan Nabi SAW untuk menjadi Nabi
yang kaya tetapi beliau SAW menolaknya dan lebih memilih amalan sehari lapar dan
sehari kenyang karena ketika lapar bisa bersabar dan ketika kenyang bisa
bersyukur. Inilah yang diajarkan Nabi SAW kepada umatnya yaitu mencari
kebahagiaan dan kenikmatan dengan amal bukan kebendaan. Nabi SAW faham dibalik
amal ini ada pertolongan Allah untuk segala masalah.
Pertanyaannya sekarang adalah : “apakah itu
mungkin mencari kenikmatan dan ketenangan hidup lewat amal walaupun keadaan kita
susah ?” jawabnya mungkin dan bisa karena memang sudah ada buktinya dan
contohnya yaitu Nabi SAW dan para Sahabat RA. Ini dikarenakan tingkat keimanan
pada level tertentu mampu mendatangkan kenikmatan walaupun dalam keadaan susah.
Inilah yang didakwahkan oleh para Nabi AS, Sahabat RA, Tabi’in, dan para ulama
yaitu bagaimana umat bisa sampai pada derajat Iman yang sudah tidak terkesan
pada keadaan baik miskin atau kaya, menang atau kalah, sehat atau sakit. Bagi
orang yang sudah sampai pada derajat keimanan seperti itu, mereka hanya terkesan
pada perintah Allah saja. Apa perintah Allah pada diri mereka pada saat itu,
inilah yang menjadi prioritas orang-orang yang sudah sampai pada kesempurnaan
Iman.
Jika keimanan sudah wujud dalam kehidupan
umat, maka kehidupan umat akan sendirinya terperbaiki seperti kehidupan sahabat
yang tadinya jahil menjadi kehidupan yang mulia. Bahkan Sahabat yang tadinya
jahil asbab keimanan mereka maka kehidupan mereka menjadi percontohan ummat dan
menjadi pusat peradaban manusia sedunia. Jika Iman sudah wujud dalam diri ummat,
maka yang namanya tingkat kejahatan akan menurun, kehidupan sosial manusia akan
membaik, ekonomi akan membaik, dan lain-lain. Ini semua asbab adanya perbaikan
keimanan. Jika Iman baik, maka amal akan meningkat, akhlaq manusia akan membaik,
perbuatan maksiat dari mencuri, berzina, mabuk-mabukan, penganiayaan, kerusakan
akan berkurang. Suasana inilah yang perlu kita semua wujudkan, dengan Iman yang
benar, manusia akan terhindar dari prilaku anarkis dan vandalisme. Langkah
pertama untuk mendatangkan keimanan ini adalah dengan mengorbankan sedikit harta
dan waktu kita untuk Khuruj Fissabillillah, pergi di jalan Allah, semampu
kita.
Allah berfirman :
“ Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada
kebaikan (Iman) yang sempurna, sebelum kamu menginfakkan (korbankan) sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan sesungguhnya Allah Maha
mengetahuinya ” ( 3 : 92 ).
Rasullullah SAW bersabda mahfum :
“Tidak sempurna Iman kamu sebelum engkau
mencintai aku melebihi perkara-perkara yang kamu cinta dari anak kamu, istri
kamu, harta kamu, perdagangan kamu, kedua orang tuamu, bahkan dirimu sendiri.”
(Al Hadits )
Wallahu'alam bishowab
Wallahu'alam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar