ABDULLAH BIN MAS'UD
PERTAMA KALI MENGUMANDANGKAN AL-QUR'AN DENGAN SUARA MERDU
(Kisah Sahabat ke-12)
Sebelum Rasulullah masuk ke rumah Arqam, Abdullah bin Mas’ud telah
beriman kepadanya dan merupakan orang keenam yang masuk Islam dan
mengikuti Rasulullah saw. Dengan demikian ia termasuk golongan yang
mula pertama masuk Islam ….
Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah itu diceritakannya sebagai berikut:
“Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing kepunyaan ‘Uqbah bin Muaith.
Pertemuannya yang mula-mula dengan Rasulullah itu diceritakannya sebagai berikut:
“Ketika itu saya masih remaja, menggembalakan kambing kepunyaan ‘Uqbah bin Muaith.
Tiba-tiba datang Nabi saw. bersama Abu Bakar, dan sertanya: “Hai
nak, apakah kamu punya susu untuk minuman kami?”. “Aku orang
kepercayaan” ujarku”, “dan tak dapat memberi anda berdua minuman … ! “
Maka sabda Nabi saw.: “Apakah kamu punya kambing betina mandul, yang belum dikawini oleh yang jantan . . . ?” “Ada”, ujarku. Lalu saya bawa ia kepada mereka.
Kambing itu diikat kakinya oleh Nabi lalu disapu susunya sambil memohon
kepada Allah. Tiba-tiba susu itu berair banyak …. Kemudian Abu Bakar
mengambilkan sebuah batu cernbung yang digunakan Nabi untuk menampung
perahan susu. Lalu Abu Bakar pun minumlah, dan saya pun tidak
ketinggalan . . . . Setelah itu Nabi menitahkan kepada susu:
“Kempislah!”, maka susu itu menjadi kempis ….
Setelah peristiwa itu saya datang menjumpai Nabi, kataku: “Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut!”
Ujar Nabi saw.: “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!”
Ujar Nabi saw.: “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!”
Alangkah heran dan takjubnya Ibnu Mas’ud ketika menyaksikan seorang
hamba Allah yang shalih dan utusan-Nya yang dipercaya memohon kepada
Tuhannya sambil menyapu susu hewan yang belum pernah berair selama ini,
tiba-tiba mengeluarkan kurnia dan rizqi dari Allah berupa air susu
murni yang enak buat diminum . . .!
Pada sa’at itu belum disadarinya bahwa peristiwa yang disaksikannya
itu hanyalah merupakan mu’jizat paling enteng dan tidak begitu berani,
dan bahwa tidak berapa lama lagi dari Rasulullah yang mulia ini akan
disaksikannya mu’jizat yang akan menggoncangkan dunia dan memenuhinya
dengan petunjuk serta cahaya ….
Bahkan pada saat itu juga belum diketahuinya, bahwa dirinya sendiri
yang ketika itu masih seorang remaja yang lemah lagi miskin, yang
menerima upah sebagai penggembala kambing milik ‘Uqbah bin Mu’aith, akan
muncul sebagai salah satu dari mu’jizat ini, yang setelah ditempa oleh
Islam menjadi seorang beriman, akan mengalahkan kesombongan orang-orang
Quraisy dan menaklukkan kesewenangan para pemukanya ….
Maka ia, yang selama ini tidak berani lewat di hadapan salah seorang
pembesar Quraisy kecuali dengan menjingkatkan kaki dan menundukkan
kepala, di kemudian hari setelah masuk Islam, ia tampil di depan majlis
para bangsawan di sisi Ka’bah, sementara semua pemimpin dan pemuka
Quraisy duduk berkumpul, lalu berdiri di hadapan mereka dan
mengumandangkan suaranya yang merdu dan membangkitkan minat, berisikan
wahyu Illahi al-Quranul Karim:
Bismillahirrahmanirrahim ….
Allah Yang Maha Rahman . – - .
Yang telah mengajarkan al-Quran …. Menciptakan insan ….
Dan menyampaikan padanya penjelasan Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan ….
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama sujud kepada Tuhan ….
Bismillahirrahmanirrahim ….
Allah Yang Maha Rahman . – - .
Yang telah mengajarkan al-Quran …. Menciptakan insan ….
Dan menyampaikan padanya penjelasan Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan ….
Sedang bintang dan kayu-kayuan sama sujud kepada Tuhan ….
Lalu dilanjutkannya bacaannya, sementara pemuka-pemuka Quraisy sama
terpesona, tidak percaya akan pandangan mata dan pendengaran telinga
mereka …. dan tak tergambar dalam fikiran mereka bahwa orang yang
menantang kekuasaan dan kesombongan mereka . . . , tidak lebih dari
seorang upahan di antara mereka, dan penggembala kambing dari salah
seorang bangsawan Quraisy . . . . yaitu Abdullah bin Mas’ud, seorang
miskin yang hina dina
Marilah kita dengar keterangan dari saksi mata melukiskan peristiwa
yang amat menarik dan mena)ubkan itu! Orang itu tiada lain dari Zubair
r.a. katanya:
“Yang mula-mula menderas al-Quran di Mekah setelah Rasulullah saw.
ialah Abdullah bin Masud r.a. Pada suatu hari para shahabat Rasulullah
berkumpul, kata mereka: “Demi Allah orang-orang Quraisy belum lagi
mendengar sedikit pun al-Quran ini dibaca dengan suara keras di hadapan
mereka ….
Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkan nya kepada mereka …. ?”
Maka kata Ibnu Masud: “Saya.”
Nah, siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkan nya kepada mereka …. ?”
Maka kata Ibnu Masud: “Saya.”
Kata mereka: “Kami khawatir akan keselamatan dirimu! Yang kami
inginkan ialah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan
mempertahankannya dari orang-orang itu jika mereka bermaksud jahat . . .
. “
“Biarkanlah saya!” kata Ibnu Masud pula, “Allah pasti membela”. Maka
datanglah Ibnu Mas’ud kepada kaum Quraisy di waktu dluha, yakni ketika
mereka sedang berada di balai pertemuannya ….
Ia berdiri di panggung lalu membaca
Bismillahirrahmanir rahim, dan dengan mengeraskan suaranya: Arrahman ‘allamal Quran ….
Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil sertanya sesamanya: “Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu . . . ? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!”
Bismillahirrahmanir rahim, dan dengan mengeraskan suaranya: Arrahman ‘allamal Quran ….
Lalu sambil menghadap kepada mereka diteruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikannya sambil sertanya sesamanya: “Apa yang dibaca oleh anak si Ummu ‘Abdin itu . . . ? Sungguh, yang dibacanya itu ialah yang dibaca oleh Muhammad!”
Mereka bangkit mendatangi dan memukulinya, sedang Ibnu Mas’ud
meneruskan bacaannya sampai batas yang dikehendaki Allah . . . .
Setelah itu dengan muka dan tubuh yang babak-belur ia kembali kepada
para shahabat. Kata mereka: “Inilah yang kami khawatirkan terhadap
dirimu ….
Ujar Ibnu Ma’sud: “Sekarang ini tak ada yang lebih mudah bagiku dari
menghadapi musuh-musuh Allah itu! Dan seandainya tuan-tuan menghendaki,
saya akan mendatangi mereka lagi dan berbuat hal yang sama esok hari ….
! “
Ujar mereka: “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”
Ujar mereka: “Cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka barang yang menjadi tabu bagi mereka!”
Benar, pada saat Ibnu Mas’ud tercengang melihat susu kambing
tiba-tiba berair sebelum waktunya, belum menyadari bahwa ia bersama
kawan-kawan senasib dari golongan miskin tidak berpunya, akan menjadi
salah satu mu’jizat besar dari Rasulullah, yakni ketika mereka bangkit
memanggul panji-panji Allah dan menguasai dengannya cahaya Siang dan
sinar matahari. Tidak diketahuinya bahwa saat itu telah dekat . . .
Kiranya secepat itu hari datang dan lonceng waktu telah berdentang, anak
remaja buruh miskin dan terlunta-lunta serta-merta menjadi suatu
mu’jizat di antara berbagai mu’jizat Rasulullah …. !
Dalam kesibukan dan berpacuan hidup, tiadalah ia akan menjadi tumpuan
mata . . . . Bahkan di daerah yang jauh dari kesibukan pun juga tidak .
. . .! Tak ada tempat baginya di kalangan hartawan, begitu pun di dalam
lingkungan ksatria yang gagah perkasa, atau dalam deretan orang-orang
yang berpengaruh.
Dalam soal harta, ia tak punya apa-apa, tentang perawakan ia kecil
dan kurus, apalagi dalam soal pengaruh, maka derajatnya jauh di bawah .
. . . Tapi sebagai ganti dari kemiskinannya itu, Islam telah memberinya
bagian yang melimpah dan perolehan yang cukup dari perbendaharaan
Kisra dan simpanan Kaisar. Dan sebagai imbalan dari tubuh yang kurus dan
jasmani yang lemah, dianugerahi-Nya kemauan baja yang dapat
menundukkan para adikara dan ikut mengambil bagian dalam merubah jalan
sejarah. Dan untuk mengimbangi nasibnya yang tersia terlunta-lunta,
Islam telah melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan,
yang menampilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah
kemanusiaan ….
Sungguh, tidak meleset kiranya pandangan jauh Rasulullah saw. ketika
beliau mengatakan kepadanya: “Kamu akan menjadi seorang pemuda
terpelajar”. Ia telah diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi
faqih atau ahli hukum ummat Muhammad saw., dan tulang punggung para
huffadh al-Quranul Karim.
Mengenai dirinya ia pernah mengatakan:
“Saya telah menampung 70 surat al-Quran yang kudengar langsung dari Rasulullah saw. tiada seorang pun yang menyaingiku dalam hal ini ……
“Saya telah menampung 70 surat al-Quran yang kudengar langsung dari Rasulullah saw. tiada seorang pun yang menyaingiku dalam hal ini ……
Dan rupanya Allah swt. memberinya anugerah atas keberaniannya
mempertaruhkan nyawa dalam mengumandangkan al-Quran secara
terang-terangan dan menyebarluaskannya di segenap pelosok kota Mekah di
saat siksaan dan penindasan merajalela, maka dianugerahi-Nya bakat
istimewa dalam membawakan bacaan al-Quran dan kemampuan luar biasa dalam
memahami arti dan maksudnya.
Rasulullah telah memberi washiat kepada para shahabat agar mengambil Ibnu Mas’ud sebagai teladan, sabdanya:
“Berpegang-teguhlah kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi ‘Abdin . ! “
Diwashiatkannya pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membaca al-Quran daripadanya. Sabda Nabi saw.:
“Barang siapa yang ingin hendak mendengar al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia mendengarkannya dari Ibnu Ummi ‘Abdin … !
Barang siapa yang ingin hendak membaca al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi ‘Abdin … ! “
“Berpegang-teguhlah kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi ‘Abdin . ! “
Diwashiatkannya pula agar mencontoh bacaannya, dan mempelajari cara membaca al-Quran daripadanya. Sabda Nabi saw.:
“Barang siapa yang ingin hendak mendengar al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia mendengarkannya dari Ibnu Ummi ‘Abdin … !
Barang siapa yang ingin hendak membaca al-Quran tepat seperti diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi ‘Abdin … ! “
Sungguh, telah lama Rasulullah menyenangi bacaan al-Quran dari mulut Ibnu Mas’ud Pada suatu hari ia memanggilnya sabdanya:
“Bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah . . .
Jawab Rasulullah: “Saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain”
Maka Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa, hingga sampai pada firman Allah Ta’ala:
Maka betapa jadinya bila Kami jadikan dari setiap ummat itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai saksi bagi mereka …. !
“Bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!”
“Haruskah aku membacakannya pada anda, wahai Rasulullah . . .
Jawab Rasulullah: “Saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain”
Maka Ibnu Mas’ud pun membacanya dimulai dari surat an-Nisa, hingga sampai pada firman Allah Ta’ala:
Maka betapa jadinya bila Kami jadikan dari setiap ummat itu seorang saksi, sedangkan kamu Kami jadikan sebagai saksi bagi mereka …. !
Ketika orang-orang kafir yang mendurhakai Rasul sama berharap kiranya
mereka disamaratakan dengan bumi . . . .! dan mereka tidak dapat
merahasiakan pembicaraan dengan Allah …. !”
(Q S 4 an-Nisa: 41 — 42)
(Q S 4 an-Nisa: 41 — 42)
Maka Rasulullah tak dapat manahan tangisnya, air matanya meleleh dan
dengan tangannya diisyaratkan kepada Ibnu Mas’ud yang maksudnya: “Cukup
…. cukuplah sudah, hai Ibnu Mas’ud . . .! “
Suatu ketika pernah pula Ibnu Mas’ud menyebut-nyebut karunia Allah kepadanya, katanya:
“Tidak suatu pun dari al-Quran itu yang diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya. Dan tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sekiranya aku tahu ada seseorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang kitabullah daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang terbaik di antaramu!”
“Tidak suatu pun dari al-Quran itu yang diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa diturunkannya. Dan tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah daripadaku. Dan sekiranya aku tahu ada seseorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang kitabullah daripadaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi aku bukanlah yang terbaik di antaramu!”
Keistimewaan Ibnu Mas’ud ini telah diakui oleh para shahabat. Amirul Mu’minin Umar berkata mengenai dirinya:
“Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-limpah
“Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-limpah
Dan berkata Abu Musa al-Asy’ari:
“Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama kiyai ini berada di antara tuan-tuan!”
Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut dapat pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan. Berkata Hudzaifah tentang dirinya:
“Tidak seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada Rasulullah saw. baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud ….
“Jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah, selama kiyai ini berada di antara tuan-tuan!”
Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fiqih saja yang patut dapat pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keshalihan dan ketaqwaan. Berkata Hudzaifah tentang dirinya:
“Tidak seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada Rasulullah saw. baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud ….
Dan orang-orang yang dikenal dari shahabat-shahabat Rasulullah sama mengetahui bahwa putera dari Ummi ‘Abdin adalah yang paling dekat kepada Allah …. ! “
Pada suatu hari serombongan shahabat berkumpul pada Ali karamallahu
wajhah (semoga Allah memuliakan wajah atau dirinya), lalu kata mereka
kepadanya:
“Wahai Amirul Mu’minin, kami tidak melihat orang yang lebih berbudi pekerti, lebih lemah-lembut dalam mengajar, begitu pun yang lebih baik pergaulannya, dan lebih shalih daripada Abdullah bin Mas’ud …. !”
Ujar Ali: “Saya minta tuan-tuan bersaksi kepada Allah, apakah ini betul-betul tulus dari hati tuan-tuan ….. 2
“Benar”, ujar mereka.
“Benar”, ujar mereka.
Kata Ali pula: “Ya Allah, saya mohon Engkau menjadi saksinya, bahwa saya berpendapat mengenai dirinya seperti apa yang mereka katakan itu, atau lebih baik dari itu lagi….
Sungguh, telah dibacanya al-Quran, maka dihalalkannya barang yang halal dan dihararnkannya barang yang Haram . . . , seorang yang ahli dalam soal keagamaan dan luas ilmunya tentang as-Sunnah …. ! “
Suatu ketika para shahabat memperkatakan pribadi Abdullah bin Mas’ud, kata mereka:
“Sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu, dan sementara kita
bepergian, ia menyaksikan (tingkah laku Rasulullah saw.). . .”.
Maksud mereka ialah bahwa Abdullah r.a. beruntung mendapat kesempatan berdekatan dengan Rasulullah saw., suatu hal Yang jarang didapat oleh orang lain. la lebih sering masuk ke rumah Rasulullah dan menjadi teman duduknya.
Dan lebih-lebih lagi ia adalah tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan mempercayakan rahasianya, hingga ia diberi gelar “Peti Rahasia”.
Suatu ketika para shahabat memperkatakan pribadi Abdullah bin Mas’ud, kata mereka:
“Sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu, dan sementara kita
bepergian, ia menyaksikan (tingkah laku Rasulullah saw.). . .”.
Maksud mereka ialah bahwa Abdullah r.a. beruntung mendapat kesempatan berdekatan dengan Rasulullah saw., suatu hal Yang jarang didapat oleh orang lain. la lebih sering masuk ke rumah Rasulullah dan menjadi teman duduknya.
Dan lebih-lebih lagi ia adalah tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan mempercayakan rahasianya, hingga ia diberi gelar “Peti Rahasia”.
Berkata Abu Musa al-Asy’ari:
“Sungguh, setiap saya melihat Rasulullah saw., pastilah Ibnu Mas’ud berada menyertainya …”.
“Sungguh, setiap saya melihat Rasulullah saw., pastilah Ibnu Mas’ud berada menyertainya …”.
Adapun yang menjadi sebab ialah karena Rasulullah saw. amat
menyayanginya, terutama keshalihan dan kecerdasannya Serta kebesaran
jiwanya, hingga Rasulullah pernah bersabda mengenai dirinya:
“Seandainya saya hendak mengangkat seseorung sebagai amir tanpa musyawarat dengan Kaum Muslimin, tentulah yang saya angkat itu Ibnu Umi ‘Abdin. . . “.
Dan telah kita kemukakan washiat Rasulullah kepada para shahabatnya:
“Berpegang teguhlah kepada ilmu Ibnu Ummi ‘Abdin!”
Maka kesayangan dan kepercayaan ini memungkinkannya untuk bergaul rapat dengan Rasulullah saw., hingga ia beroleh hak yang tidak diberikannya kepada orang lain, bersabda Rasulullah saw. kepadanya:
“Saya idzinkan kamu bebas dari tabir hijab. . .
Dan telah kita kemukakan washiat Rasulullah kepada para shahabatnya:
“Berpegang teguhlah kepada ilmu Ibnu Ummi ‘Abdin!”
Maka kesayangan dan kepercayaan ini memungkinkannya untuk bergaul rapat dengan Rasulullah saw., hingga ia beroleh hak yang tidak diberikannya kepada orang lain, bersabda Rasulullah saw. kepadanya:
“Saya idzinkan kamu bebas dari tabir hijab. . .
“INI MERUPAKAN LAMPU HIJAU BAGI Ibnu Mas’ud untuk masuk rumah
Rasulullah saw. dan pintunya senantiasa terbuka baginya, biar Siang
maupun malam. Dan inilah yang pernah diperkatakan oleh para shahabat:
“sementara kita terhalang, ia diberi idzin, dan sementara kita bepergian, ia menyaksikan – - .”.
Dan memang Ibnu Mas’ud layak untuk memperoleh keistimewaan ini . . . . Karena walaupun pergaulan rapat seperti ini akan memberikan padanya keuntungan, tetapi Ibnu Mas’ud hanya bertambah khusyu’, tambah hormat dan sopan santun ….
“sementara kita terhalang, ia diberi idzin, dan sementara kita bepergian, ia menyaksikan – - .”.
Dan memang Ibnu Mas’ud layak untuk memperoleh keistimewaan ini . . . . Karena walaupun pergaulan rapat seperti ini akan memberikan padanya keuntungan, tetapi Ibnu Mas’ud hanya bertambah khusyu’, tambah hormat dan sopan santun ….
Mungkin gambaran yang melukiskan akhlaqnya secara tepat, ialah
sikapnya ketika menyampaikan Hadits dari Rasulullah saw. setelah beliau
wafat. Walaupun ia jarang menyampaikan Hadits dari Rasulullah saw.,
tetapi kita lihat setiap ia menggerakkan kedua bibirnya untuk
mengatakan: “Saya dengar Rasulullah menyampaikan Hadits dan bersabda . .
. .”, maka tubuhnya gemetar dengan amat sangat, dan ia tampak gugup dan
gelisah. Sebabnya tiada lain karena takutnya akan alpa, hingga bersalah
menaruh kata di tempat yang lain …. !
Marilah kita dengarkan kawan-kawannya melukiskan gejala gejala ini! Berkatalah ‘Amar bin Maimun:
“Saya bolak-balik ke rumah Abdullah bin Mas’ud ada setahun lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia menyampaikan Hadits dari Rasulullah saw., kecuali sebuah Hadits yang disampaikannya pada suatu hari. Dari mulutnya mengalir ucapan: Telah bersabda Rasulullah saw. Tiba-tiba ia kelihatan gelisah hingga tampak keringat bercucuran dari keningnya. Kemudian katanya mengulangi kata-kata tadi: “Kira-kira demikianlah disabdakan oleh Rasulullah . . .”.
“Saya bolak-balik ke rumah Abdullah bin Mas’ud ada setahun lamanya, dan selama itu tak pernah saya dengar ia menyampaikan Hadits dari Rasulullah saw., kecuali sebuah Hadits yang disampaikannya pada suatu hari. Dari mulutnya mengalir ucapan: Telah bersabda Rasulullah saw. Tiba-tiba ia kelihatan gelisah hingga tampak keringat bercucuran dari keningnya. Kemudian katanya mengulangi kata-kata tadi: “Kira-kira demikianlah disabdakan oleh Rasulullah . . .”.
Dan bercerita Alqamah bin Qais:
Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan: “Telah bersabda Rasulullah”, kecuali satu kali saja . . . . Di saat itu saya lihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itu pun bergetar dan bergerak-gerak
Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato setiap hari Kamis sore menyampaikan Hadits. Tidak pernah saya dengar ia mengucapkan: “Telah bersabda Rasulullah”, kecuali satu kali saja . . . . Di saat itu saya lihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itu pun bergetar dan bergerak-gerak
Dan diceritakan pula oleh Masruq mengenai Abdullah ini:
“Pada suatu hari Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah Hadits, katanya: “Saya dengar Rasulullah saw “ Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakaiannya bergetar pula …. Kemudian
“Pada suatu hari Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah Hadits, katanya: “Saya dengar Rasulullah saw “ Tiba-tiba ia jadi gemetar, dan pakaiannya bergetar pula …. Kemudian
katanya: “Atau kira-kira demikian atau kira-kira seperti itulah . . .”.
Nah, sampai sejauh inilah ketelitian, penghormatan dan penghargaannya
kepada Rasulullah saw ….Disamping menjadi bukti ketaqwaannya,
ketelitian dan penghormatannya ini merupakan tanda kecerdasannya …. !
Orang yang lebih banyak bergaul dengan Rasulullah saw., penilaiannya terhadap kemuliaan Rasulullah lebih tepat. . . Dan itulah sebabnya adab sopan santunnya terhadap Rasulullah ketika beliau hidup, begitu pun kenangan kepada beliau setelah wafatnya, merupakan adab sopan santun satu-satunya dan tak ada duanya . – . .!
Orang yang lebih banyak bergaul dengan Rasulullah saw., penilaiannya terhadap kemuliaan Rasulullah lebih tepat. . . Dan itulah sebabnya adab sopan santunnya terhadap Rasulullah ketika beliau hidup, begitu pun kenangan kepada beliau setelah wafatnya, merupakan adab sopan santun satu-satunya dan tak ada duanya . – . .!
Ibnu Mas’ud tak hendak berpisah dari Rasulullah saw. baik di waktu
bermukim maupun di waktu bepergian. la telah turut mengambil bagian
dalam setiap peperangan dan pertempuran. Dan peranannya dalam perang
Badar meninggalkan kenangan yang tak dapat dilupakan, yakni rubuhnya Abu
Jahal oleh tebasan pedang Kaum Muslimin pada hari yang keramat itu ….
Khalifah-khalifah dan para shahabat Rasul mengakui kedudukannya ini,
hingga ia diangkat oleh Amirul Mu’minin Umar sebagai Bendaharawan di
kota Kufah. Kepada penduduk waktu mengirimnya itu dikatakan:
“Demi Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia, sungguh saya lebih
mementingkan tuan-tuan daripada diriku, maka ambillah dan pelajarilah
ilmu daripadanya … ! “
Dan penduduk Kufah telah mencintainya, suatu hal yang belum pernah
diperoleh orang-orang sebelumnya, atau orang Yang setaraf dengannya . . .
. Sungguh, kebulatan penduduk kufah untuk mencintai seseorang,
merupakan suatu hal yang mirip dengan mu’jizat …. Sebabnya ialah karena
mereka biasa menentang dan memberontak, mereka tidak tahan menghadapi
hidangan yang serupa …. dan tidak mampu hidup selalu dalam aman dan
tenteram …. !
Dan karena kecintaan mereka kepadanya demikian rupa, sampai-sampai
mereka mengerumuni dan mendesaknya sewaktu’ ia hendak diberhentikan oleh
Khalifah Utsman r.a. dari jabatannya, kata mereka: “Tetaplah anda
tinggal bersama kami di sini dan jangan pergi, dan kami bersedia membela
anda dari malapetaka yang akan menimpa anda!”
Tetapi dengan kalimat yang menggambarkan kebesaran jiwa dan ketaqwaannya, Ibnu Mas’ud menjawab, katanya:
“Saya harus taat kepadanya, dan di belakang hari akan timbul
peristiwa-peristiwa dan fitnah, dan saya tak ingin menjadi orang yang
mula-mula membukakan pintunya . ! “
Pendirian mulia dan terpuji ini mengungkapkan kepada kita hubungan
Ibnu Mas’ud dengan Khalifah Utsman …. Di antara mereka telah terjadi
perdebatan dan perselisihan yang makin lama makin sengit, hingga gaji
dan tunjangan pensiunnya ditahan dari Baitulmal . . . . Walau demikian
namun tidak sepatah kata pun yang tidak baik keluar dari mulutnya
mengenai Utsman ….
Bahkan ia berdiri sebagai pembela dan memperingatkan rakyat ketika
dilihatnya persekongkolan di masa Utsman itu telah meningkat menjadi
suatu pemberontakan ….
Dan ketika terbetik berita ke telinganya mengenai percobaan untuk membunuh Khalifah Utsman itu, keluarlah dari mulutnya ucapan yang terkenal:
Dan ketika terbetik berita ke telinganya mengenai percobaan untuk membunuh Khalifah Utsman itu, keluarlah dari mulutnya ucapan yang terkenal:
“Sekiranya mereka membunuhnya, maka tak ada lagi orang sebanding dengannya yang akan mereka angkat sebagai khalifah … ” ‘
Dalam pada itu di antara kawan-kawan Ibnu Mas’ud ada yang berkata:
“Tak pernah saya dengar Ibnu Mas’ud mengeluarkan cercaan satu kata pun
terhadap Utsman
Allah telah menganugerahinya hikmah sebagaimana telah memberinya
sifat taqwa. Ia memiliki kemampuan untuk melihat jauh ke dasar yang
dalam, dan mengungkapkannya secara menarik dan tepat ….
Marilah kita dengar ucapannya yang menggambarkan kesimpulan hidup yang istimewa dari Umar dengan kata-kata singkat tapi padat dan mena’jubkan, katanya:
Marilah kita dengar ucapannya yang menggambarkan kesimpulan hidup yang istimewa dari Umar dengan kata-kata singkat tapi padat dan mena’jubkan, katanya:
“Islamnya merupakan suatu kemenangan…… hijrahnya merupakan pertolongan . . . , sedang pemerintahannya menjadi suatu rahmat ….”
Berbicara tentang apa yang dikatakan orang sekarang tentang relativitas masa, ia mengatakan:
“Bagi Tuhan kalian tiada Siang dan malam ….
Cahaya langit dan bumi itu bersumber dari cahayanya ….
“Bagi Tuhan kalian tiada Siang dan malam ….
Cahaya langit dan bumi itu bersumber dari cahayanya ….
Ia juga berbicara tentang pekerja dan betapa pentingnya mengangkat taraf budaya kaum pekerja ini katanya
“Saya amat benci melihat seorang laki-laki yang menganggur tak ada usahanya untuk kepentingan dunia, dan tidak pula untuk kepentingan akhirat ….”.
“Saya amat benci melihat seorang laki-laki yang menganggur tak ada usahanya untuk kepentingan dunia, dan tidak pula untuk kepentingan akhirat ….”.
Dan di antara kata-katanya yang bersayap ialah:
“Sebaik-baik kaya ialah kaya hati
sebaik-baik bekal ialah taqwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
sejelek-jelek usaha ialah memungut riba;
seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
siapa yang merna’afkan orang akan dimaafkan Allah;
dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah ….”
“Sebaik-baik kaya ialah kaya hati
sebaik-baik bekal ialah taqwa;
seburuk-buruk buta ialah buta hati;
sebesar-besar dosa ialah berdusta;
sejelek-jelek usaha ialah memungut riba;
seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim;
siapa yang merna’afkan orang akan dimaafkan Allah;
dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah ….”
Nah, itulah gambaran singkat Abdullah bin Mas’ud shahabat Roulull,ah
saw. Dan itulah dia kilasan dari suatu kehidupan besar dan perkasa yang
dilalui pemiliknya di jalan Allah dan Rasul-Nya Serta Agama-Nya ….
Itulah dia laki-laki yang ukuran tubuhnya seumpama tubuh burung
merpati kurus dan pendek, hingga tinggi badannya tidak akan
berapa bedanya dengan orang yang sedang duduk …
Kedua betisnya kecil dan kempis,yang tampak ketika itu memanjat dan
memetik dahan pohon arak untuk digunakan sikat Rasulullah saw. Para
shahabat sama menertawakannya ketika melihat kedua betisnya itu. Maka
bersabdalah Rasulullah saw :
“Tuan-tuan menertawakan betis Ibnu Masud . . . , keduanya di sisi Allah lebih berat timbangannya dari gunung Uhud . ! “
Memang . . . , inilah dia orang yang berasal dari keluarga miskin,
buruh upahan, kurus dan hina, tetapi keyakinan dan keimanannya telah
menjadikannya salah seorang imam di antara imam-imam kebaikan, petunjuk
dan cahaya ….
Ia telah dikaruniai taufiq dan ni’mat oleh Allah yang menyebabkannya
termasuk dalam golongan “sepuluh orang shahabat Rasul yang mula
pertama masuk Islam”, yakni orangorang yang selagi hidupnya telah
menerima berita gembira beroleh ridla Allah dan surga-Nya ….
Ia telah terjun dan tak pernah absen dalam setiap perjuangan yang
berakhir dengan kemenangan di mass Rasulullah saw., begitu pun di masa
para khalifah sepeninggal beliau. Dan ia turut menyaksikan dua buah
imperium dunia membukakan pintunya dengan tunduk dan patuh dimasuki
panji-panji Islam dan ajarannya ….
Disaksikannya pula jabatan-jabatan yang tersedia dan menunggu
orang-orang Islam yang mau mendudukinya, begitu pun harta yang tidak
terkira banyaknya bertumpuk-tumpuk di hadapan mereka, tetapi tidak satu
pun yang dapat mengusik dan melupakannya dari janji yang telah
diikrarkannya kepada Allah dan Rasul-Nya, atau merintanginya dari garis
hidup dan ketekunan ibadat yang diliputi rasa khusyu’ dan taw adlu …..
Dan di antara keinginan dan cita-cita hidup, tidak satu pun yang
menarik hatinya kecuali sebuah, yakni yang selalu dirindukan, menjadi
buah bibir dan senandungnya, Serta menjadi angan-angan untuk
mendapatkannya ….
Nah, marilah kita simakkan kata-katanya sendiri menceritakan hal itu kepada kita:
“Aku bangun di tengah malam, ketika itu aku mengikuti Rasulullah di perang Tabuk . . . . Maka tampak olehku nyala api di arah pinggir perkemahan, lalu kudekati untuk melihatnya. Kiranya Rasulullah bersama Abu Bakar dan Umar. Rupanya mereka sedang menggali kuburan untuk Abdullah Dzulbijadain al-Muzanni yang ternyata telah wafat. Rasulullah saw. ada di dalam lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya. Rasulullah bersabda: “Ulurkanlah lebih dekat padaku saudara tuan-tuan itu . . . .! Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Dan tatkala diletakkannya di lubang lahat, beliau berdu’a: “Ya Allah, aku telah ridla kepadanya, maka ridlai pula ia oleh-Mu . . .! Alangkah baiknya, sekiranya akulah, yang jadi pemilik liang kubur itu ….
“Aku bangun di tengah malam, ketika itu aku mengikuti Rasulullah di perang Tabuk . . . . Maka tampak olehku nyala api di arah pinggir perkemahan, lalu kudekati untuk melihatnya. Kiranya Rasulullah bersama Abu Bakar dan Umar. Rupanya mereka sedang menggali kuburan untuk Abdullah Dzulbijadain al-Muzanni yang ternyata telah wafat. Rasulullah saw. ada di dalam lubang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya. Rasulullah bersabda: “Ulurkanlah lebih dekat padaku saudara tuan-tuan itu . . . .! Lalu mereka mengulurkan kepadanya. Dan tatkala diletakkannya di lubang lahat, beliau berdu’a: “Ya Allah, aku telah ridla kepadanya, maka ridlai pula ia oleh-Mu . . .! Alangkah baiknya, sekiranya akulah, yang jadi pemilik liang kubur itu ….
Nah, itulah dia satu-satunya cita-cita yang diharapkan dan diangan-angankan selagi hidupnya ….
Dan sebagai anda ketahui, ia tak pernah mencari kesempatan untuk
mendapatkan sesuatu yang dikejar-kejar dan diperebutkan orang, berupa
kemuliaan, kekayaan, pengaruh atau jabatan . . . .
Hal ini semata-mata karena cita-citanya adalah cita-cita seorang
tokoh yang berhati mulia, berjiwa besar dan berkeyakinan teguh . . . .
seorang tokoh yang mendapat petunjuk dari Allah memperoleh tuntutan dari
al-Quran , dan menerima didikan dari Rasulullah saw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar