Setelah Nabi SAW wafat ketika itu terjadi 
goncangan hebat didalam ummat islam. Banyak masalah bermunculan yang harus 
dihadapi ummat islam ketika itu :
- Orang murtad dimana-mana
 - Orang islam tidak mau membayar zakat
 - Nabi-nabi palsu bermunculan
 - Musuh Islam di luar madinah sudah siap menyerang ummat islam.
 
Ketika itu kira-kira 1 minggu, 7 hari saja, 
sahabat-sahabat di kota Madinah semuanya buntu, tidak mempunyai jalan keluar 
atau solusi. Orang-orang di madinah hanya memikirkan bagaimana nasib orang-orang 
islam dan siapa yang akan menggantikan Nabi SAW, ini saja kesibukan sahabat 
selama seminggu. Asbab kefakuman sahabat ini, tidak ada fikir untuk agama, maka 
tidak ada lagi yang keluar di jalan Allah, semua rombongan tertunda. Akibatnya 
ketika itu karena tidak ada fikir agama adalah 100.000 orang islam menjadi 
murtad. Satu minggu saja sahabat ini vakum dari dakwah, dari keluar di jalan 
Allah, walaupun di jaman itu hidup ulama-ulama besar dan sahabat-sahabat yang 
besar dan kuat, 100.000 orang murtad dari islam. Lalu Nabi palsu bermunculan, 
dan tentara Romawi sudah sampai di perbatasan siap masuk ke madinah untuk 
menghancurkan ummat islam.
Setelah Abu Bakar RA dilantik menjadi 
khalifah, bagaimana cara Abu Bakar RA menyelesaikan  masalah ini. Keputusan 
pertama yang dibuat Abu Bakar RA adalah segara mengirimkan rombongan yang 
tertunda pergi di jalan Allah, yaitu yang telah dibentuk oleh Nabi SAW sebelum 
beliau SAW wafat. Abu Bakar RA memutuskan untuk mengirim seluruh orang beriman 
yang laki-laki untuk keluar di jalan Allah semuanya. Para sahabat bingung dengan 
keputusan Abu Bakar RA. Mereka memikirkan jika semua laki-laki keluar dijalan 
Allah, maka siapa yang akan menjaga madinah dari musuh, siapa yang akan menjaga 
ummul mukminin dan keluarga Nabi SAW. Maka Abu Bakar RA dengan suara lantang 
berkata, “Kalian tetap keluar di jalan Allah, nanti Allah yang akan menjaga 
semuanya.” Ketika itu yang orang-orang fikirkan adalah keselamatan orang-orang 
islamnya, padahal yang harus dirisaukan adalah bagaimana menyelamatkan agamanya 
terlebih dahulu. Inilah yang difikirkan Abu Bakar RA. Inilah perbedaan fikir 
yang mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat yang 
lain. Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi 
pelajaran bagi kita semuanya.
Ketika itu Abu Bakar RA yakin sepenuhnya jika 
kita menolong agamaNya, maka Allah pasti akan menolong mereka. Jika kita keluar 
di jalan Allah untuk melaksanakan perintah Allah, maka pasti Allah akan tolong 
kita. Jadi keputusan Abu Bakar ini untuk mengeluarkan seluruh laki-laki ke luar 
madinah di jalan Allah ini sungguh tidak masuk diakal bagi sahabat yang lainnya. 
Apalagi ketika itu hewan-hewan buas bisa masuk kapan saja memangsa wanita dan 
anak-anak di Madinah, jika semua laki-lakinya keluar dari Madinah. Secara logika 
laki-laki yang ada seharusnya dibagi menjadi dua yaitu yang menjaga dalam kota 
dan yang menjaga diluar kota atau yang pergi di jalan Allah. Tetapi disini Abu 
Bakar RA justru menyuruh laki-lakinya untuk semuanya keluar, pergi di jalan 
Allah.
Abu Bakar RA menyelesaikan masalah dengan 
menggunakan 2 prinsip :
  1. Prinsip Taqwa :
“Saya tidak rela agama berkurang di jaman 
kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat di leher 
hewan qurban.”
Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi 
atas dasar prinsip ini, Abu Bakar RA tidak rela dijamannya agama ini berkurang 
sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher hewan korban. 
Fikirnya Abu Bakar RA ini adalah bagaimana agama dapat sempurna diamalkan oleh 
umat islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan untuk menghadapi 
orang-orang islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka diancam akan 
diberantas jika mereka tidak mau membayar zakat.
  2. Prinsip Tawakkul :
“Keluarkan semua laki-laki untuk pergi di 
jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul mukminin, keluarga nabi dan 
wanita-wanita di madinah.”
Abu Bakar RA lebih rela melihat keluarga Nabi 
dalam bahaya, dibanding  harus melihat agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar 
RA, derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi SAW dan ummat islam 
itu sendiri. Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan ummat itu 
sendiri. Abu Bakar RA, mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan Allah dan 
berserah diri kepada Allah atas keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar 
RA. Prinsip ini yang digunakan untuk menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan 
musuh islam yang mau menyerang madinah dari luar.
Disinilah terdapat 2 perbedaan pemikiran dan 
menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana Abu Bakar RA yakin jika semua pergi 
di jalan Allah mendakwahkan agama Allah, maka nanti Allah akan selesaikan semua 
masalah : orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan pasukan 
romawi yang sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 3 hari saja setelah 
semua pergi di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 
100.000 orang murtad masuk islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu 
dapat ditumpas, dan Pasukan Romawi mundur. Jadi risaunya Abu Bakar RA ini adalah 
Islamnya atau Agamanya dulu, bukan orang-orang Islamnya. Hari ini ada pemikiran 
seperti yang terjadi ketika sahabat berbeda pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan 
kita ini risaunya adalah orang-orang islamnya, seperti orang islam ada yang 
dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan, miskin 
keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih 
penting lagi adalah risau atas islamnya. Akibat islamnya tidak dijaga, sehingga 
Allah tidak menjaga ummat islam. Ini karena islam itu sendiri sudah diacuhkan 
oleh orang islam. Kita lihat hari ini orang islam kebanyakan tidak sholat, 
mesjid kosong. Sholat berjamaah di masjid sudah tidak diacuhkan oleh umat saati 
ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah SAW sudah ditinggalkan oleh orang islam, 
bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang islam sudah 
seperti kehidupan orang yahudi dan nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara 
atau kehidupan orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang 
kafir. Semua kehidupan sunnah Nabi SAW sudah ditinggalkan oleh ummat islam itu 
sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah, semua orang berpikir sama, “Apa dosa 
saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ? Kenapa Allah tidak tolong 
kita ?”. Ummat islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya, tetapi 
fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal 
jemaah-jemaah dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal 
Nabi SAW, amalkan islam, taat pada perintah Allah. Walaupun perkara-perkara ini 
sudah didengar berkali-kali, tetapi tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. 
Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak mau, maka itulah akibatnya, 
musibah banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita 
tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba datang tidak terpikir 
amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita ? 
kenapa Allah tidak tolong kita ?”
Inilah sifat manusia, ketika senang mereka 
beramai-ramai meninggalkan perintah Allah, melupakan Allah, tidak mempedulikan 
kehendakNya. Tetapi ketika musibah datang baru nangis-nangis kepada Allah minta 
ditolong. Sudah menjadi sifat manusia hanya ingat kepada Allah dikala susah dan 
suka melupakan Allah dikala senang. Bahkan ketika kesusahan itu datang bisanya 
hanya merengek minta tolong tetapi tidak mau memikirkan apa yang Allah kehendaki 
atas dirinya saat itu dan tidak mau memikirkan kekurangan atau keburukan amal 
yang telah dia perbuat. Orang seperti ini bagaimana do’anya mau di dengar oleh 
Allah ? Jadi kalau mau masalah ummat selesai, kirimkan rombongan untuk pergi di 
jalan Allah sebanyak-banyaknya secara bergiliran. Nanti Allah akan selesaikan 
masalah yang ada pada ummat ini sebagaimana Allah selesaikan masalah yang 
terjadi pada kekhalifahan Abu Bakar RA.
Mudzakaroh “Learning By Doing” – Belajar 
dengan Beramal
Hari ini banyak orang yang membicarakan 
tentang pengorbanan Nabi SAW dan para sahabat RA untuk agama. Namun masalahnya 
pada hari ini tidak semua orang yang mengerti dan memahami maksud dan 
kepentingan dari pengorbanan Nabi SAW dan para Sahabat RA tersebut. Ini 
disebabkan karena kita tidak melakukan pengorbanan yang sama seperti mereka. 
Untuk bisa merasakan pengorbanan Nabi SAW dan Sahabat dalam memperjuangkan agama 
maka kita harus ikuti napak tilas mereka. Seperti pelatih renang dan orang yang 
baru mau belajar berenang. Walaupun si pelatih ini juara dunia dan juara 
olimpiade renang dan ahli dalam menjelaskan tentang air dan teknik renang kepada 
muridnya, tetapi jika si murid renang ini tidak terjun ke air maka dia tidak 
akan mampu memahami apa yang dikatakan dan dijelaskan gurunya. Tetapi jika si 
murid sudah terjun ke air, maka dia akan tau apa yang dirasakan dan dimaksud 
gurunya. Semakin dicoba dan diusahakan semakin mengerti dia akan penjelasan 
gurunya, sampai pada akhirnya dia bisa berenang bahkan menjadi sehebat gurunya. 
Ini karena si murid tersebut sudah merasakannya langsung pengorbanan gurunya 
ketika berada di dalam air. Begitu juga mengapa hari ini umat sangat jauh dari 
agama, sehingga yang tinggal hanya pengetahuan atau teori saja, 
bangunan-bangunan saja, tulisan-tulisan saja, ini dikarenakan umat tidak 
dilibatkan dalam pengorbanan untuk agama sebagaimana Nabi SAW telah melibatkan 
para sahabat dalam pengorbanan untuk agama. Sehingga hari ini umat hanya tahu 
saja tetapi tidak ada kefahaman dan kerisauan terhadap agama.
Tujuan dari keluar di jalan Allah itu sendiri 
sebagai individu adalah dalam rangka islah atau perbaikan diri, sebagaimana 
trainingnya atau latihannya seorang tentara yang dikirim ke barak untuk 
peningkatan qualitas. Ketika tentara ini balik ke barak maka dia akan di 
evaluasi kekurangannya dan akan menjalankan traning atau latihan-latihan kembali 
dalam rangka meningkatkan kualitas. Sehingga ketika tentara balik ke medan 
pertempuran  maka kemampuan dan kesiapannya akan menjadi lebih tambah baik lagi. 
Jadi kita perlu mengembalikan umat islam ini kepada baraknya agar bisa dilatih 
kembali dan ditingkatkan qualitasnya. Namun hari ini permasalaannya ummat hari 
ini sedang terjangkit penyakit lemah Iman. Asbab lemah Iman ini ummat tidak ada 
gairah atau tidak ada kekuatan untuk memperbaiki diri, atau meningkatkan amal 
ibadah. Maka untuk mengobati lemah iman ini perlu perawatan khusus. Ibarat orang 
sakit maka mesjid ini adalah rumah sakitnya orang beriman agar orang beriman ini 
dapat terperbaiki Iman dan Hatinya. Jika kita sakit badan maka kita bisa pergi 
ke dokter dan tinggal di rumah sakit. Tetapi rusaknya hati atau iman ini hanya 
Allah yang bisa memperbaiki yaitu di rumah sakitnya orang beriman, di mesjid. 
Jika mesjid tempat pabriknya perbaikan untuk orang beriman sudah tidak digunakan 
lagi, maka bisa dijamin bahwa kehidupan ummat saat ini sudah terjangkit banyak 
penyakit hati dan penyakit iman. Mengapa diri kita bisa terperbaiki dengan 
keluar di jalan Allah ? Dengan keluar di jalan Allah maka kita akan mempunyai 
waktu khusus untuk memperbaiki keimanan dan amaliat kita. Kita keluar di jalan 
Allah ini adalah latihan meninggalkan perkara-perkara yang kita cintai 
sebagaimana sahabat telah meninggalkan perkara-perkara yang mereka cintai demi 
agama Allah. Dengan demikian akan terbentuk dalam diri kita keyakinan bahwa 
bukan kitalah yang memelihara keluarga kita tetapi Allah lah yang memelihara 
keluarga kita. Dengan keluar di jalan Allah kita akan mendapatkan kefahaman dan 
perasaan yang dirasakan oleh sahabat ketika mereka berkorban untuk agama di 
jalan Allah sampai tidak ada lagi yang bisa mereka korbankan untuk agama 
Allah.
Semakin bertambah pengorbanan kita maka akan 
semakin bertambah pemahaman kita atas pengorbanan sahabat untuk agama Allah. 
Sampai pada akhirnya kecintaan pada agama akan timbul, ketaqwaan dalam 
menjalankan perintah Allah akan meningkat, dan kehidupan agama kita, keluarga 
kita, kerabat kita, tetangga kita, akan terperbaiki. Dengan keluar di jalan 
Allah kita akan mendapatkan banyak pelajaran seperti dari bertemu dengan 
ulama-ulama untuk mendapatkan pengajaran dari mereka, berteman dengan 
orang-orang sholeh, menambah pertemanan, meningkatkan ilmu dan wawasan, menambah 
pengalaman, merasakan napak tilas nabi dan sahabat sehingga wujud didalam diri 
kita kecintaan sahabat pada agama, kerisauan Nabi SAW terhadap ummat, dan 
lain-lain.
Da’i ini hanya mempunyai 2 keadaan saja 
:
- Maqomi
 - Khuruj Fissabillillah
 
Khuruj Fissabillillah atau Keluar di Jalan 
Allah ada 2 cara :
- Nishab : Waktu Keluar yang di istiqomahkan
 - Takaza : Pembentangan Kepentingan Agama
 
Namun untuk dapat menggerakkan ummat ke arah 
kebaikan ini diperlukan risau dan fikir yang sungguh-sungguh, sebagaimana risau 
dan fikir Nabi SAW. Begitu juga dalam menyiapkan Ummat ini diperlukan 
sifat-sifat Nabi SAW dan Sahabat. Para Sahabat ini dimuliakan oleh Allah karena 
memiliki sifat-sifat dan qualitas-qualitas yang Allah sukai. Jika kita bisa 
mendapatkan qualitas atau sifat ini, maka kemuliaan yang Allah berikan kepada 
para Sahabat RA, juga akan Allah berikan kepada kita. Sifat, Risau, dan Fikir 
ini akan datang melalui keadaan-keadaan mujahaddah atas agama, pengalaman 
berjuang untuk agama.
Bagaiaman cara mendapatkan Sifat, Risau, dan 
Fikir ini :
- Pergi Khuruj Fissabillillah ( Keluar di jalan Allah )
 - Membuat Amal Maqomi
 
Inilah kepentingan kita bawa fikir ketika kita 
pergi di jalan Allahingan ketika ah dengan amal-amal agama.dijalan ALlah ak, 
berbeda dengan air yang bergerak atau mengalir. h. etang h :
- Bagaimana diri kita bisa terperbaiki atau meningkat qualitasnya
 - Bagaimana Amal Maqomi dapat wujud di mesjid yang dikunjungi
 - Bagaimana rombongan dari mesjid itu bisa keluar di jalan Allah
 
Sedangkan maksudnya Dakwah ini adalah untuk 
memenuhi takaza ( pembentangan atau penawaran kerja agama ) yang ada, bukan 
nishab ( waktu yang di istiqomahkan untuk keluar ) saja. Jika waktunya nishab 
tetapi datang takaza, maka tinggalkan nishab untuk memenuhi takaza. 
Sahabat-sahabat RA menurut ulama, nishab harian mereka itu 12 jam untuk agama, 
sisanya buat selain agama. Sahabat meluangkan waktu mereka untuk mesjid itu 12 
jam, sedangkan takazanya mereka 24 jam, kapan saja diminta mereka siap 
tinggalkan semua. Jadi sahabat ini nishab 12 jam, sedangkan kesiapan mereka 
untuk ditaskil ( dipanggil ) memenuhi takaza, yaitu 24 jam. Jadi dengan gerak 
yang dilakukan seperti sahabat ini maka Allah akan tolong ummat islam. Maksud 
daripada Dakwah ini adalah memenuhi takaza, dimana daerah yang belum islam, 
dimana daerah yang belum mengucapkan syahadat, dimana daerah yang belum dimasuki 
jemaah, dimana daerah yang belum hidup amal mesjid Nabawi ? kita siap berangkat 
kapan saja. Keadaan sahabat itu seperti itu, siap kapan saja berangkat ketika 
dibentangkan takaza.
Dari riwayat Tirmidzi, Allah berfirman 
:
“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk 
beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan 
penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak mengerjakannya, niscaya Aku penuhi 
kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan memenuhi 
kebutuhanmu.”
Keadaannya di jaman Nabi ini beda dengan kita, 
ketika itu para sahabat selalu dalam keadaan siap mengambil takaza lagi dan 
lagi. Sekali taskil sahabat itu lamanya mereka pergi di jalan Allah adalah 4 
bulan full, yaitu di jaman Umar RA. Ketika mereka pulang dari ambil takaza, 
ternyata ada takaza lagi, sehingga mereka berangkat lagi 4 bulan di jalan Allah. 
Inilah kehidupan sahabat dalam memenuhi takaza agama. Dalam setahun berarti 
sahabat ini 8 bulan di jalan Allah dan hanya 4 bulan saja tinggal di kampungnya. 
Sahabat ini 4 bulan dikampungnya adalah 2 bulan untuk mesjid, dan sisanya 2 
bulan lagi adalah 1 bulan di rumah bersama keluarga dan 1 bulan ( 24 jam x 30 
hari = waktu sahabat di pasar / di sawah selama 1 tahun ) lagi untuk buat kerja 
yang mampu memenuhi keperluan untuk 1 tahun. Allah telah ringkaskan buat sahabat 
kerja untuk 1 tahun dapat dilakukan dalam 1 bulan saja. Ini karena apa ? ini 
adalah berkat amalan dakwah sehingga kehidupan sahabat ini penuh dengan 
keberkahan. Sedangkan kita kini kerja satu tahun tidak cukup untuk satu bulan, 
berbeda dengan keberkahan yang didapat oleh para Sahabat RA. Inilah yang terjadi 
jika ummat telah meninggalkan kerja dakwah ini, maka Allah akan cabut keberkahan 
rizki dari kehidupan ummat. Kalau ummat islam ini kembali kepada amalan dakwah, 
sibuknya mengambil takaza, maka kerja 3 hari saja bisa mencukupi kerja satu 
bulan. Tetapi jika ummat islam sibuk mengurusi dunia saja, tinggalkan amalan 
dakwah, tidak mau mengambil takaza agama, maka kerja 1 bulan tidak bisa 
mencukupi keperluan 3 hari, tidak ada keberkahan. Ini semuanya karena manusia 
sudah melecehkan Allah dan perjuangan untuk agama Allah. Padahal semua rezki itu 
datang dari Allah, dan sedangkan syetan itu hanya menakut-nakuti 
kita.
Allah berfirman :
“Inna syaithon ya adzikumul fakro waya’murukum 
bil fahsya…”
artinya :
“Setan itu menakut-nakuti kamu dengan 
kefakiran.”
Setan akan membisikkan :  “Kalau kamu korban, 
ambil takaza lagi, lalu ambil takaza lagi, maka miskin kamu nantinya. Bangkrut 
nanti usaha kamu. Terlantar nanti rumah tangga kamu.” Masalahnya hari ini kita 
lebih percaya pada perkataan syetan dibanding percaya pada perkataan Allah. 
Sedangkan Allah menjanjikan kepada yang pergi di jalan Allah ampunan dan 
keuntungan-keuntungan.
Keuntungan Dunia-Akherat  :
  1. Keuntungan dunia      :  Rizki yang 
berkah
  2. Keuntungan Akherat  : Ampunan ( masuk 
surganya Allah )
Allah berfirman :
“Walladzina’amanu wahajaru wajahadu 
fissabillillahi walladzina awawwa nasharu ulaika humul mukminuna haqqan 
lahummaghfirotuw warizqun kariim.” ( 8 : 74 )
Artinya :
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah ( 
Muhajjir ) serta berjuang pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat 
kediaman ( Anshor ) dan memberi pertolongan (kerja sama antara Muhajjir dan 
Anshor / orang tempatan), mereka itulah orang-orang yang beriman  dengan Haq ( 
yang benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang 
mulia.”
Keadaan dalam kerja dakwah ini hanya 2 saja 
:
- Muhajjir : orang-orang yang Hijrah untuk agama Allah
 - Anshor : orang-orang yang Nushroh ( memberi pertolongan )
 
Orang yang melakukan 2 keadaan ini, merekalah 
orang-orang yang beriman dengan sebenarnya, Iman yang Haq. Apa yang Allah 
ganjarkan untuk mereka ? Allah akan ampuni dosa-dosa mereka dan Allah akan 
berikan mereka rizki yang mulia. Siapa bilang orang yang dakwah akan menjadi 
miskin ? Sedangkan Allah mengatakan akan memberikan ampunan dan rizki yang mulia 
lagi. Bagaimana datangnya rizki yang mulia ? itu adalah kerjanya Allah, bukan 
kerjanya kita. Sedangkan kerja kita :
- Buat Amalan Dakwah : Maqomi dan Intiqoli ( Khuruj Fissabillillah )
 - Nusroh : Menolong para Muhajjirin / Pendatang
 
Kita jangan memikirkan kerjanya Allah. Allah 
itu Maha Tahu bagaimana cara mendatangkan rizki yang mulia itu. Kerja Dakwah ini 
bukan kerja yang susah, tetapi kerja yang sangat mudah. Sangking mudahnya dapat 
diberikan dan dibawa oleh semua orang dari yang Raja, yang jelata, yang 
cendikia, yang tidak pernah sekolah, yang tua, yang muda, yang miskin, yang 
kaya, yang ulama, yang awam, yang sehat, dan yang sakit  sekalipun. Lalu 
bagaimana caranya ? mudah saja, yaitu ngikut saja, ikutin saja programnya. 
Dengan cara ikut-ikutan saja, mengikuti jalan ini, maka dia akan faham dan 
mengerti maksudnya.
Contoh :
Seperti di kampung, ketika seseorang belajar 
bagaimana menanam padi. Dia tidak dikasih kuliah ama petani, atau dimasukin ke 
kampus pertanian. Bagaimana cara nyangkul, cara menggaruk, cara menyebar benih, 
cara menanam, cara membersihkannya, cara mengatur air, ini tidak ada kuliahnya 
sama sekali. Lalu bagaimana cara belajarnya ? yaitu dengan mengikuti bapak kita 
atau petani ke sawah, belajar langsung dengan mengikuti apa yang mereka lakukan 
di sawah. Belajar langsung dengan pengamalannya, “Learning by Doing”. Bapak 
pagi-pagi bangun habis sholat bawa cangkul langsung ke sawah, maka kitapun 
demikian juga bawa cangkul ke sawah. Bapak mencangkul disawah, kita lihat 
sebentar, lalu kita ikut nyangkul. Ini caranya, ikutin saja, amalkan saja, 
lama-lama mahir juga, lama-lama faham juga, karena sehari-hari begitu saja 
kerjanya maka lama-kelamaanpun jadi bisa. Tanpa kuliah, tanpa masuk keperguruan 
tinggi, seseorang bisa langsung menjadi petani. Sekarang kalau kita lihat 
orang-orang yang lulus dari perguruan tinggi bidang pertanian, dengan gelar 
professor, doktor, ahli pertanian, yang nanam padi juga bukan mereka, tetapi 
menanam orang kampung juga, para petani lapangan lansung yang tidak pernah 
sekolah. Yang mengirim beras ke kota itu siapa ? yang mengirim beras kepada 
orang-orang pintar di kota itu adalah orang bodoh-bodoh juga dari desa yang 
mengirimkannya. Justru beras datangnya dari mereka yang tidak pernah kuliah 
dikirim kepada ahli-ahli pertanian yang kuliah.
Ashabul Kahfi adalah satu rombongan pemuda 
yang risau terhadap iman, dan bagaimana menyelamatkan Iman. Mereka 
bermusyawarah, mengambil keputusan untuk melarikan diri dari kemaksiatan yang 
ada. Mereka hijrah ke gunung, dan kehutan-hutan. Mereka mengambil keputusan 
tidak mau mati dikampungnya demi menyelamatkan iman mereka. Dalam perjalanan 
ikutlah seekor anjing, karena ngikut saja, mengekor perjalanan pemuda ashabul 
kahfi ini, maka anjingpun Allah selamatkan juga. Pemuda-pemuda ini adalah mereka 
yang cinta pada Allah dan cinta kepada Iman. Mereka ini risau atas keselamatan 
iman mereka. Sehingga mereka buat keputusan bahwa mereka harus pergi dari 
kampung mereka, menjauhi suasana kemaksiatan, dan tinggal di goa. Atas fikir 
mereka ini, maka Allah selamatkan mereka. Sedangkan anjing yang cuman 
ngikut-ngikut mereka saja, Allah selamatkan juga. Inilah keberkahan dengan 
mengikuti jejak langkah orang yang pergi di jalan Allah untuk menyelamatkan 
Iman. Anjing ini binatang najis, dan tidak berakal, tidak mengerti apa-apa, 
tetapi karena dia ngikut saja, maka selamat juga. Ketika pemuda itu berjalan, si 
anjing berjalan juga. Ketika si pemuda berhenti, si anjing berhenti. Ketika 
pemuda-pemuda itu masuk ke dalam goa, si anjingpun ikut-ikutan masuk juga. 
Ketika para pemuda itu tidur, maka si anjingpun ikut tidur. Akhirnya ditidurkan 
oleh Allah selama 309 tahun. Anjing Ashabul Kahfi ini adalah satu-satunya anjing 
yang masuk surga. Kalau anjing saja ikut pergi dijalan Allah diselamatkan, 
apalagi kita yang beriman mau keluar di jalan Allah. Sedangkan kita ini ummat 
yang da’i, modal kita bukan tinggal dihutan, masuk kegoa mengucilkan diri, tidur 
disana, kita ini bukan yang seperti itu. Kita bukan lari dari tempat yang penuh 
dengan kemungkaran dan kemaksiatan, bahkan kita tetap berada ditempat yang 
seperti itu dengan buat kerja untuk merubah tempat itu menjadi tempat yang penuh 
dengan ketaatan kepada Allah. Nanti Allah akan tolong kita dan selamatkan kita. 
Sedangkan orang-orang yang ikut-ikut kitapun juga akan Allah selamatkan, 
walaupun tidak mengerti apa-apa, tidak pernah ke madrasah, tidak bisa ngaji, 
Insyaallah akan diselamatkan juga. Jadi kerja ini sangat mudah, ikut saja dengan 
rombongan, lalu ikutin amalannya, seperti anjingnya ashabul kahfi yang Allah 
selamatkan juga. Jika anjing yang mengikuti ahli ibadah saja selamat, apalagi 
anjing yang mengikutin para ahlul dakwah.
Wallahu'alam bishowab.
Wallahu'alam bishowab.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar