HUDZAIFAH IBNUL YAMAN
SETERU KEMUNAFIKAN, KAWAN KETERBUKAAN
(Kisah Sahabat ke-13)
Penduduk kota Madain berduyun-duyun keluar untuk nyambut kedatangan 
wali negeri mereka yang baru diangkat dipilih oleh Amirul Mu’minin Umar 
r.a
Mereka pergi menyambutnya, karena lamalah sudah hati mereka rindu 
untuk bertemu muka dengan shahabat Nabi yang mulia ini, yang telah 
banyak mereka dengar mengenai keshalihan ketaqwaannya . . . , begitu 
pula tentang jasa-jasanya dalam membebaskan tanah Irak ….
Ketika mereka sedang menunggu rombongan yang hendak datang, tiba-tiba
 muncullah di hadapan mereka seorang laki-laki dengan wajah 
berseri-seri. la mengendarai seekor keledai yang beralaskan kain usang, 
sedang kedua kakinya teruntai kebawah, kedua tangannya memegang roti serta garam sedang mulutnya sedang mengunyah …. !
Demi ia berada di tengah-tengah orang banyak dan mereka tahu bahwa 
orang itu tidak lain dari Hudzaifah ibnul Yaman, mereka jadi bingung dan
 hampir-hampir tak percaya …. ! Tetapi apa yang Akan diherankan … ?
Corak kepemimpinan bagaimana yang mereka nantikan sebagai pilihan Umar …. ?
Hal itu dapat difahami, karena baik di masa kerajaan Persi terkenal 
itu atau sebelumnya, tak pernah diketahui adanya kepemimpin semulia ini 
….
Hudzaifah meneruskan perjalanan sedang orang-orang ber kerumun dan mengelilinginya… .
Dan ketika dilihat bahwa mereka menatapnya seolah-olah menunggu amanat, diperhatikannya air muka mereka, lalu katanya:
“Jauhilah oleh kalian tempat-tempat fitnah ….
“Jauhilah oleh kalian tempat-tempat fitnah ….
Ujar mereka:
“Di manakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah
“Di manakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah
Ujarnya:
“Pintu-rumah para pembesar ….
“Pintu-rumah para pembesar ….
seorang di antara kalian masuk menemui mereka dan mengiakan ucapan palsu serta
memuji perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan …. ! “
memuji perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan …. ! “
Suatu pernyataan yang luar biasa di samping sangat mena’jubkan . .! Dari ucapan yang mereka dengar dari wali negeri Yang
 baru ini, orang-orang segera beroleh kesimpulan bahwa tak ada yang 
lebih dibencinya tentang apa Saja yang terdapat di dunia ini, begitu pun
 yang lebih hina dalam pandangan matanya daripada kemunafikan . . . . 
Dan pernyataan ini sekaligus merupakan ungkapan yang paling tepat 
terhadap kepribadian wali negeri baru ini, serta siatem yang akan 
ditempuhnya dalam pemerintahan …. Hudzaifah ibnu Yaman memasuki arena 
kehidupan ini dengan bekal tabi’at iatimewa. Di antara cirri-cirinya 
ialah anti kemunafikan, dan mampu melihat jejak dan gejalanya walau 
tersembunyi di tempat-tempat yang jauh sekali pun ….
Semenjak ia bersama saudaranya, Shafwan, menemani bapaknya menghadap 
Rasulullah saw. dan ketiganya memeluk Islam, sementara Islam menyebabkan
 wataknya sertambah terang dan cemerlang . . . , maka sungguh, ia 
menganutnya itu secara teguh dan suci, serta lurus dan gagah berani, dan
 dipandangn sifat pengecut, bohong dan kemunafikan sebagai sifat yan 
rendah dan hina ….
Ia terdidik di tangan Rasulullah saw. dengan kalbu terbuka tak ubah 
bagai cahaya shubuh, hingga tak suatu pun dari persoalan hidupnya yang 
tersembunyi. Tak ada rahasia terpendam dalam lubuk hatinya . . . , 
seorang yang benar dan jujur, mencintai orang-orang yang teguh membela 
kebenaran, sebaliknya mengutuk orang-orang yang berbelit-belit dan riya,
 orang-orang culas bermuka dua …. !
Ia bergaul dengan Rasullulah saw. dan sungguh, tak ada lagi tempat 
baik di mana bakat Hudzaifah ini tumbuh subur dan berkembang sebagai 
halnya di arena ini, yakni dalam pangkuan Agama Islam, di hadapan 
Rasulullah dan di tengah-tengah
golongan besar Kaum perintis dari shahabat-sahabat Rasulullah 
saw      Bakatnya ini benar-benar tumbuh menurut kenyataan …. hingga ia 
berhasil mencapai keahlian dalam membaca tabi’at dan airmuka seseorang. 
Dalam waktu selintas kilas, ia dapat menebak airmuka dan tanpa susah 
payah akan mampu menyelidiki rahasia-rahasia yang tersembunyi serta 
simpanan yang terpendam ….
Kemampuannya dalam hal ini telah sampai kepada apa yang 
diinginkannya, hingga Amirul Mu’minin Umar r.a. yang dikenal sebagai 
orang yang penuh dengan inspirasi seorang yang cerdas dan ahli, sering 
juga mengandalkan pendapat Hudzaifah, begitu pula ketajaman pandangannya
 dalam memilih tokoh dan mengenali mereka.
sungguh Hudzaifah telah dikaruniai fikiran jernih, menyebabkannya 
sampai pada suatu kesimpulan, bahwa dalam kehidupan ini sesuatu yang 
baik itu adalah yang jelas dan gamblang, yakni bagi orang yang 
betul-betul menginginkannya. sebaliknya Yang jelek ialah yang gelap atau
 samar-samar, dan karena itu orang Yang bijaksana hendaklah mempelajari 
sumber-sumber mejahatan ini dan kemungkinan-kemungkinannya ….
 Demikianlah Hudzaifah r.a. terus-menerus mempelajari 
kejahatan dan orang-orang jahat, kemunafikan dan orang-orang munaafiq. 
Berkatalah ia:
“orang-orang menanyakan kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan, 
tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan, karena takut akan 
terlibat di dalamnya. 
Pernah kusertanya: “Wahai Rasulullah, dulu kita berada dalam
 kejahiliyahan dan diliputi kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada 
kita kebaikan ini . . . , apakah di balik kebaikan ini ada kejahatan . .
 . ?”"Ada”, ujarnya. “Kemudian apakah setelah kejahatan masih ada lagi 
kebaikan . . . ?” ‘tanyaku pula. “Memang, tetapi kabur dan 
bahaya – . . ” ‘ “Apa  bahaya itu … ?” “Yaitu segolongan ummat mengikuti
 sunnah bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. 
Kenalilah mereka olehmu dan laranglah . .  ”. “Kemudian setelah kebaikan
 tersebui masihkah ada lagi kejahatan .” tanyaku pula. “Masih
 ajar Nabi, “yakni para tukang seru di pintu neraka. Barangsiapa 
menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam neraka … ! “
Lalu kutanyakan kepada Rasulullah: “Ya Rasulallah, apa yang
 harus saya perbuat bila saya menghadapi hal dernikian … 
?”UjarRasulullah: “senantiasa mengikuti jama ah Kaum Muslimin dan 
pemimpin mereka … ! “
“Bagaimana kalau mereka tidak punya jama’ah dan tidak pula pemimpin … ? ” “Hendaklah kamu tinggalkan golongan itu semua, walaupun kamu akan tinggal di rumpun kayu sampai kamu menemui ajal dalam keadaan demikian . ! “
Nah, tidakkah anda perhatikan ucapannya: “orang-orang menanyakan kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan , karena takut akan terlibat di dalamnya … ! “?
Hudzaifah ibnu Yaman menempuh kehidupan ini dengan mata terbuka
 dan hati waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan liku-likunya demi 
menjaga diri dan memperingatkan manusia terhadap bahayanya. Dengan 
demikian ia menganaliasa kehidupan dunia ini dan mengkaji pribadi orang 
Serta meraba situasi . . . Semua masalah itu diolah dan digodok dalam 
akal pikirannya lalu dituangkan dalam ungkapan seorang filosof yang 
‘aril dan bijaksana.
Berkatalah ia:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah membangkitkan Muhammad saw. Maka diserunya manusia dari kesesatan kepada kebenaran, dari kekafiran kepada keimanan. Lalu yang menerima mengamalkannyalah, hingga dengan kebenaran itu yang mati menjadi hidup . , dan dengan kebatilan yang hidup menjadi mati . Kemudian masa kenabian berlalu, dan datang masa kekhalifahan menurut jejak beliau . . , dan setelah itu tiba zaman kerajaan yang durjana .
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah membangkitkan Muhammad saw. Maka diserunya manusia dari kesesatan kepada kebenaran, dari kekafiran kepada keimanan. Lalu yang menerima mengamalkannyalah, hingga dengan kebenaran itu yang mati menjadi hidup . , dan dengan kebatilan yang hidup menjadi mati . Kemudian masa kenabian berlalu, dan datang masa kekhalifahan menurut jejak beliau . . , dan setelah itu tiba zaman kerajaan yang durjana .
Di antara manusia ada yang menentang, baik dengan hati maupun dengan tangan Serta lisannya maka merekalah yang benar-benar menerima yang haq
Dan di antara mereka ada yang menentang dengan hati dan lisannya tanpa mengikutsertakan tangannya, maka golongan ini telah meninggalkan suatu cabang dari yang haq . . . . Dan
 ada pula yang menentang dengan hatinya semata, tanpa mengikutsertakan 
tangan dan lisannya, maka golongan ini telah meninggalkan dua cabang 
dari yang haq . . . . Dan ada pula yang tidak menentang, baik dengan 
hati maupun dengan tangan serta lisannya, maka golongan ini adalah 
mayat-mayat bernyawa . . . .! “
Ia juga berbicara tentang hati, dan mengenai kehidupannya yang beroleh petunjuk dan yang sesat, katanya:
“Hati itu ada empat macam:.
Hati yang tertutup, itulah dia hati orang kafir ….
Hati yang dua muka, itulah dia hati orang munafiq
Hati yang suci bersih, di sans ada pelita yang menyala, itulah dia hati orang yang beriman ….
Dan hati yang beriai keimanan dan kemunafikan. Tamsil keimanan itu adalah laksana sebatang kayu yang dihidupi air yang bersih, sedang kemunafikan itu tak ubahnya bagai bisul yang diairi darah dan nanah. Maka mana di antara keduanya yang lebih kuat, itulah yang menang …. ! “
Hati yang tertutup, itulah dia hati orang kafir ….
Hati yang dua muka, itulah dia hati orang munafiq
Hati yang suci bersih, di sans ada pelita yang menyala, itulah dia hati orang yang beriman ….
Dan hati yang beriai keimanan dan kemunafikan. Tamsil keimanan itu adalah laksana sebatang kayu yang dihidupi air yang bersih, sedang kemunafikan itu tak ubahnya bagai bisul yang diairi darah dan nanah. Maka mana di antara keduanya yang lebih kuat, itulah yang menang …. ! “
Pengalaman Hudzaifah yang luas tentang kejahatan dan ketekunannya 
untuk melawan dan menentangnya, menyebabkan lidah dan kata-katanya 
menjadi tajam dan pedas. Hal ini diakuinya kepada kita secara ksatria, 
katanya:
“Saya datang menemui Rasulullah saw., kataku Padanya: Wahai
 Rasulullah, lidahku agak tajam terhadap keluargaku, dan saya khawatir 
kalau-kalau hal itu akan menyebabkan saya masuk neraka . . . . Maka u.jar Rasulullah saw.: lenapa kamu tidak beristighfar . . .? Sungguh, saya beristiqfar kepada Allah tiap hari serutus kali … “
Nah, inilah dia Hudzaifah musuh kemunafikan dan shahabat  keterbukaan
 . . . . Dan tokoh semacam ini pastilah imannya teguh dan kecintaannya 
mendalam. Demikianlah pula halnya Hudzaifah, dalam keimanan dan 
kecintaannya ….
Disaksikannya bapaknya yang telah beragama Islam tewas di perang Uhud dan di tangan srikandi Islam sendiri, yang Welakukan kekhilafan karena menyangkanya sebagai orang musyrik ….
Hudzaifah melihat dari jauh pedang sedang dihunjamkan kepada ayahnya,
 ia berteriak:”ayahku … ayahku …. jangan ia ayahku………………………. Tetapi 
qadla Allah telah tiba
Dan ketika Kaum Muslimin mengetahui hal itu, merekapun diliputi
 suasana duka dan sama-sama membisu. Tetapi ~sambil memandangi mereka 
dengan sikap kasih sayang dan penuh pengampunan, katanya:
“Semoga Allah mengampuni tuan-tuan, Ia adalah sebai-kbaik Penyayang … ! “
“Semoga Allah mengampuni tuan-tuan, Ia adalah sebai-kbaik Penyayang … ! “
Kemudian dengan pedang terhunus ia maju ke daerah tempat  
berkecamuknya pertempuran dan membaktikan tenaga serta menunaikan tugas 
kewajibannya ….
Akhirnya peperangan pun usailah dan berita tersebut sampai ketelinga 
Rasulullah saw. Maka disuruhnya membayar diyat terbunuhnya ayahanda 
Hudzaifah (Husail bin Yabir) yang terrnyata ditolak oleh Hudzaifah ini 
dan disuruh membagikannya kepada Kaum Muslimin. Hal itu menambah sayang dan tingginya penilaian Rasulullah terhadap dirinya ….
Keimanan dan kecintaan Hudzaifah tidak kenal lelah dan ah …. bahkan juga tidak kenal mustahil . . . .
Sewaktu perang Khandaq . . . , yakni setelah merayapnya kegelisahan 
dalam barisan kafir Quraiay dan sekutu-sekutu mereka dari golongan 
yahudi, Rasulullah saw. bermaksud hendak   mengetahui perkembangan terakhir di lingkungan perkemahan musuh-musuhnya ….
Ketika itu malam gelap gulita dan menakutkan …. sementara angin 
topan dan badai meraung dan menderu-deru, seolah-olah hendak mencabut 
dan menggulingkan gunung-gunung Sahara yang berdiri tegak di tempatnya .
 . . Dan suasana di kala itu mencekam hingga menimbulkan kebimbangan dan
 kegelisahan, mengundang kekecewaan dan kecemasan, sementara kelaparan
 telah mencapai saat-saat yang gawat di kalangan para shahabat 
Rasulullah saw
Maka siapakah ketika itu yang memiliki kekuatan. apa pun kekuatan itu
 yang berani berjalan ke tengah-tengah perkemahan musuh di tengah-tengah
 bahaya besar yang sedang mengancam, menghantui dan memburunya, untuk 
secara diam-diam menyelinap ke dalam, yakni untuk menyelidiki dan 
mengetahui keadaan mereka … ?
Maka Rasulullah yang memilih di antara para shahabatnya, orang yang 
akan melaksanakan tugas yang amat sulit ini! Dan tahukah anda, siapa 
kiranya pahlawan yang dipilihnya itu … ? Itulah dia Hudzaifah ibnu Yaman
 …!
Ia dipanggil oleh Rasulullah saw. untuk melakukan tugas, dan dengan 
patuh dipenuhinya …. Dan sebagai bukti kejujurannya, ketika ia 
mengisahkan peristiwa tersebut dinyatakannya bahwa ia mau tak mau harus 
menerimanya . . . . Hal itu menjadi petunjuk, bahwa sebenarnya ia takut 
menghadapi tugas yang dipikulkan atas pundaknya serta khawatir akan 
akibatnya. Apalagi bila diingat bahwa ia harus melakukannya dalam 
keadaan lapar dan timpaan hujan es, serta keadaan jasmaniah yang amat 
lemah, sebagai akibat pengepungan orang-orang musyrik selama satu bulan 
atau lebih . . .!
Dan sungguh, periatiwa yang dialami oleh Hudzaifah malam itu, amat 
menajubkan sekali! Ia telah menempuh jarak yang terbentang di antara 
kedua perkemahan dan berhasil menembus kepungan . . , lalu secara 
diam-diam menyelinap ke perkemahan musuh . . . . Ketika itu angin 
kencang telah memadamkan alat-alat penerangan pihak lawan hingga mereka
 berada dalam gelap gulita, sementara Hudzaifah r.a. telah mengambil 
tempat di tengah-tengah prajurit musuh itu …
Abu Sufyan, yakni panglima besar Quraiay, takut kalau-kalau 
kegelapan malam itu dimanfaatkan oleh mata-mata Kaum Muslimin untuk 
menyusup ke perkemahan mereka. Maka ia pun berdirilah untuk 
memperingatkan anak buahnya . . . . Seruan yang diucapkan dengan keras 
kedengaran oleh Hudzaifah dan bunyinya sebagai berikut:
“Ilai segenap golongan Quraiay, hendaklah masing-masing kalian 
memperhatikan kawan duduknya dan memegang tangan serta mengetahui siapa 
namanya!
Kata Hudzaifah:
” Maka segeralah saya menjambat tangan laki-laki yang duduk di 
dekatku, kataku kepadanya: “Siapa kamu ini … ‘ Ujarnya: “Si Anu anak si 
Anu . . . “.
Demikianlah Hudzaifah mengamankan kehadirannya di kalangan tentara musuh itu hingga selamat.
Abu Sufyan mengulangi lagi seruan kepada tentaranya, katanya: “Hai 
orang-orang Quraish, kekuatan kalian sudah tidak utuh lagi …. Kuda-kuda 
kita telah binasa  . . , demikian juga halnya unta. Bany Quraidhah telah
 pula mengkhianati kita hingga kita mengalami akibat yang tidak kita 
inginkan. Dan sebagaimana kalian saksikan sendiri, kita telah mengalami 
bencana angin badai: periuk-periuk berpelantingan, api menjadi padam 
dan kemah-kemah berantakan . . . . Maka berangkatlah kalian saya pun 
akan berangkat!  Lalu ia naik ke punggung untanya dan mulai berangkat, 
diikuti dari belakang oleh tentaranya.
Kata Hudzaifah:
“Kalau tidaklah pesan Rasulullah saw. kepada saya agar saya tidak mengambil sesuatu tindakan sebelum menemuinya lebih dulu, tentulah saya bunuh Abu Sufyan itu dengan anak panah . . . .”.
“Kalau tidaklah pesan Rasulullah saw. kepada saya agar saya tidak mengambil sesuatu tindakan sebelum menemuinya lebih dulu, tentulah saya bunuh Abu Sufyan itu dengan anak panah . . . .”.
Hudzaifah kembali kepada Rasulullah saw. dan menceritakan keadaan 
musuh, serta menyampaikan berita gembira itu ….Barang siapa yang pernah
 bertemu muka dengan Hudzaifah, dan merenungkan buah fikiran dan hasil 
filsafatnya serta ke tekunannya untuk mencapai ma’rifat, tak mungkin 
akan mengharapkan daripadanya sesuatu kepahlawanan di medan perang atau
 pertempuran . . .
Tetapi anehnya dalam bidang ini pun Hudzaifah nielenyapkan segala dugaan itu ….
Laki-laki santri yang teguh beribadat dan pemikir ini, akan 
menunjukkan kepahlawanan yang luar biasa di kala ia menggenggam pedang 
menghadapi tentara berhala dan pembela kesesatan ….
Cukuplah sebagai bukti bahwa ia merupakan orang ketiga atau kelima 
dalam deretan tokoh-tokoh terpenting pada pembebasan seluruh wilayah 
Irak . . . .! Kota-kota Hamdan, Rai dan Dainawar, selesai pembebasannya 
di bawah komando Hudzaifah ….
Dan dalam pertempuran besar Nahawand, di mana orangorang Persi 
berhasil menghimpun 150 ribu tentara . . . , Amirul Mu’minin Umar 
memilih sebagai panglima Islam Nu’man bin Muqarrin, sedang kepada 
Hudzaifah dikirimnya surat agar ia menuju tempat itu sebagai komandan 
dari tentara Kufah ….
Kepada para pejuang itu Umar mengirimkan surat, katanya: “Jika Kaum 
Muslimin telah berkumpul, maka masing-masing panglima hendaklah 
mengepalai anak buahnya, sedang yang akan menjadi panglima besar ialah 
Nu’man bin Muqarrin … ! Dan seandainya Nu’man tewas, maka panji-panji 
komando  hendaklah dipegang oleh Hudzaifah dan kalau ia tewas pula maka 
oleh Jarir bin Abdillah …
Amirul Mu’minin masih menyebutkan beberapa nama lagi, ada tujuh orang
 banyaknya yang akan memegang pimpinan tentara secara berurutan.
Dan kedua pasukan pun berhadapanlah …. Pasukan Persi dengan 150 ribu 
tentara, sedang Kaum Muslimin dengan 30 ribu orang pejuang, tidak lebih .
 . .. Perang berkobar, suatu pertempuran yang tak ada tolak bandingnya, 
perang terdahsyat dan paling sengit dikenal oleh sejarah … ! Panglima 
besar Kaum Muslimin gugur sebagai syahid
Nu’man bin Muqarrin tewaslah sudah       Tetapi sebelum bendera Kaum 
Muslimin menyentuh tanah, panglima yang baru telah menyambutnya dengan 
tangan kanannya, dan angin kemenangan pun meniup dan menggiring tentara
 maju ke muka dengan semangat penuh dan keberanian luar biasa . . . . 
Dan panglima yang baru itu tiada lain dari Hudzaifah ibnul Yaman …. !
Bendera segera disambutnya, dan dipesankannya agar kematian Nu’man 
tidak disiarkan, sebelum peperangan berketentuan. Lalu dipanggilnya 
Na’im bin Muqarrin dan ditempatkan pada kedudukan saudaranya Nu’man, 
sebagai penghormatan kepadanya …. Dan semua itu dilaksanakannya dengan 
kecekatan, bertindak dalam waktu hanya beberapa saat, sedang roda 
peperangan berputar cepat, kemudian bagai angin puting beliung ia maju 
menerjang barisan Persi sambil menyerukan:
“Allahu Akbar, Ia telah menepati janji-Nya “Allahu Akbar, telah dibelaNya tentara-Nya”
Lalu diputarlah kekang kudanya ke arah anak buahnya, dan berseru:
“Hai ummat Muhammad saw., pintu-pintu surga telah terbuka lebar, siap sedia menyambut kedatangan tuan-tuan …. jangan biarkan ia menunggu lebih lama …. !
Ayohlah wahai pahlawan-pahlawan Badar ….
Majulah pejuang-pejuang Uhud, Khandaq dan Tabuk . .
Lalu diputarlah kekang kudanya ke arah anak buahnya, dan berseru:
“Hai ummat Muhammad saw., pintu-pintu surga telah terbuka lebar, siap sedia menyambut kedatangan tuan-tuan …. jangan biarkan ia menunggu lebih lama …. !
Ayohlah wahai pahlawan-pahlawan Badar ….
Majulah pejuang-pejuang Uhud, Khandaq dan Tabuk . .
Dengan ucapan-ucapannya itu Hudzaifah telah memelihara semangat 
tempur dan ketahanan anak buahnya, jika tak dapat dikatakan telah 
menambah dan melipatgandakannya ….
Dan kesudahannya perang berakhir dengan kekalahan pahit bagi 
orang-orang Persi, suatu kekalahan yang jarang ditemukan bandingannya ….
 !
Dialah seorang pahlawan di bidang hikmat, ketika sedang tenggelam 
dalam renungan . . .. Seorang pahlawan di medan juang, ketika berada di 
medan laga …. Pendeknya ia seorang tokoh, dalam urusan apa juga yang 
dipikulkan atas pundaknya, dalam setiap persoalait: membutuhkan 
pertimbangannya.
Maka tatkala Kaum Muslimin di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash 
hendak pindah dari Madain ke Kufah dan bermukim di sana, yakni setelah 
keadaan iklim kota Madain membawa akibat buruk terhadap Kaum Muslimin 
dari golongan Arab, menyebabkan Umar menitahkan Sa’ad segera 
meninggalkan kota itu setelah menyelidiki suatu daerah yang paling 
cocok sebagai tempat pemukiman Kaum Muslimin . . . , maka siapakah dia 
yang diserahi tugas untuk memilih tempat dan daerah tersebut Itulah dia
 Hudzaifah ibnul Yaman, yang pergi bersama Salman bin Ziad guna 
menyelidiki lokasi yang tepat bagi pemukiman baru itu ….
Tatkala mereka sampai di Kufah, yang ternyata merupakan tanah kosong 
yang berpasir dan berbatu-batu, pernafasan Hudzaifah menghirup udara 
segar, maka ia berkata kepada shahabatnya:”Di sinilah tempat pemukiman itu insya Allah . ..!”,
Demikianlah diatur rencana pembangunan kota Kufah, yang oleh ahli 
bangunan diwujudkan menjadi sebuah kota yang permai …. Dan baru saja 
Kaum Muslimin pindah ke sana, maka yang sakit segera sembuh, yang lemah 
menjadi kuat, dan urat-urat mereka berdenyutan menyebarkan arus 
kesehatan …. !
Sungguh, Hudzaifah adalah seorang yang berfikiran cerdas dan berpengalaman luas, kepada Kaum Muslimin selalu dipesankannya:
“Tidaklah termasuk yang terbaik di antara kalian yang meninggalkan dunia untuk
kepentingan akhirat, dan tidak pula yang meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia
tetapi hanyalah yang mengambil bagian dari kedua-duanya . ! “
“Tidaklah termasuk yang terbaik di antara kalian yang meninggalkan dunia untuk
kepentingan akhirat, dan tidak pula yang meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia
tetapi hanyalah yang mengambil bagian dari kedua-duanya . ! “
Pada suatu hari di antara hari-hari yang datang silih berganti dalam 
tahun 36 Hijriah, Hudzaifah mendapat panggilan menghadap Ilahi . . . . 
Dan tatkala ia sedang berkemas-kemas untuk berangkat melakukan 
perjalanannya yang terakhir, masuklah beberapa  orang shahabatnya. Maka 
ditanyakannya kepada mereka:
“Apakah tuan-tuan membawa kain kafan … ” “Ada”, ujar mereka.
“Coba lihat”, kata Hudzaifah pula.
“Coba lihat”, kata Hudzaifah pula.
Maka tatkala dilihatnya kain kafan itu baru dan agak mewah, 
terlukislah pada kedua bibirnya senyuman terakhir bernada ketidak 
senangan, lalu katanya:
“Kain kafan ini tidak cocok bagiku … I
Cukuplah bagiku dua helai kain putih tanpa baju
Tidak lama aku akan berada dalam kubur, menunggu diganti dengan kain yang lebih baik atau dengan yang lebih jelek. ..!”
“Kain kafan ini tidak cocok bagiku … I
Cukuplah bagiku dua helai kain putih tanpa baju
Tidak lama aku akan berada dalam kubur, menunggu diganti dengan kain yang lebih baik atau dengan yang lebih jelek. ..!”
Kemudian ia menggumamkan beberapa kalimat dan sewaktu didengarkan 
oleh hadirin dengan mendekatkan telinga mereka, kedengaranlah ucapannya:
“Selamat datang, wahai maut
Kekasih tiba di waktu rindu
Hati bahagia tak ada keluh atau sesalku …. .
“Selamat datang, wahai maut
Kekasih tiba di waktu rindu
Hati bahagia tak ada keluh atau sesalku …. .
Ketika itu naiklah membubung ke hadlirat Ilahi, ruh suci di antara arwah para shalihin, ruh yang cemerlang, taqwa, tunduk dan berbakti ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar