'AMMAR BIN YASIR
SEORANG TOKOH PENGHUNI SURGA
(Kisah Sahabat ke-14)
Seandainya ada orang yang dilahirkan di Surga, lalu dibesarkan dalam haribaannya dan jadi dewasa, kemudian dibawa ke dunia
untuk jadi hiasan dan nur cahaya, maka ‘Ammar bersama ibunya Sumayyah
dan bapaknya Yasir, adalah beberapa orang di antara mereka ….
Tetapi kenapa kita mengatakan tadi “seandainya”, seolah-olah itu hanya pengandaian belaka, padahal keluarga Yasir benar-benar penduduk Surga? Ketika Rasulullah saw. bersabda:
“Shabar wahai keluarga Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah Surga!”
kata-kata itu diucapkannya bukanlah hanya
sebagai hiburan belaka, tetapi benar-benar mengakui kenyataan yang
diketahuinya dan menguatkan fakta yang dilihat dan disaksikannya ….
Yasir bin ‘Amir yakni ayahanda ‘Ammar,
berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui
salah seorang saudaranya …. Rupanya ia berkenan dan merasa cocok tinggal
di Mekah. Bermukimlah ia di sana dan mengikat perjanjian persahabatan
dengan Abu Hudzaifah ibnul Mughirah….
Abu Hudzaifah mengawinkannya dengan salah
seorang sahayanya bernama Sumayyah binti Khayyath, dan dari perkawinan
yang penuh berkah ini, kedua suami isteri itu dikaruniai seorang putera
bernama ‘Ammar ….
Keislaman mereka termasuk dalam golongan
yang mula pertama, sebagai halnya orang shalih yang diberi petunjuk oleh
Allah. Dan sebagai halnya orang-orang shalih yang termasuk dalam
golongan yang mula pertama -masuk Islam, mereka cukup menderita karena
siksa dan kekejaman Quraisy ….
Orang-orang Quraisy menjalankan siasat
terhadap Kaum Muslimin sesuai suasana. Seandainya mereka ini golongan
bangsawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan.
Abu Jahal orang yang menggertaknya dengan ungkapan: “Kamu berani
meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu!
Akan kami uji sampai di mana ketabahanmu, akan kami jatuhkan
kehormatanmu, akan kami rusak perniagaanmu dan akan kami musnahkan harta
bendamu!” Dan setelah itu mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf
yang amat sengit.
Dan sekiranya yang beriman itu dari
kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya dan yang miskin, atau
dari golongan budak belian, maka mereka didera dan disulutnya dengan api
bernyala.
Maka keluarga Yasir termasuk dalam
golongan yang kedua ini . . . . Dan soal penyiksaan mereka, diserahkan
kepada Bani Makhzum. Setiap hari Yasir, Sumayyah dan ‘Ammar dibawa ke
padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai
adzab dan siksa!
Penderitaan dan pengalaman Sumayyah dari
siksaan ini amat ngeri dan menakutkan, tetapi tidak akan kita paparkan
panjang lebar sekarang ini. Insya Allah pada kesempatan lain akan kita
ceritakan pengurbanan dan keteguhan hati yang ditunjukkan oleh Sumayyah
bersama shahabat-shahabat dan kawan-kawan seperjuangannya di hari-hari
yang bersejarah itu….
Cukuplah kita sebutkan sekarang tanpa
berlebih-lebihan bahwa syahidah Sumayyah telah menunjukkan sikap dan
pendirian tangguh, yang dari awal hingga akhirnya telah membuktikan
kepada kemanusiaan suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan
yang pamornya tak pernah luntur. Suatu sikap yang telah menjadikannya
seorang bunda kandung bagi orang-orang Mu’min di setiap zaman, dan bagi
para budiman di sepanjang masa ….
Rasulullah saw. tidak lupa mengunjungi
tempat-tempat yang diketahuinya sebagai arena penyiksaan bagi keluarga
Yasir. Ketika itu tidak suatu apa pun yang dimilikinya untuk menolak
bahaya dan mempertahankan diri. Dan rupanya demikian itu sudah menjadi
kehendak Allah … .
Maka Agama baru, yakni Agama Nabi Ibrahim
yang suci murni, suatu Agama yang hendak dikibarkan panji-panjinya oleh
Muhammad saw., bukanlah suatu gerakan perubahan secara vertikal dan
horizontal, tetapi merupakan suatu tata cara hidup bagi manusia beriman.
Dan manusia beriman ini haruslah memiliki dan mewarisi bersama Agama
itu sejarah lengkap dengan kepahlawanan, perjuangan dan pengurbanannya …
.
Pengurbanan-pengurbanan mulia yang
dahsyat ini tak ubahnya dengan tumbal yang akan menjamin bagi Agama dan
‘aqidah keteguhan yang takkan lapuk . . . .! Ia juga menjadi contoh
teladan yang akan mengisi hati orang-orang beriman dengan rasa simpati,
kebanggaan dan kasih sayang …. Ia adalah menara yang akan menjadi
pedoman bagi generasi-generasi mendatang untuk mencapai hakikat Agama,
kebenaran dan kebesarannya….
Demikianlah, berlaku pula bagi Agama Islam, qurban dan pengurbanan ini. Makna ini telah dijelaskan oleh al-Quran kepada Kaum Muslimin bukan hanya pada satu atau dua ayat. FIrman Allah swt.:
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”, padahal mereka belum lagi diuji?
(Q.S. 29 al-’Ankabut:2)
(Q.S. 29 al-’Ankabut:2)
Apakah kalian mengira akan dapat masuk surga, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang di antara kalian, begitu pun orang-orang yang ta bah ?
(Q.S. 3 Ali Imran: 142)
(Q.S. 3 Ali Imran: 142)
Sungguh, Kami telah menguji
orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi Allah orang-orang
yang benar dan terbukti pula orang-orang yang dusts.
(Q.S. 29 al-’Ankabut: 3)
(Q.S. 29 al-’Ankabut: 3)
Apakah kalian mengira akan dibiarkan
begitu saja, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang
berjuang di antara kalian?
(Q.S. 9 Attaubat: 16)
(Q.S. 9 Attaubat: 16)
Allah tiada hendak membiarkan orang-orang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, hingga dipisahkanNya mana-mana yang jelek daripada yang baik.
(Q.S. 3 Ali Imran: 179)
(Q.S. 3 Ali Imran: 179)
Dan mushibah yang telah menimpa kalian di saat berhadapannya dua pasukan, adalah dengan idzin Allah, yakni agar terbukti baginya orang-orang yang beriman!”
(Q.S. 3 Ali Imran: 166)
(Q.S. 3 Ali Imran: 166)
Memang, demikianlah al-Quran mendidik
putera dan para pendukungnya bahwa pengurbanan merupakan essensi atau
sari dari keimanan, dan bahwa kepahlawanan menghadapi kekejaman dan
kekerasan dihadapi dengan kesabaran, keteguhan dan pantang mundur,
hanyalah akan membentuk keutamaan iman yang cemerlang dan medgagumkan ….
Oleh sebab itu di kala sedang meletakkan
dasarnya, memancangkan tiang-tiang dan mengemukakan model contohnya,
hendaklah Agama Allah ini memperkukuh diri dengan pengurbanan dan
membersihkan jiwa dengan pengurbanan harta , maka terpilihlah untuk
kepentingan mulia ini beberapa orang putera, para pemuka dan tokoh-tokoh
utamanya untuk menjadi ikutan sempurna dan teladan istimewa bagi
orang-orang beriman yang menyusul kemudian!
Maka Sumayyah …. Yassir . . . , dan
‘Ammar dari golongan luar biasa yang beroleh barkah ini, adalah pilihan
dari taqdir, yang dengan pengurbanan, ketekunan dan keuletan mereka itu,
dapat memateri kebesaran dan keabadian Islam secara kuat dan kukuh ….
Telah kita katakan tadi bahwa Rasulullah
saw. tiap hari berkunjung ke tempat disiksanya keluarga Yasir, mengagumi
ketabahan dan kepahlawanannya . . . , sementara hatinya yang mulia
bagaikan hancur karena santun dan belas kasihan menyaksikan mereka
menerima siksa yang tak terderitakan lagi.
Pada suatu hari ketika Rasulullah saw. mengunjungi mereka, ‘Ammar memanggilnya, katanya:
“Wahai Rasulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke puncak”.
Maka seru Rasulullah saw.:
“Shabarlah, wahai Abal Yaqdhan …. “Shabarlah, wahai keluarga Yasir ….
“Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga …..
Maka seru Rasulullah saw.:
“Shabarlah, wahai Abal Yaqdhan …. “Shabarlah, wahai keluarga Yasir ….
“Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga …..
Siksaan yang dialami oleh ‘Ammar dilukiskan oleh kawan-wannya dalam beberapa riwayat. Berkata ‘Amax bin Hakam:
‘Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa Yang diucapkannya”.
‘Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa Yang diucapkannya”.
Berkata pula ‘Ammar bin Maimun:
“Orang-orang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya lalu memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda:
“Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim … “
“Orang-orang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya lalu memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda:
“Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim … “
Bagaimanapun juga, semua bencana itu
tidaklah dapat menekan jiwa ‘Ammar, walau telah menekan punggung dan
menguras tenaganya. Ia baru merasa dirinya benar-benar celaka, ketika
pada suatu hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya menghabiskan
segala daya upaya dalam melampiaskan kedhaliman dan kekejiannya . . . . ,
semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir
panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai
ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas
kulitnya yang penuh dengan luka.
Pada hari itu, ketika ia telah tak sadarkan diri lagi karena siksaan
yang demikian berat, orang-orang itu mengatakan kepadanya: “Pujalah
olehmu tuhan-tuhan kami!”, lalu diajarkan mereka kepadanya kata-kata
pujaan itu, sementara ia mengikutinya tanpa menyadari apa yang
diucapkannya.
Ketika ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, ‘tiba-tiba
ia sadar akan apa yang telah diucapkannya …. maka hilanglah akalnya dan
terbayanglah di ruang matanya betapa besar kesalahan yang telah
dilakukannya, suatu dosa besar Yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi .
. . , hingga beberapa saat dirasakannya siksaan orang-orang musyrik
terhadap dirinya sebagai obat pembalur luka dan suatu keni’matan juga – -
– -! Dan seandainya ia dibiarkan dalam perasaan itu agak beberapa jam
saja, tak dapat tiada tentulah akan membawa ajalnya
Ammar dapat bertahan menanggungkan semua
siksa yang ditimpakan atas tubuhnya, ialah karena jiwanya sedang berada
ada kondisi puncak. Tetapi sekarang ini, demi disangkanya iwanya telah
menyerah kalah, maka dukacita dan sesal kecewa hampir saja menghabiskan
tenaga dan melenyapkan nyawanya Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung
lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa yang mengharukan itu
mendapat titik kesudahan yang amat luhur
Dan tangan wahyu yang penuh berkah itu
pun terulurlah menjabat tangan ‘Ammar, bila menyampaikan ucapan selamat
kepadanya: “Bangunlah hai pahlawan . . . .! Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat …. !
Ketika Rasulullah saw. menemui
shahabatnya itu didapatiya ia sedang menangis, maka disapunyalah
tangisnya itu dengan tangan beliau seraya sabdanya:
“Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu …. ?
“Benar”, wahai Rasulullah “, ujar ‘Ammar sambil meratap. Maka sabda Rasulullah sambil tersenyum: “Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi …. !”
Lalu dibacakan Rasullulah kepadanya ayat mulia seperti ini:
Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan …. (Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan …. (Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kembalilah ‘Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya bertubi-tubi tidak terasa sakit lagi, dan apa juga
yang akan terjadi, terjadilah dan ‘a tidak akan peduli. jiwanya
berbahagia, keimanannya di fihak yang menang! ucaapan yang dikeluarkan
secara terpaksa itu dijamin bebas oleh Al-Qur’an , maka apa lagi yang
akan dirisaukannya . . . ?
‘Ammar menghadapi cobaan dan siksaan itu
dengan ketabahan luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah dan
menjadi lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maka
kukuh …. !
Setelah pindahnya Rasulullah saw. ke
Medinah, Kaum Muslimin tinggal bersama beliau bermukim di sana,
secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan menyempurnakan barisannya.
Maka di tengah-tengah masyarakat Islam
yang beriman ini ‘Ammar pun mendapatkan kedudukan yang tinggi ….
Rasulullah saw. amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan
keimanan dan ketaqwaan ‘Ammar kepada para shahabat.
Bersabda Rasulullah saw.:
“Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya …. ! “
“Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya …. ! “
Dan sewaktu terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan ‘Ammar, Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah!”
“Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah!”
Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin
Walid pahlawan Islam itu selain segera mendatangi ‘Ammar untuk mengakui
kekhilafannya dan meminta ma’af …. !
Suatu peristiwa terjadi pula ketika
Rasulullah saw. bersama para shahabat mendirikan mesjid di Madinah,
yakni tiada lama setelah kepindahannya ke sana. Imam Ali karamallahu
wajhah menggubah sebuah bait sya’ir yang didendangkan berulang-ulang
diikuti oleh Kaum Muslimin yang sedang bekerja itu, dan baitnya adalah
sebagai berikut:
“Orang yang memakmurkan mesjid nilainya
tidak sama . bekerja sambil duduk di sini berdiri di sana … Sedang
pemalas lari menghindar tertidur di sana . . .
Kebetulan waktu itu ‘Ammar sedang bekerja di salah satu sisi bangunan. la juga turut berdendang, mengulang-ulangnya dengan nada tinggi …. Salah seorang kawan menyangka bahwa ‘Ammar bermaksud dengan nyanyian itu hendak menonjolkan dirinya, hingga di antara mereka terjadi pertengkaran dan keluar kata-kata yang menunjukkan kemarahan. Mendengar itu Rasulullah murka, sabdanya:
“Apa maksud mereka terhadap ‘Ammar
Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak meng ajaknya ke neraka …. !
Sungguh, ‘Ammar adalah biji mataku sendiri ….
Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak meng ajaknya ke neraka …. !
Sungguh, ‘Ammar adalah biji mataku sendiri ….
Jika Rasulullah saw. telah menyatakan kesayangannya terhadap seorang Muslim demikian rupa, pastilah keimanan orang itu, kecintaan dan jasanya terhadap Islam, kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan …. !
Demikian halnya ‘Ammar ….
Berkat ni’mat dan petunjuk-Nya, Allah telah memberikan kepada ‘Ammar ganjaran setimpal, dan menilai takaran kebaikannya secara penuh.
Hingga disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan yang telah
dicapainya, maka Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan mengangkat
dirinya sebagai contoh teladan bagi para shahabat, sabdanya:
“Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar . . . , dan ambillah pula hiclayah yang dipakai ‘Ammar untuk jadi bimbingan!”
Mengenai perawakannya, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut:
la adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru …. seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara ….
la adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru …. seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara ….
Nah, bagaimanakah kiranya garis kehidupan
raksasa pendiam yang bermata biru dan berdada lebar, serta tubuhnya
penuh dengan bekas-bekas siksaan kejam, dan di waktu yang bersamaan
jiwanya telah ditempa dengan ketabahan yang amat mengagumkan dan
kebesaran yang luar biasa . . . ? Bagaimanakah jalan kehidupan yang
ditempuh oleh pengikut yang jujur dan Mu’min yang tulus serta pejuang
yang berani mati ini.
Sungguh telah diterjuninya bersama
Rasulullah sebagai gurunya semua perjuangan bersenjata, baik Badar,
Uhud, Khandaq, Tabuk . . . pendeknya semua tanpa kecuali …. Dan tatkala
Rasulullah telah mendahuluinya ke ar Rafiqul A’la, maka raksasa ini
tidaklah berhenti, tetapi melanjutkan perjuangannya terus menerus ….
Di kala Kaum Muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Perri dan Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad, ‘Ammar selalu berada di barisan pertama . . . , sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, ia sebagai seorang Mu’min yang shalih dan mulia tidak satu pun yang dapat menghalanginya dalam mencapai ridla Allah.
Di kala Kaum Muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Perri dan Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad, ‘Ammar selalu berada di barisan pertama . . . , sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, ia sebagai seorang Mu’min yang shalih dan mulia tidak satu pun yang dapat menghalanginya dalam mencapai ridla Allah.
Dan tatkala Amirul Mu’minin Umar memilih
calon-calon wali negeri secara cermat dan hati-hati bagi Kaum Muslimin,
maka matanya tetap tertuju dan tak hendak beralih dari ‘Ammar bin Yasir
…. Ia segera menemuinya dan mengangkatnya sebagai wali negeri Kufah
dengan Ibnu Mas’ud sebagai Bendaharanya. Dan kepada penduduknya Umar
menulis sepucuk Surat berita gembira dengan diangkatnya wali negeri baru
itu, katanya:
“Saya kirim kepada tuan-tuan ‘Ammar bin
Yasir sebagai ‘Amir, dan Ibnu Mas’ud sebagai Bendahara dan Wazir … Kedua
mereka adalah orang-orang pilihan, dari golongan shahabat Muhammad saw,
dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar. . . .!”
Dalam melaksanakan pemerintahan, ‘Ammar
melakukan suatu sistim yang rupanya tidak dapat diikuti oleh orang-orang
yang rakus akan dunia, hingga mereka mengadakan atau hampir mengadakan
persekongkolan terhadap dirinya …. Pangkat dan jabatannya itu tidak
menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya. Salah seorang
yang hidup semasa dengannya di Kufah, yaitu Ibnu Abil Hudzail,
bercerita:
“Saya lihat ‘Ammar bin Yasir sewaktu
menjadi ‘Amir di Kufah, membeli sayuran di pasar lalu mengikatnya dengan
tali dan memikulnya di atas punggung, dan membawanya pulang . . . .”.
Dan salah seorang awam berkata kepadanya
sewaktu ia menjadi Amir di Kufah : “ hai orang yang telinganya
terpotong! “, menghinanya dengan telinga yang putus ketika menghadapi
orang-orang murtad di pertempuran Yamamah, tetapi jawaban Amir yang
memegang tampuk kekuasaan itu tidak lebih dari:
“Yang kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik …. Karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fi sabilillah…. “.
Memang telinganya putus dalam perang sabil di Yamamah
. , yakni salah satu di antara hari-hari gemilang bagi ‘Ammar
. . . Raksasa ini maju bagaikan angin topan dan menyerbu ,barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh ….
. , yakni salah satu di antara hari-hari gemilang bagi ‘Ammar
. . . Raksasa ini maju bagaikan angin topan dan menyerbu ,barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh ….
Ketika dilihatnya gerakan Muslimin
mengendor segera dibangkitkannya semangat mereka dengan seruannya yang
gemuruh, hingga mereka kembali maju menerjang bagaikan anak panah yang
lepas dari busurnya ….
Abdullah bin Umar r.a. menceritakan peristiwa itu sebagai berikut:
“Waktu perang Yamamah saya lihat ‘Ammar sedang berada di atas sebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru: “Hai Kaum Muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Surga … ?Inilah saya ‘Ammar bin, Yasir, kemarilah tuan tuan …. !”
“Waktu perang Yamamah saya lihat ‘Ammar sedang berada di atas sebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru: “Hai Kaum Muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Surga … ?Inilah saya ‘Ammar bin, Yasir, kemarilah tuan tuan …. !”
Ketika saya melihat dan memperhatikannya,
kiranya sebelah telinganya telah putus beruntai-untai, sedang ia
berperang dengan amat sengitnya . . .”
Wahai, barangsiapa yang masih meragukan
kebesaran Muhammad saw., seorang Rasul yang benar dan guru yang
sempurna, baiklah ia berdiri sejenak di hadapan contoh-contoh yang
telah ditunjukkan oleh para pengikut dan shahabatnya, lalu bertanya
kepada dirinya: “Siapakah yang akan mampu mengemukakan teladan dan
contoh luhur ini kalau bukan seorang Rasul mulia dan maka guru utama?”
Jika mereka menerjuni suatu perjuangan di
jalan Allah, pastilah mereka akan maju ke depan bagaikan orang yang
hendak mencari maut dan bukan merebut kemenangan …. !
Jika mereka para khalifah dan hakim-hakim
pengadilan, maka mereka takkan keberatan memerahkan susu untuk wanita
janda tua atau mengadon tepung roti untuk anak-anak yatim, sebagai
dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar …. !
Dan jika mereka para pembesar, maka
mereka takkan malu dan merasa segan untuk memikul makanan yang dhkat
dengan tali di atas punggung mereka, seperti kita saksikan pada ‘Ammar;
atau menyerahkan gaji yang menjadi haknya lalu pergi menjalin daun kurma
untuk kantong atau bakul sebagai yang diperbuat olen Salman …. !
Wahai, marilah kita tekurkan kening dan
tundukkan kepala kita, sebagai ta’dhim dan penghormatan kepada Agama
yang telah mengajari mereka semua, dan kepada Rasulullah yang telah
mendidik mereka …. dan sebelum Agama serta Rasulullah itu, terutama
kepada Allah yang Maha tinggi dan Maha Agung, yang telah memilih mereka
untuk semua ini, serta menjadikan mereka sebagai pelopor dan sebaik-baik
ummat yang pernah dilahirkan sebagai teladan bagi seluruh
manusia I
Ketika itu Hudzaifah ibnul Yaman seorang
yang ahli tentang bahasa rahasia dan bisikan ghaib, sedang
berkemas-kemas menghadapi panggilan Illahi atau menghadapi sekarat
mautnya. Kawankawannya yang sedang berkumpul sekelilingnya menanyakan
kepadanya: “Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu, jika terjadi
pertikaian di antara ummat … ?” Sambil mengucapkan kata-katanya yang
akhir, Hudzaifah menjawab:
“Ikutilah oleh kalian Ibnu Sumayyah, karena sampai matinya ia tak hendak berpisah dengan kebenaran … . !”
Benar, ‘Ammar akan tetap mengikuti
kebenaran itu ke mana saja perginya . . . . Dan sekarang sementara kita
menyelusuri jejak langkahnya, dan menyelidiki peristiwa-peristiwa
penting dalam kehidupannya, marilah kita pergi menghampiri suatu
peristiwa besar ….!Hanya sebelum kita memperhatikan kejadian yang
mempesona dan amat mengharukan itu, baik tentang keutamaan dan
kesempurnaannya, tentang kemampuan dan keunggulannya, maupun tentang
kegigihan dan kesungguhannya.
Marilah kita perhatikan lebih dulu suatu
peristiwa lain yang terjadi sebelumnya, ialah ungkapan Rasulullah
mengenai peristiwa yang akan menimpa ‘Ammar di kemudian hari!
Hal itu terjadi tidak lama setelah
menetapnya Kaum Muslimin di Madinah. Dan Rasul al-Amin yang dibantu
oleh shahabat-shahabatnya yang budiman sibuk dalam membaktikan diri
kepada Rabb mereka, membina rumah dan mendirikan mesjid-Nya. Hati yang
beriman dipenuhi kegembiraan dan sinar harapan menyampaikan puji dan
syukur kepada Allah …!
Semua bekerja dengan riang gembira . . .
,semua mengangkat batu .Mengaduk pasir dengan kapur atau mendirikan
tembok, sekelompok di sini dan sekelompok lagi di sana, sedang cakrawala
bahagia bergema dipenuhi nyanyian mereka yang dikumandangkan dengan suara merdu dan seronok:
“Andainya kita duduk-duduk berpangku tangan, sedang Nabi sibuk bekerja tak pernah diam ….
Maka perbuatan kita adalah perbuatan sesat lagi menyesatkan Pemikian mereka bernyanyi dan berdendang. Lalu alunan suara mereka menyanyikan lagu lainnya:
“Ya Allah, hidup bahagia adalah hidup di akhirat
Berilah rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat …. setelah itu terdengar pula lagu ketiga;
“Apakah akan sama nilainya ?
Orang yang bekerja membina masjid
Sibuk bekerja, baik berdiri maupun duduk
Dengan yang menyingkir berpangku tangan…….
Berilah rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat …. setelah itu terdengar pula lagu ketiga;
“Apakah akan sama nilainya ?
Orang yang bekerja membina masjid
Sibuk bekerja, baik berdiri maupun duduk
Dengan yang menyingkir berpangku tangan…….
Tak ubahnya mereka bagai anai-anai yang
sedang sibuk bekerja, bahkan mereka adalah balatentara Allah yang
memanggul bendera-Nya dan membina bangunan-Nya.
Sementara Rasulullah yang budiman lagi
terpercaya tak hendak terpisah dari mereka, mengangkat batu yang paling
berat dan melakukan pekerjaan yang paling sukar . . . . dan alunan suara
mereka yang sedang berdendang melukiskan kegembiraan yang tulus dan
hati yang pasrah . . . , sedang langit tempat mereka bernaung berbangga
diri terhadap bumi tempat mereka berpijak . . . , pendeknya kehidupan
yang penuh gairah sedang menyelenggarakan pesta pora yang paling meriah.
Maka di tengah-tengah khalayak ramai yang
sedang hilir mudik itu, kelihatanlah ‘Ammar bin Yasir sedang mengangkat
batu besar dari tempat pengambilannya ke perletakannya.
Tiba-tiba “rahmat kurnia Allah” yakni
Muhammad Rasulullah melihatnya, dan rasa santun belas kasihan telah
membawa beliau mendekatinya, dan setelah berhampiran maka tangan beliau
yang penuh barkah itu mengipaskan debu yang menutupi kepala ‘Ammar lalu
dengan pandangan yang dipenuhi nur Ilahi diamat-amati wajah yang beriman
diliputi ketenangan itu, kemudian bersabda di hadapan semua
shahabatnya:
“Aduhai Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka …. . 1),
Ramalan ini diulangi oleh Rasulullah
sekali lagi . . . , kebetulan bertepatan dengan ambruknya dinding di
atas tempat ‘Ammar bekerja, hingga sebagian kawannya menyangka bahwa ia
tewas yang menyebabkan Rasulullah meratapi kematiannya itu. Para
shahabat sama terkejut dan menjadi ribut karenanya, tetapi dengan nada
menenangkan dan penuh kepastian, Rasul “Tidak, ‘Ammar tidak apa-apa, hanya nanti ia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka
Maka wahai, siapakah kiranya yang dimaksud dengan golonggan tersebut ….
Dan bilakah Berta di manakah terjadinya peristiwa itu…….
Dan bilakah Berta di manakah terjadinya peristiwa itu…….
‘Ammar mendengarkan ramalan itu dan
meyakini kebenaran pandangan tembus yang disingkapkan oleh Rasul yang
utama. Tetapi ia tidak merasa gentar, karena semenjak menganut Islam ia
telah dicalonkan untuk menghadapi maut dan mati syahid di setiap detik baik siang maupun malam
Dan hari-hari pun berlalu
tahun demi tahun silih berganti. Rasulullah saw. telah kembali ke tempat
tertinggi disusul oleh Abu Bakar ke tempat ridla Ilahi …. lalu
berangkat pula Umar pergi mengiringi …. Setelah itu khilafat dipegang oleh Dzun Nurain Utsman bin ‘Affan ….
Sementara itu musuh-musuh Islam yang
bergerak di bawah tanah, berusaha menebus kekalahannya di medan tempur
dengan jalan menyebarluaskan fitnah ….
Terbunuhnya Umar merupakan hasil pertama
yang dicapai oleh atau subversi ini, yang gerakannya merembes ke Madinah
tak ubahnya bagai angin panas, dan bergerak dari negeri yang kerajaan
dan singgasananya telah dibebaskan oleh ummat islam
Berhasillah usaha mereka terhadap umar
membangkitkan minat dan semangat mereka untuk melanjutkan, mereka
sebarkan fitnah dan menyalakan apinya ke sebagian besar negeri-negeri
islam. Dan mungkin Ustman r.a tidak memperhatikan perhatian khusus
terhadap masalah ini hingga terjadi pula yang menyebabkan syahidnya
ustman dan terbukanya pintu fitnah yang melanda kaum muslimin . . .
Mu’awiyah bangkit hendak merebut jabatan
khalifah dari tangan khalifah Ali karamallahu wajhah yang baru diangkat
dan dibai’at. Dan pendirian shahabat pun bermacam-macam, ada yang
menghindar dan mengunci diri di rumahnya, dengan mengambil ucapan Ibnu
Umar sebagai semboyannya:
“Siapa yang menyerukan marilah shalat, saya penuhi …. Dan siapa yang mengatakan: marilah mencapai bahagia, saya turuti . . . .
Tetapi yang mengatakan: marilah bunuh saudaramu yang Muslimin dan marilah rampas harta bendanya, maka saya jawab: tidak. . .!”
Di antara mereka ada yang berpihak kepada Mu’awiyah. Dan ada pula yang berdiri mendampingi Ali, membai’at dan pengangkatannya sebagai khalifah Kaum Muslimin ….
Dan tahukah anda di pihak mana ‘Ammar
berdiri waktu itu? pihak siapakah berdirinya laki-laki yang mengenai
dirinya Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Dan ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh ‘Ammar sebagai bimbingan . . . !”
“Dan ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh ‘Ammar sebagai bimbingan . . . !”
bagaimanakah pendirian orang yang mengenai dirinya Rasulullah saw. pernah pula bersabda:
“Barangsiapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah . . . !”
“Barangsiapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah . . . !”
orang yang bila suaranya kedengaran
mendekat ke rumah Rasulullah, maka beliau segera menyambut dengan
sabdanya: “Selamat datang bagi orang baik dan diterima baik . . . ,
idzinkanlah ia masuk . . . !”
la berdiri di samping
Ali bin Abi Thalib, bukan karena fanatik atau berpihak, tetapi karena
tunduk kepada kebenaran teguh memegang janji! Ali adalah Khalifah Kaum
Muslimin, berhak menerima bai’at sebagai pemimpin ummat. Dan khilafat
itu diterimanya, karena memang ia berhak untuk itu dan layak untuk
menjabatnya …. Baik sebelum maupun sesudah ini, Ali memiliki
keutamaantamaan yang menjadikan kedudukannya di samping Rasul tak ubah
bagai kedudukan Harun di samping Musa …. Dengan cahaya pandangan ruhani
dan ketulusannya, ‘Ammar selalu mengikuti kebenaran ke mana juga
perginya, dapat mengetahui pemilik hak satu-satunya dalam perselisihan
ini. Dan menurut keyakinannya, tak seorang pun berhak atas hal ini
dewasa itu selain Imam Ali, oleh sebab itulah ia berdiri di sampingnya
….
Dan Ali r.a. sendiri merasa gembira atas
sokongan yang diberikannya itu, inungkin tak ada kegembiraan yang lebih
besar daripada itu, hingga keyakinannya bahwa ia berada di pihak Yang
benar kian bertambah, yakni selama tokoh utama pencinta kebenaran ‘Ammar
datang kepadanya dan berdiri di sisinya ….
Kemudian datanglah saat perang Shiffin
yang mengerikan itu. Imam Ali menghadapi pekerjaan penting ini sebagai
tugas memadamkan pembangkangan dan pemberontakan. Dan ‘Ammar ikut
bersamanya. Waktu itu usianya telah 93 tahun ….
Apa dalam usia 93 tahun ia masih pergi ke medan juang
Benar . . . , selama menurut keyakinannya peperangan itu menjadi
tugas kewajibannya, Bahkan ia melakukannya lebih semangat dan dahsyat
dari yang dilakukan oleh orang-orang muda berusia 30 tahun ….
Tokoh yang pendiam dan jarang bicara ini hampir saja tidak
menggerakkan kedua bibirnya, kecuali mengucapkan kata-kata mohon
perlindungan berikut:
“Aku berlindung kepada Allah dari fitnah …. Aku berlindung kepada Allah dari fitnah . . . .”.
Tak lama setelah Rasulullah wafat,
kata-kata ini merupakan do’a yang tak putus lekang dari bibirnya. Dan
setiap hari berlalu setiap itu pula ia memperbanyak do’a dan mohon
perlindungannya itu . . . , seolah-olah hatinya yang suci merasakan
bahaya mengancam yang semakin dekat dan menghampiri juga.
Dan tatkala bahaya itu tiba dan fitnah
merajalela, Ibnu Sumayyah telah mengerti di mana ia harus berdiri. Maka
di hari perang Shiffin walaupun sebagai telah kita katakan usianya telah
93 tahun, ia bangkit menghunus pedangnya, demi membela kebenaran yang
menurut keimanannya harus dipertahankan.
Pandangan terhadap pertempuran ini telah dima’lumkannya dalam kata-kata sebagai berikut:
“Hai ummat manusia!
Marilah kita berangkat menuju gerombolan yang mengakung-aku hendak menuntutkan bela Utsman!
Marilah kita berangkat menuju gerombolan yang mengakung-aku hendak menuntutkan bela Utsman!
Demi Allah! Maksud mereka bukanlah hendak
menuntutkan belanya itu, tetapi sebenarnya mereka telah merasakan
manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan mereka mengetahui
bahwa kebenaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu serakah
mereka. Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk barisan pendahulu
memeluk Agama Islam. Argumentasi apa sehingga mereka merasa berhak untuk
ditaati oleh Kaum Muslimin dan diangkat sebagai pemimpin, dan tidak
pula dijumpai dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah, yang akan
mendorong mereka untuk mengikuti kebenaran . . . !
Mereka telah menipu orang banyak dengan
mengakui hendak menuntutkan bela kematian Utsman, padahal tujuan mereka
Yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan penguasa adikara …. ! “
Kemudian diambilnya bendera dengan tangannya, lalu dikibarkannya tinggi-tinggi di atas kepada sambil berseru:
“Demi Dzat yang menguasai nyawaku…Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah saw., dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini …!
“Demi Dzat yang menguasai nyawaku…Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah saw., dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini …!
Demi nyawa saya berada dalam tangan-Nya …
Seandainya mereka menggempur dan menyerbu hingga berhasil mencapai
kubu pertahanan kita, saya tahu pasti bahwa kita berada di pihak yang
haq, dan bahwa mereka di pihak Yang bathil …. ! “
Orang-orang mengikuti ‘Ammar, mereka percaya kebenaran ucapannya.
Berkatalah Abu Abdirrahman Sullami: “Kami
ikut serta dengan Ali r.a. di pertempuran Shiffin, maka saya lihat
‘Ammar bin Yasir r.a. setiap ia menyerbu ke sesuatu jurusan, atau turun
ke sesuatu lembah, para shahabat Rasulullah pun mengikutinya, tak
ubahnya ia bagai panji-panji bagi mereka …. ! “
Dan mengenai ‘Ammar sendiri, sementara ia
menerjang dan menyusup ke medan juang, ia yakin akan menjadi salah
seorang syuhadanya . . . . Ramalan Rasulullah saw. terang terpampang di
ruang matanya dengan huruf-huruf besar:
“Ammar akan dibunuh oleh golongan pendurhaka … !
.
Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
“Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta
…. Muhammad dan para shahabatnya…….. !”
.
Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
“Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta
…. Muhammad dan para shahabatnya…….. !”
Kemudian bagai sebuah peluru dahsyat ia
menyerbu ke arah Mu’awiyah dan orang-orang sekelilingnya dari golongan
Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya yang nyaring yang menggetarkan:
“Dulu kami hantam kalian di saat diturunkannya.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya
Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Haq berjalan kembali pada relnya”.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya
Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Haq berjalan kembali pada relnya”.
Maksudnya dengan sya’irnya itu, bahwa
para shahabat yang terdahulu dan ‘Ammar termasuk salah seorang di antara
mereka. Dulu telah memerangi golongan Bani Umayyah yang dikepalai oleh
Abu Sufyan ayah Muawiyah pemanggul panji‑
panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin …… Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.
panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin …… Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.
Dan sekarang di bawah pimpinan Muawiyah,
walaupun mereka telah menganut Islam dan meskipun al-Quranul Karim tidak
menitahkan secara tegas memerangi mereka, tetapi menurut ijtihad ‘Ammar
dalam penyelidikannya mengenai kebenaran dan pengertiannya terhadap
maksud dan tujuan al-Quran , meyakinkan dirinya akan keharusan
memerangi mereka, sampai barang yang dirampas itu kembali kepada
pemiliknya, serta api fitnah dan pemberontakan itu dapat dipadamkan
untuk selama-lamanya ….
Juga maksudnya, bahwa dulu mereka memerangi orang-orang Bani Umayyah karena mereka kafir kepada Agama dan kafir ‘kepada
al-Quran …. Dan sekarang mereka menggempur orang-orang itu karena
mereka menyelewengkan Agama dan menyimpang dari ajaran al-Quranul Karim
serta mengacaukan ta’wil dan salah menafsirkannya, dan mencoba hendak
menyesuaikan tujuan ayaat-ayatnya dengan kemauan dan keinginan mereka
pribadi
Maka tokoh tua yang berusia 93 tahun ini
menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang menonjol dengan gagah berani.
Dan ‘sebelum ia berangkat ke rafiqul ‘la, ia tanamkan pendidikan
terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran, dan ditinggalkannya
sebagai contoh teladan perjuangannya yang besar dan mulia lagi berkesan
dan mendalam ….
Orang-orang dari pihak Mu’awiyah mencoba
sekuat daya ntuk menghindari ‘Ammar, agar pedang mereka tidak
menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa merekalah
golongan pendurhaka ……
Tetapi keperwiraan ‘Ammar yang berjuang
seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan
akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Mu’awiyah
mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga telah
kesempatan itu terbuka mereka laksanakanlah dan wallah ‘Ammar di tangan
tentara Mu’awiyah………..
Sebagian besar dari tentara Mu’awiyah
terdiri dari orangrang yang baru saja masuk Agama Islam, yakni
orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya
genderang menangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan islam,
baik dari kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.
Maka mereka inilah sebenarnya yang
menjadi biang keladi dan menyalakan api perang saudara yang dimulai oleh
pembangkangan Mu’awiyah dan penolakannya untuk mengakui Ali sebagai
Khalifah dan Imam …Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu bakar
menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.
Dan bagaimana juga gawatnya pertikaian
ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan jalan damai andainya masih
terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi bentuknya jadi
meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli akan
nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar ….
Berita tewasnya ‘Ammar segera tersebar
dan ramalan Rasulullah saw. yang didengar oleh semua shahabatnya
sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah di masa yang telah jauh
sebelumnya, berpindah dari mulut-ke mulut:
“Aduhai Ibnu Sumayyah ….
ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!”
ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!”
Maka sekarang tahulah orang-orang siapa kiranya golongan pendurhaka
itu . . . , yaitu golongan yang membunuh ‘Ammar …. yang tidak lain dari
pihak Mu’awiyah …. !
Dabat di atas jasadnya, maka ruhnya yang
mulia telah bersemayam lena di tempat bahengan kenyataan ini semangat
dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian bertambah. Sementara di
pihak Mu’awiyah, keraguan mulai menyusup ke dalam hati mereka, bahkan
sebagian telah bersedia-sedia hendak memisahkan diri dan bergabung ke
pihak Ali ….
Mengenai Mu’awiyah, demi mendengar
peristiwa yang telah terjadi ia segera keluar mendapatkan orang banyak
dan menyatakan kepada mereka bahwa ramalan itu benar adanya, dan
Rasulullah benar-benar telah meramalkan bahwa ‘Ammar akan dibunuh oleh
golongan pemberontak . . . . Tetapi siapakah yang telah membunuhnya itu
. . . . ? Kepada orang-orang sekeliling diserukannya: “Yang telah
membunuh ‘Ammar ialah orang-orang yang keluar bersama dari rumahnya dan
membawanya pergi berperang …. !
Maka tertipulah dengan ta’wil yang
dicari-cari ini orang-orang yang memendam maksud tertentu dalam
hatinya, sementara pertempuran kembali berkobar sampai saat yang telah
ditentukan ….
Adapun ‘Ammar, ia dipangku oleh Imam Ali
ke tempat,Ia menshalatkannya bersama Kaum Muslimin, lalu dimakamkan
dengan pakaiannya! Benar, dengan pakaian yang dilumuri oleh darahnya
yang bersih suci! Karena tidak satu pun dari sutera atau beludru dunia yang layak untuk menjadi kain kafan bagi seorang syahid mulia, seorang suci utama dari tingkatan Ammarr
Dan Kaum Muslimin pun berdiri
keheran-heranan di kuburnya …Semenjak beberapa saat yang lalu ‘Ammar
berdendang di depan mereka di atas arena perjuangan . .. , hatinya
penuh dengan kegembiraan, tak ubah bagai seorang perantau yang
merindukan kampung halaman tiba-tiba dibawa pulang, dan terlompatlah
dari mulutnya seruan:
“Hari ini aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta. . . .
Dengan Muhammad saw. dan para shahabatnya………….
Apakah ia telah mengetahui hari yang mereka janjikan akan bertemu
dan waktu yang sangat ia tunggu-tunggu Para shahabat saling
jumpa-menjumpai dan bertanya: “Apakah anda masih ingat waktu sore hari
itu di Madinah, ketika kita sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw. .
. . , dan tiba-tiba wajahnya berseri-seri lalu sabdanya:
“Surga telah merindukan ‘Ammar.. . . “.
”Benar”, ujar yang lain. “dan waktu itu juga disebutnya nama nama lain , di antaranya ‘Ali, Salman dan Bilal .
”Benar”, ujar yang lain. “dan waktu itu juga disebutnya nama nama lain , di antaranya ‘Ali, Salman dan Bilal .
Nah, bila demikian halnya, maka surga benar-benar telah merindukan ‘Ammar … ‘
Dan jika demikian, maka telah lama surga merindukannya, sedang
kerinduannya tertangguh, menunggu ‘Ammar menyelesaikan kewajiban dan
memenuhi tanggung jawabnya . . . . Dan tugas itu telah dilaksanakannya
dan dipenuhinya dengan hati gembira.
Maka sekarang ini, tidakkah sudah selayaknya ia memenuhi panggilan rindu yang datang menghimbau dari haribaan surga
Memang, datanglah saatnya ia mengabulkan
panggilan itu, karena tak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula
…Demikianlah dilemparkannya tombaknya, dan setelah itu ia pergi berlalu
….
Dan ketika tanah pusaranya didatarkan
oleh para shahabat di atas jasadnya, maka ruhnya yang mulia telah
bersemayam lena di tempat bahagia …. nun di sana dalam surga yang kekal
abadi, yang telah lama rindu menanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar