'AMMAR BIN YASIR
SEORANG TOKOH PENGHUNI SURGA
(Kisah Sahabat ke-14)
Seandainya ada orang yang dilahirkan di Surga, lalu dibesarkan dalam haribaannya dan jadi dewasa, kemudian dibawa ke dunia
 untuk jadi hiasan dan nur cahaya, maka ‘Ammar bersama ibunya Sumayyah 
dan bapaknya Yasir, adalah beberapa orang di antara mereka ….
Tetapi kenapa kita mengatakan tadi “seandainya”, seolah-olah itu hanya pengandaian belaka, padahal keluarga Yasir benar-benar penduduk Surga? Ketika Rasulullah saw. bersabda:
“Shabar wahai keluarga Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah Surga!”
kata-kata itu diucapkannya bukanlah hanya
 sebagai hiburan belaka, tetapi benar-benar mengakui kenyataan yang 
diketahuinya dan menguatkan fakta yang dilihat dan disaksikannya ….
Yasir bin ‘Amir yakni ayahanda ‘Ammar, 
berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui 
salah seorang saudaranya …. Rupanya ia berkenan dan merasa cocok tinggal
 di Mekah. Bermukimlah ia di sana dan mengikat perjanjian persahabatan 
dengan Abu Hudzaifah ibnul Mughirah….
Abu Hudzaifah mengawinkannya dengan salah
 seorang sahayanya bernama Sumayyah binti Khayyath, dan dari perkawinan
 yang penuh berkah ini, kedua suami isteri itu dikaruniai seorang putera
 bernama ‘Ammar ….
Keislaman mereka termasuk dalam golongan 
yang mula pertama, sebagai halnya orang shalih yang diberi petunjuk oleh
 Allah. Dan sebagai halnya orang-orang shalih yang termasuk dalam 
golongan yang mula pertama -masuk Islam, mereka cukup menderita karena 
siksa dan kekejaman Quraisy ….
Orang-orang Quraisy menjalankan siasat 
terhadap Kaum Muslimin sesuai suasana. Seandainya mereka ini golongan 
bangsawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan. 
Abu Jahal orang yang menggertaknya dengan ungkapan: “Kamu berani 
meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu!
 Akan kami uji sampai di mana ketabahanmu, akan kami jatuhkan 
kehormatanmu, akan kami rusak perniagaanmu dan akan kami musnahkan harta
 bendamu!” Dan setelah itu mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf
 yang amat sengit.
Dan sekiranya yang beriman itu dari 
kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya dan yang miskin, atau 
dari golongan budak belian, maka mereka didera dan disulutnya dengan api
 bernyala.
Maka keluarga Yasir termasuk dalam 
golongan yang kedua ini . . . . Dan soal penyiksaan mereka, diserahkan 
kepada Bani Makhzum. Setiap hari Yasir, Sumayyah dan ‘Ammar dibawa ke 
padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai 
adzab dan siksa!
Penderitaan dan pengalaman Sumayyah dari 
siksaan ini amat ngeri dan menakutkan, tetapi tidak akan kita paparkan 
panjang lebar sekarang ini. Insya Allah pada kesempatan lain akan kita 
ceritakan pengurbanan dan keteguhan hati yang ditunjukkan oleh Sumayyah
 bersama shahabat-shahabat dan kawan-kawan seperjuangannya di hari-hari 
yang bersejarah itu….
Cukuplah kita sebutkan sekarang tanpa 
berlebih-lebihan bahwa syahidah Sumayyah telah menunjukkan sikap dan 
pendirian tangguh, yang dari awal hingga akhirnya telah membuktikan 
kepada kemanusiaan suatu kemuliaan yang tak pernah hapus dan kehormatan 
yang pamornya tak pernah luntur. Suatu sikap yang telah menjadikannya 
seorang bunda kandung bagi orang-orang Mu’min di setiap zaman, dan bagi 
para budiman di sepanjang masa ….
Rasulullah saw. tidak lupa mengunjungi 
tempat-tempat yang diketahuinya sebagai arena penyiksaan bagi keluarga 
Yasir. Ketika itu tidak suatu apa pun yang dimilikinya untuk menolak 
bahaya dan mempertahankan diri. Dan rupanya demikian itu sudah menjadi 
kehendak Allah … .
Maka Agama baru, yakni Agama Nabi Ibrahim
 yang suci murni, suatu Agama yang hendak dikibarkan panji-panjinya oleh
 Muhammad saw., bukanlah suatu gerakan perubahan secara vertikal dan 
horizontal, tetapi merupakan suatu tata cara hidup bagi manusia beriman.
 Dan manusia beriman ini haruslah memiliki dan mewarisi bersama Agama 
itu sejarah lengkap dengan kepahlawanan, perjuangan dan pengurbanannya …
 .
Pengurbanan-pengurbanan mulia yang 
dahsyat ini tak ubahnya dengan tumbal yang akan menjamin bagi Agama dan
 ‘aqidah keteguhan yang takkan lapuk . . . .! Ia juga menjadi contoh 
teladan yang akan mengisi hati orang-orang beriman dengan rasa simpati,
 kebanggaan dan kasih sayang …. Ia adalah menara yang akan menjadi 
pedoman bagi generasi-generasi mendatang untuk mencapai hakikat Agama, 
kebenaran dan kebesarannya….
Demikianlah, berlaku pula bagi Agama Islam, qurban dan pengurbanan ini. Makna ini telah dijelaskan oleh al-Quran kepada Kaum Muslimin bukan hanya pada satu atau dua ayat. FIrman Allah swt.:
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”, padahal mereka belum lagi diuji? 
(Q.S. 29 al-’Ankabut:2)
(Q.S. 29 al-’Ankabut:2)
Apakah kalian mengira akan dapat masuk surga, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang di antara kalian, begitu pun orang-orang yang ta bah ?
(Q.S. 3 Ali Imran: 142)
(Q.S. 3 Ali Imran: 142)
Sungguh, Kami telah menguji 
orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi Allah orang-orang 
yang benar dan terbukti pula orang-orang yang dusts. 
(Q.S. 29 al-’Ankabut: 3)
(Q.S. 29 al-’Ankabut: 3)
Apakah kalian mengira akan dibiarkan 
begitu saja, padahal belum lagi terbukti bagi Allah orang-orang yang 
berjuang di antara kalian?
(Q.S. 9 Attaubat: 16)
(Q.S. 9 Attaubat: 16)
Allah tiada hendak membiarkan orang-orang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, hingga dipisahkanNya mana-mana yang jelek daripada yang baik.
(Q.S. 3 Ali Imran: 179)
(Q.S. 3 Ali Imran: 179)
Dan mushibah yang telah menimpa kalian di saat berhadapannya dua pasukan, adalah dengan idzin Allah, yakni agar terbukti baginya orang-orang yang beriman!”
(Q.S. 3 Ali Imran: 166)
(Q.S. 3 Ali Imran: 166)
Memang, demikianlah al-Quran mendidik 
putera dan para pendukungnya bahwa pengurbanan merupakan essensi atau 
sari dari keimanan, dan bahwa kepahlawanan menghadapi kekejaman dan 
kekerasan dihadapi dengan kesabaran, keteguhan dan pantang mundur, 
hanyalah akan membentuk keutamaan iman yang cemerlang dan medgagumkan ….
Oleh sebab itu di kala sedang meletakkan 
dasarnya, memancangkan tiang-tiang dan mengemukakan model contohnya, 
hendaklah Agama Allah ini memperkukuh diri dengan pengurbanan  dan 
membersihkan jiwa dengan pengurbanan harta , maka terpilihlah untuk 
kepentingan mulia ini beberapa orang putera, para pemuka dan tokoh-tokoh
 utamanya untuk menjadi ikutan sempurna dan teladan istimewa bagi 
orang-orang beriman yang menyusul kemudian!
Maka Sumayyah …. Yassir . . . , dan 
‘Ammar dari golongan luar biasa yang beroleh barkah ini, adalah pilihan 
dari taqdir, yang dengan pengurbanan, ketekunan dan keuletan mereka itu,
 dapat memateri kebesaran dan keabadian Islam secara kuat dan kukuh ….
Telah kita katakan tadi bahwa Rasulullah 
saw. tiap hari berkunjung ke tempat disiksanya keluarga Yasir, mengagumi
 ketabahan dan kepahlawanannya . . . , sementara hatinya yang mulia 
bagaikan hancur karena santun dan belas kasihan menyaksikan mereka 
menerima siksa yang tak terderitakan lagi.
Pada suatu hari ketika Rasulullah saw. mengunjungi mereka, ‘Ammar memanggilnya, katanya:
“Wahai Rasulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke puncak”.
Maka seru Rasulullah saw.:
“Shabarlah, wahai Abal Yaqdhan …. “Shabarlah, wahai keluarga Yasir ….
“Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga …..
Maka seru Rasulullah saw.:
“Shabarlah, wahai Abal Yaqdhan …. “Shabarlah, wahai keluarga Yasir ….
“Tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga …..
Siksaan yang dialami oleh ‘Ammar dilukiskan oleh kawan-wannya dalam beberapa riwayat. Berkata ‘Amax bin Hakam:
‘Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa Yang diucapkannya”.
‘Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa Yang diucapkannya”.
Berkata pula ‘Ammar bin Maimun:
“Orang-orang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya lalu memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda:
“Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim … “
“Orang-orang musyrik membakar ‘Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya lalu memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda:
“Hai api, jadilah kamu sejuk dingin di tubuh ‘Ammar, sebagaimana dulu kamu juga sejuk dingin di tubuh Ibrahim … “
Bagaimanapun juga, semua bencana itu 
tidaklah dapat menekan jiwa ‘Ammar, walau telah menekan punggung dan 
menguras tenaganya. Ia baru merasa dirinya benar-benar celaka, ketika 
pada suatu hari tukang-tukang cambuk dan para penderanya menghabiskan 
segala daya upaya dalam melampiaskan kedhaliman dan kekejiannya . . . . ,
 semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir 
panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai 
ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas 
kulitnya yang penuh dengan luka.
Pada hari itu, ketika ia telah tak sadarkan diri lagi karena siksaan
 yang demikian berat, orang-orang itu mengatakan kepadanya: “Pujalah 
olehmu tuhan-tuhan kami!”, lalu diajarkan mereka kepadanya kata-kata 
pujaan itu, sementara ia mengikutinya tanpa menyadari apa yang 
diucapkannya.
Ketika ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan, ‘tiba-tiba
 ia sadar akan apa yang telah diucapkannya …. maka hilanglah akalnya dan
 terbayanglah di ruang matanya betapa besar kesalahan yang telah 
dilakukannya, suatu dosa besar Yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi .
 . . , hingga beberapa saat dirasakannya siksaan orang-orang musyrik 
terhadap dirinya sebagai obat pembalur luka dan suatu keni’matan juga – -
 – -! Dan seandainya ia dibiarkan dalam perasaan itu agak beberapa jam 
saja, tak dapat tiada tentulah akan membawa ajalnya
Ammar dapat bertahan menanggungkan semua 
siksa yang ditimpakan atas tubuhnya, ialah karena jiwanya sedang berada 
ada kondisi puncak. Tetapi sekarang ini, demi disangkanya iwanya telah 
 menyerah kalah, maka dukacita dan sesal kecewa hampir saja menghabiskan
 tenaga dan melenyapkan nyawanya Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung 
lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar peristiwa yang mengharukan itu 
mendapat titik kesudahan yang amat luhur
Dan tangan wahyu yang penuh berkah itu 
pun terulurlah menjabat tangan ‘Ammar, bila menyampaikan ucapan selamat 
kepadanya: “Bangunlah hai pahlawan . . . .! Tak ada sesalan atasmu dan tak ada cacat …. !
Ketika Rasulullah saw. menemui 
shahabatnya itu didapatiya ia sedang menangis, maka disapunyalah 
tangisnya itu dengan tangan beliau seraya sabdanya:
“Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu …. ?
“Benar”, wahai Rasulullah “, ujar ‘Ammar sambil meratap. Maka sabda Rasulullah sambil tersenyum: “Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi …. !”
Lalu dibacakan Rasullulah  kepadanya ayat mulia seperti ini:
Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan …. (Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan …. (Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kembalilah ‘Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya bertubi-tubi tidak terasa sakit lagi, dan apa juga
 yang akan terjadi, terjadilah dan ‘a tidak akan peduli. jiwanya 
berbahagia, keimanannya di fihak yang menang! ucaapan yang dikeluarkan 
secara terpaksa itu dijamin bebas oleh Al-Qur’an , maka apa lagi yang 
akan dirisaukannya . . . ?
‘Ammar menghadapi cobaan dan siksaan itu 
dengan ketabahan luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah dan 
menjadi lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maka 
kukuh …. !
Setelah pindahnya Rasulullah saw. ke 
Medinah, Kaum Muslimin tinggal bersama beliau bermukim di sana, 
secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan menyempurnakan barisannya.
Maka di tengah-tengah masyarakat Islam 
yang beriman ini ‘Ammar pun mendapatkan kedudukan yang tinggi …. 
Rasulullah saw. amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan 
keimanan dan ketaqwaan ‘Ammar kepada para shahabat.
Bersabda Rasulullah saw.:
“Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya …. ! “
“Diri ‘Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya …. ! “
Dan sewaktu terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan ‘Ammar, Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah!”
“Siapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah!”
Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin 
Walid pahlawan Islam itu selain segera mendatangi ‘Ammar untuk mengakui 
kekhilafannya dan meminta ma’af …. !
Suatu peristiwa terjadi pula ketika 
Rasulullah saw. bersama para shahabat mendirikan mesjid di Madinah, 
yakni tiada lama setelah kepindahannya ke sana. Imam Ali karamallahu 
wajhah menggubah sebuah bait sya’ir yang didendangkan berulang-ulang 
diikuti oleh Kaum Muslimin yang sedang bekerja itu, dan baitnya adalah 
sebagai berikut:
“Orang yang memakmurkan mesjid nilainya 
tidak sama . bekerja sambil duduk di sini berdiri di sana … Sedang 
pemalas lari menghindar tertidur di sana . . .
Kebetulan waktu itu ‘Ammar sedang bekerja di salah satu sisi bangunan. la juga turut berdendang, mengulang-ulangnya dengan nada tinggi …. Salah seorang kawan menyangka bahwa ‘Ammar bermaksud dengan nyanyian itu hendak menonjolkan dirinya, hingga di antara mereka terjadi pertengkaran dan keluar kata-kata yang menunjukkan kemarahan. Mendengar itu Rasulullah murka, sabdanya:
“Apa maksud mereka terhadap ‘Ammar 
Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak meng ajaknya ke neraka …. !
Sungguh, ‘Ammar adalah biji mataku sendiri ….
Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak meng ajaknya ke neraka …. !
Sungguh, ‘Ammar adalah biji mataku sendiri ….
Jika Rasulullah saw. telah menyatakan kesayangannya terhadap seorang Muslim demikian rupa, pastilah keimanan orang itu, kecintaan dan jasanya terhadap Islam, kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan …. !
Demikian halnya ‘Ammar ….
Berkat ni’mat dan petunjuk-Nya, Allah telah memberikan kepada ‘Ammar ganjaran setimpal, dan menilai takaran kebaikannya secara penuh.
 Hingga disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan yang telah 
dicapainya, maka Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan mengangkat 
dirinya sebagai contoh teladan bagi para shahabat, sabdanya:
“Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar . . . , dan ambillah pula hiclayah yang dipakai ‘Ammar untuk jadi bimbingan!”
Mengenai perawakannya, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut:
la adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru …. seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara ….
la adalah seorang yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru …. seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara ….
Nah, bagaimanakah kiranya garis kehidupan
 raksasa pendiam yang bermata biru dan berdada lebar, serta tubuhnya 
penuh dengan bekas-bekas siksaan kejam, dan di waktu yang bersamaan 
jiwanya telah ditempa dengan ketabahan yang amat mengagumkan dan 
kebesaran yang luar biasa . . . ? Bagaimanakah jalan kehidupan yang 
ditempuh oleh pengikut yang jujur dan Mu’min yang tulus serta pejuang 
yang berani mati ini.
Sungguh telah diterjuninya bersama 
Rasulullah sebagai gurunya semua perjuangan bersenjata, baik Badar, 
Uhud, Khandaq, Tabuk . . . pendeknya semua tanpa kecuali …. Dan tatkala
 Rasulullah telah mendahuluinya ke ar Rafiqul A’la, maka raksasa ini 
tidaklah berhenti, tetapi melanjutkan perjuangannya terus menerus ….
Di kala Kaum Muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Perri dan Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad, ‘Ammar selalu berada di barisan pertama . . . , sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, ia sebagai seorang Mu’min yang shalih dan mulia tidak satu pun yang dapat menghalanginya dalam mencapai ridla Allah.
Di kala Kaum Muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Perri dan Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad, ‘Ammar selalu berada di barisan pertama . . . , sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, ia sebagai seorang Mu’min yang shalih dan mulia tidak satu pun yang dapat menghalanginya dalam mencapai ridla Allah.
Dan tatkala Amirul Mu’minin Umar memilih 
calon-calon wali negeri secara cermat dan hati-hati bagi Kaum Muslimin, 
maka matanya tetap tertuju dan tak hendak beralih dari ‘Ammar bin Yasir 
…. Ia segera menemuinya dan mengangkatnya sebagai wali negeri Kufah 
dengan Ibnu Mas’ud sebagai Bendaharanya. Dan kepada penduduknya Umar 
menulis sepucuk Surat berita gembira dengan diangkatnya wali negeri baru
 itu, katanya:
“Saya kirim kepada tuan-tuan ‘Ammar bin 
Yasir sebagai ‘Amir, dan Ibnu Mas’ud sebagai Bendahara dan Wazir … Kedua
 mereka adalah orang-orang pilihan, dari golongan shahabat Muhammad saw,
 dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar. . . .!”
Dalam melaksanakan pemerintahan, ‘Ammar 
melakukan suatu sistim yang rupanya tidak dapat diikuti oleh orang-orang
 yang rakus akan dunia, hingga mereka mengadakan atau hampir mengadakan 
persekongkolan terhadap dirinya …. Pangkat dan jabatannya itu tidak 
menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya. Salah seorang
 yang hidup semasa dengannya di Kufah, yaitu Ibnu Abil Hudzail, 
bercerita:
“Saya lihat ‘Ammar bin Yasir sewaktu 
menjadi ‘Amir di Kufah, membeli sayuran di pasar lalu mengikatnya dengan
 tali dan memikulnya di atas punggung, dan membawanya pulang . . . .”.
Dan salah seorang awam  berkata kepadanya
 sewaktu ia menjadi Amir di Kufah : “ hai orang yang telinganya  
terpotong! “, menghinanya dengan telinga yang putus ketika menghadapi 
orang-orang murtad di pertempuran Yamamah, tetapi jawaban Amir yang 
memegang tampuk kekuasaan itu tidak lebih dari:
“Yang kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik …. Karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fi sabilillah…. “.
Memang telinganya putus dalam perang sabil di Yamamah
. , yakni salah satu di antara hari-hari gemilang bagi ‘Ammar
. . . Raksasa ini maju bagaikan angin topan dan menyerbu ,barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh ….
. , yakni salah satu di antara hari-hari gemilang bagi ‘Ammar
. . . Raksasa ini maju bagaikan angin topan dan menyerbu ,barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga melumpuhkan kekuatan musuh ….
Ketika dilihatnya gerakan Muslimin 
mengendor segera dibangkitkannya semangat mereka dengan seruannya yang 
gemuruh, hingga mereka kembali maju menerjang bagaikan anak  panah yang 
lepas dari busurnya ….
Abdullah bin Umar r.a. menceritakan peristiwa itu sebagai berikut:
“Waktu perang Yamamah saya lihat ‘Ammar sedang berada di atas sebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru: “Hai Kaum Muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Surga … ?Inilah saya ‘Ammar bin, Yasir, kemarilah tuan tuan …. !”
“Waktu perang Yamamah saya lihat ‘Ammar sedang berada di atas sebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru: “Hai Kaum Muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari Surga … ?Inilah saya ‘Ammar bin, Yasir, kemarilah tuan tuan …. !”
Ketika saya melihat dan memperhatikannya,
 kiranya sebelah telinganya telah putus beruntai-untai, sedang ia 
berperang dengan amat sengitnya  . . .”
Wahai, barangsiapa yang masih meragukan 
kebesaran Muhammad saw., seorang Rasul yang benar dan guru yang 
sempurna, baiklah ia berdiri sejenak di hadapan contoh-contoh yang 
telah ditunjukkan oleh para pengikut dan shahabatnya, lalu bertanya 
kepada dirinya: “Siapakah yang akan mampu mengemukakan teladan dan 
contoh luhur ini kalau bukan seorang Rasul mulia dan maka guru utama?”
Jika mereka menerjuni suatu perjuangan di
 jalan Allah, pastilah mereka akan maju ke depan bagaikan orang yang 
hendak mencari maut dan bukan merebut kemenangan …. !
Jika mereka para khalifah dan hakim-hakim
 pengadilan, maka mereka takkan keberatan memerahkan susu untuk wanita 
janda tua atau mengadon tepung roti untuk anak-anak yatim, sebagai 
dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar …. !
Dan jika mereka para pembesar, maka 
mereka takkan malu dan merasa segan untuk memikul makanan yang dhkat 
dengan tali di atas punggung mereka, seperti kita saksikan pada ‘Ammar; 
atau menyerahkan gaji yang menjadi haknya lalu pergi menjalin daun kurma
 untuk kantong atau bakul sebagai yang diperbuat olen Salman …. !
Wahai, marilah kita tekurkan kening dan 
tundukkan kepala kita, sebagai ta’dhim dan penghormatan kepada Agama 
yang telah mengajari mereka semua, dan kepada Rasulullah yang telah 
mendidik mereka …. dan sebelum Agama serta Rasulullah itu, terutama 
kepada Allah yang Maha tinggi dan Maha Agung, yang telah memilih mereka 
untuk semua ini, serta menjadikan mereka sebagai pelopor dan sebaik-baik
 ummat yang pernah dilahirkan sebagai teladan bagi seluruh 
manusia        I 
Ketika itu Hudzaifah ibnul Yaman seorang 
yang ahli tentang bahasa rahasia dan bisikan ghaib, sedang 
berkemas-kemas menghadapi panggilan Illahi atau menghadapi sekarat 
mautnya. Kawankawannya yang sedang berkumpul sekelilingnya menanyakan 
kepadanya: “Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu, jika terjadi 
pertikaian di antara ummat … ?” Sambil mengucapkan kata-katanya yang 
akhir, Hudzaifah menjawab:
“Ikutilah oleh kalian Ibnu Sumayyah, karena sampai matinya ia tak hendak berpisah dengan kebenaran … . !”
Benar, ‘Ammar akan tetap mengikuti 
kebenaran itu ke mana saja perginya . . . . Dan sekarang sementara kita 
menyelusuri jejak langkahnya, dan menyelidiki peristiwa-peristiwa 
penting dalam kehidupannya, marilah kita pergi menghampiri suatu 
peristiwa besar ….!Hanya sebelum kita memperhatikan kejadian yang 
mempesona dan amat mengharukan itu, baik tentang keutamaan dan 
kesempurnaannya, tentang kemampuan dan keunggulannya, maupun tentang 
kegigihan dan kesungguhannya.
Marilah kita perhatikan lebih dulu suatu 
peristiwa lain yang terjadi sebelumnya, ialah ungkapan Rasulullah 
mengenai peristiwa yang akan menimpa ‘Ammar di kemudian hari!
Hal itu terjadi tidak lama setelah 
menetapnya Kaum Muslimin di Madinah. Dan Rasul al-Amin yang dibantu 
oleh shahabat-shahabatnya yang budiman sibuk dalam membaktikan diri 
kepada Rabb mereka, membina rumah dan mendirikan mesjid-Nya. Hati yang 
beriman dipenuhi kegembiraan dan sinar harapan  menyampaikan puji dan 
syukur kepada Allah …!
Semua bekerja dengan riang gembira . . . 
,semua mengangkat batu .Mengaduk pasir dengan kapur atau mendirikan 
tembok, sekelompok di sini dan sekelompok lagi di sana, sedang cakrawala
  bahagia bergema dipenuhi nyanyian mereka yang dikumandangkan dengan suara merdu dan seronok:
“Andainya kita duduk-duduk berpangku tangan, sedang Nabi sibuk bekerja tak pernah diam ….
Maka perbuatan kita adalah perbuatan sesat lagi menyesatkan          Pemikian mereka bernyanyi dan berdendang. Lalu alunan suara mereka menyanyikan lagu lainnya:
“Ya Allah, hidup bahagia adalah hidup di akhirat
Berilah rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat …. setelah itu terdengar pula lagu ketiga;
“Apakah akan sama nilainya ?
Orang yang bekerja membina masjid
Sibuk bekerja, baik berdiri maupun duduk
Dengan yang menyingkir berpangku tangan…….
Berilah rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat …. setelah itu terdengar pula lagu ketiga;
“Apakah akan sama nilainya ?
Orang yang bekerja membina masjid
Sibuk bekerja, baik berdiri maupun duduk
Dengan yang menyingkir berpangku tangan…….
Tak ubahnya mereka bagai anai-anai yang 
sedang sibuk bekerja, bahkan mereka adalah balatentara Allah yang 
memanggul bendera-Nya dan membina bangunan-Nya.
Sementara Rasulullah yang budiman lagi 
terpercaya tak hendak terpisah dari mereka, mengangkat batu yang paling 
berat dan melakukan pekerjaan yang paling sukar . . . . dan alunan suara
 mereka yang sedang berdendang melukiskan kegembiraan yang tulus dan 
hati yang pasrah . . . , sedang langit tempat mereka bernaung berbangga 
diri terhadap bumi tempat mereka berpijak . . . , pendeknya kehidupan 
yang penuh gairah sedang menyelenggarakan pesta pora yang paling meriah.
Maka di tengah-tengah khalayak ramai yang
 sedang hilir mudik itu, kelihatanlah ‘Ammar bin Yasir sedang mengangkat
 batu besar dari tempat pengambilannya ke perletakannya.
Tiba-tiba “rahmat kurnia Allah” yakni 
Muhammad Rasulullah melihatnya, dan rasa santun belas kasihan telah 
membawa beliau mendekatinya, dan setelah berhampiran maka tangan beliau 
yang penuh barkah itu mengipaskan debu yang menutupi kepala ‘Ammar lalu 
dengan pandangan yang dipenuhi nur Ilahi diamat-amati wajah yang beriman
 diliputi ketenangan itu, kemudian bersabda di hadapan semua 
shahabatnya:
“Aduhai Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan pendurhaka …. . 1),
Ramalan ini diulangi oleh Rasulullah 
sekali lagi . . . , kebetulan bertepatan dengan ambruknya dinding di 
atas tempat ‘Ammar bekerja, hingga sebagian kawannya menyangka bahwa ia 
tewas yang menyebabkan Rasulullah meratapi kematiannya itu. Para 
shahabat sama terkejut dan menjadi ribut karenanya, tetapi dengan nada 
menenangkan dan penuh kepastian, Rasul “Tidak, ‘Ammar tidak apa-apa, hanya nanti ia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka
Maka wahai, siapakah kiranya yang dimaksud dengan golonggan tersebut ….
Dan bilakah Berta di manakah terjadinya peristiwa itu…….
Dan bilakah Berta di manakah terjadinya peristiwa itu…….
‘Ammar mendengarkan ramalan itu dan 
meyakini kebenaran pandangan tembus yang disingkapkan oleh Rasul yang 
utama. Tetapi ia tidak merasa gentar, karena semenjak menganut Islam ia 
telah dicalonkan untuk menghadapi maut dan mati syahid di setiap detik baik siang maupun malam
Dan hari-hari pun berlalu              
tahun demi tahun silih berganti. Rasulullah saw. telah kembali ke tempat
 tertinggi disusul oleh Abu Bakar ke tempat ridla Ilahi …. lalu 
berangkat  pula Umar pergi mengiringi …. Setelah itu khilafat dipegang oleh Dzun Nurain Utsman bin ‘Affan ….
Sementara itu musuh-musuh Islam yang 
bergerak di bawah tanah, berusaha menebus kekalahannya di medan tempur 
dengan jalan menyebarluaskan fitnah ….
Terbunuhnya Umar merupakan hasil pertama 
yang dicapai oleh atau subversi ini, yang gerakannya merembes ke Madinah
 tak ubahnya bagai angin panas, dan bergerak dari negeri yang kerajaan 
dan singgasananya telah dibebaskan oleh ummat  islam
Berhasillah usaha mereka terhadap umar 
membangkitkan minat dan semangat mereka untuk melanjutkan, mereka 
sebarkan fitnah  dan menyalakan apinya ke sebagian besar negeri-negeri 
islam. Dan mungkin Ustman r.a tidak memperhatikan perhatian khusus  
terhadap masalah ini hingga terjadi pula yang menyebabkan syahidnya 
ustman dan terbukanya pintu fitnah yang melanda kaum muslimin . . .
Mu’awiyah bangkit hendak merebut jabatan 
khalifah dari tangan khalifah Ali karamallahu wajhah yang baru diangkat 
dan dibai’at. Dan pendirian shahabat pun bermacam-macam, ada yang 
menghindar dan mengunci diri di rumahnya, dengan mengambil ucapan Ibnu 
Umar sebagai semboyannya:
“Siapa yang menyerukan marilah shalat, saya penuhi …. Dan siapa yang mengatakan: marilah mencapai bahagia, saya turuti . . . .
Tetapi yang mengatakan: marilah bunuh saudaramu yang Muslimin dan marilah rampas harta bendanya, maka saya jawab: tidak. . .!”
Di antara mereka ada yang berpihak kepada Mu’awiyah. Dan ada pula yang berdiri mendampingi Ali, membai’at dan pengangkatannya sebagai khalifah Kaum Muslimin ….
Dan tahukah anda di pihak mana ‘Ammar 
berdiri waktu itu? pihak siapakah berdirinya laki-laki yang mengenai 
dirinya Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Dan ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh ‘Ammar sebagai bimbingan . . . !”
“Dan ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh ‘Ammar sebagai bimbingan . . . !”
bagaimanakah pendirian orang yang mengenai dirinya Rasulullah saw. pernah pula bersabda:
“Barangsiapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah . . . !”
“Barangsiapa yang memusuhi ‘Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah . . . !”
orang yang bila suaranya kedengaran 
mendekat ke rumah Rasulullah, maka beliau segera menyambut dengan 
sabdanya: “Selamat datang bagi orang baik dan diterima baik . . . , 
idzinkanlah ia masuk  . . . !”
la berdiri di samping 
Ali bin Abi Thalib, bukan karena fanatik atau berpihak, tetapi karena 
tunduk kepada kebenaran teguh memegang janji! Ali adalah Khalifah Kaum 
Muslimin, berhak menerima bai’at sebagai pemimpin ummat. Dan khilafat 
itu diterimanya, karena memang ia berhak untuk itu dan layak untuk 
menjabatnya …. Baik sebelum maupun sesudah ini, Ali memiliki 
keutamaantamaan yang menjadikan kedudukannya di samping Rasul tak ubah
 bagai kedudukan Harun di samping Musa …. Dengan cahaya pandangan ruhani
 dan ketulusannya, ‘Ammar selalu mengikuti kebenaran ke mana juga 
perginya, dapat mengetahui pemilik hak satu-satunya dalam perselisihan 
ini. Dan menurut keyakinannya, tak seorang pun berhak atas hal ini 
dewasa itu selain Imam Ali, oleh sebab itulah ia berdiri di sampingnya 
….
Dan Ali r.a. sendiri merasa gembira atas 
sokongan yang diberikannya itu, inungkin tak ada kegembiraan yang lebih 
besar daripada itu, hingga keyakinannya bahwa ia berada di pihak Yang 
benar kian bertambah, yakni selama tokoh utama pencinta kebenaran ‘Ammar
 datang kepadanya dan berdiri di sisinya ….
Kemudian datanglah saat perang Shiffin 
yang mengerikan itu. Imam Ali menghadapi pekerjaan penting ini sebagai 
tugas memadamkan pembangkangan dan pemberontakan. Dan ‘Ammar ikut 
bersamanya. Waktu itu usianya telah 93 tahun ….
Apa dalam usia 93 tahun ia masih pergi ke medan juang
Benar . . . , selama menurut keyakinannya peperangan itu menjadi 
tugas kewajibannya, Bahkan ia melakukannya lebih semangat dan dahsyat 
dari yang dilakukan oleh orang-orang muda berusia 30 tahun ….
Tokoh yang pendiam dan jarang bicara ini hampir saja tidak 
menggerakkan kedua bibirnya, kecuali mengucapkan kata-kata mohon 
perlindungan berikut:
“Aku berlindung kepada Allah dari fitnah …. Aku berlindung kepada Allah dari fitnah . . . .”.
Tak lama setelah Rasulullah wafat, 
kata-kata ini merupakan do’a yang tak putus lekang dari bibirnya. Dan 
setiap hari berlalu setiap itu pula ia memperbanyak do’a dan mohon 
perlindungannya itu . . . , seolah-olah hatinya yang suci merasakan 
bahaya mengancam yang semakin dekat dan menghampiri juga.
Dan tatkala bahaya itu tiba dan fitnah 
merajalela, Ibnu Sumayyah telah mengerti di mana ia harus berdiri. Maka 
di hari perang Shiffin walaupun sebagai telah kita katakan usianya telah
 93 tahun, ia bangkit menghunus pedangnya, demi membela kebenaran yang 
menurut keimanannya harus dipertahankan.
Pandangan terhadap pertempuran ini telah dima’lumkannya dalam kata-kata sebagai berikut:
“Hai ummat manusia!
Marilah kita berangkat menuju gerombolan yang mengakung-aku hendak menuntutkan bela Utsman!
Marilah kita berangkat menuju gerombolan yang mengakung-aku hendak menuntutkan bela Utsman!
Demi Allah! Maksud mereka bukanlah hendak
 menuntutkan belanya itu, tetapi sebenarnya mereka telah merasakan 
manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan mereka mengetahui 
bahwa kebenaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu serakah 
mereka. Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk barisan pendahulu 
memeluk Agama Islam. Argumentasi apa sehingga mereka merasa berhak untuk
 ditaati oleh Kaum Muslimin dan diangkat sebagai pemimpin, dan tidak 
pula dijumpai dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah, yang akan 
mendorong mereka untuk mengikuti kebenaran . . . !
Mereka telah menipu orang banyak dengan 
mengakui hendak menuntutkan bela kematian Utsman, padahal tujuan mereka 
Yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan penguasa adikara …. ! “
Kemudian diambilnya bendera dengan tangannya, lalu dikibarkannya tinggi-tinggi di atas kepada sambil berseru:
“Demi Dzat yang menguasai nyawaku…Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah saw., dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini …!
“Demi Dzat yang menguasai nyawaku…Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama Rasulullah saw., dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya sekarang ini …!
Demi nyawa saya berada dalam tangan-Nya …
 Seandainya mereka menggempur dan menyerbu hingga berhasil mencapai 
kubu pertahanan kita, saya tahu pasti bahwa kita berada di pihak yang 
haq, dan bahwa mereka di pihak Yang bathil …. ! “
Orang-orang mengikuti ‘Ammar, mereka percaya kebenaran  ucapannya.
Berkatalah Abu Abdirrahman Sullami: “Kami
 ikut serta dengan Ali r.a. di pertempuran Shiffin, maka saya lihat 
‘Ammar bin Yasir r.a. setiap ia menyerbu ke sesuatu jurusan, atau turun 
ke sesuatu lembah, para shahabat Rasulullah pun mengikutinya, tak 
ubahnya ia bagai panji-panji bagi mereka …. ! “
Dan mengenai ‘Ammar sendiri, sementara ia
 menerjang dan menyusup ke medan juang, ia yakin akan menjadi salah 
seorang syuhadanya . . . . Ramalan Rasulullah saw. terang terpampang di 
ruang matanya dengan huruf-huruf besar:
“Ammar akan dibunuh oleh golongan pendurhaka … !
.
Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
“Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta
…. Muhammad dan para shahabatnya…….. !”
.
Oleh sebab itu suaranya bergema di serata arena dengan senandung ini:
“Hari ini daku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta
…. Muhammad dan para shahabatnya…….. !”
Kemudian bagai sebuah peluru dahsyat ia 
menyerbu ke arah Mu’awiyah dan orang-orang sekelilingnya dari golongan 
Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya yang nyaring yang menggetarkan:
“Dulu kami hantam kalian di saat diturunkannya.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya
Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Haq berjalan kembali pada relnya”.
Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya
Tebasan maut menghentikan niat jahat
Dan memisahkan kawanan pengkhianat
Atau al-Haq berjalan kembali pada relnya”.
Maksudnya dengan sya’irnya itu, bahwa 
para shahabat yang terdahulu dan ‘Ammar termasuk salah seorang di antara
 mereka. Dulu telah memerangi golongan Bani Umayyah yang dikepalai oleh 
Abu Sufyan ayah Muawiyah pemanggul panji‑
panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin …… Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.
panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin …… Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik.
Dan sekarang di bawah pimpinan Muawiyah, 
walaupun mereka telah menganut Islam dan meskipun al-Quranul Karim tidak
 menitahkan secara tegas memerangi mereka, tetapi menurut ijtihad ‘Ammar
 dalam penyelidikannya mengenai kebenaran dan pengertiannya terhadap 
maksud dan tujuan al-Quran , meyakinkan dirinya akan keharusan 
memerangi mereka, sampai barang yang dirampas itu kembali kepada 
pemiliknya, serta api fitnah dan pemberontakan itu dapat dipadamkan 
untuk selama-lamanya ….
Juga maksudnya, bahwa dulu mereka memerangi orang-orang Bani Umayyah karena mereka kafir kepada Agama dan kafir ‘kepada
 al-Quran …. Dan sekarang mereka menggempur orang-orang itu karena 
mereka menyelewengkan Agama dan menyimpang dari ajaran al-Quranul Karim
 serta mengacaukan ta’wil dan salah menafsirkannya, dan mencoba hendak 
menyesuaikan tujuan ayaat-ayatnya dengan kemauan dan keinginan mereka 
pribadi
Maka tokoh tua yang berusia 93 tahun ini 
menerjuni akhir perjuangan hidupnya yang menonjol dengan gagah berani. 
Dan ‘sebelum ia berangkat ke rafiqul ‘la, ia tanamkan pendidikan 
terakhir tentang keteguhan hati membela kebenaran, dan ditinggalkannya 
sebagai contoh teladan perjuangannya yang besar dan mulia lagi berkesan 
dan mendalam ….
Orang-orang dari pihak Mu’awiyah mencoba 
sekuat daya ntuk menghindari ‘Ammar, agar pedang mereka tidak 
menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa merekalah 
golongan pendurhaka ……
Tetapi keperwiraan ‘Ammar yang berjuang 
seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan
 akal sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Mu’awiyah 
mengintai-ngintai kesempatan untuk menewaskannya, hingga telah 
kesempatan itu terbuka mereka laksanakanlah dan wallah ‘Ammar di tangan 
tentara Mu’awiyah………..
Sebagian besar dari tentara Mu’awiyah 
terdiri dari orangrang yang baru saja masuk Agama Islam, yakni 
orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah bertalu-talunya 
genderang menangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan islam, 
baik dari kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi.
Maka mereka inilah sebenarnya yang 
menjadi biang keladi dan menyalakan api perang saudara yang dimulai oleh
 pembangkangan Mu’awiyah dan penolakannya untuk mengakui Ali sebagai 
Khalifah dan Imam …Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu bakar 
menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak.
Dan bagaimana juga gawatnya pertikaian 
ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan jalan damai andainya masih 
terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi bentuknya jadi 
meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli akan 
nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar ….
Berita tewasnya ‘Ammar segera tersebar 
dan ramalan Rasulullah saw. yang didengar oleh semua shahabatnya 
sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah di masa yang telah jauh 
sebelumnya, berpindah dari mulut-ke mulut:
“Aduhai Ibnu Sumayyah ….
ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!”
ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!”
Maka sekarang tahulah orang-orang siapa kiranya golongan pendurhaka 
itu . . . , yaitu golongan yang membunuh ‘Ammar …. yang tidak lain dari 
pihak Mu’awiyah …. !
Dabat di atas jasadnya, maka ruhnya yang 
mulia telah bersemayam lena di tempat bahengan kenyataan ini semangat 
dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali  kian bertambah. Sementara di 
pihak Mu’awiyah, keraguan mulai menyusup ke  dalam hati mereka, bahkan 
sebagian telah bersedia-sedia hendak  memisahkan diri dan bergabung ke 
pihak Ali ….
Mengenai Mu’awiyah, demi mendengar 
peristiwa yang telah terjadi ia  segera keluar mendapatkan orang banyak 
dan menyatakan kepada mereka  bahwa ramalan itu benar adanya, dan 
Rasulullah benar-benar telah  meramalkan bahwa ‘Ammar akan dibunuh oleh 
golongan pemberontak . . . .  Tetapi siapakah yang telah membunuhnya itu
 . . . . ? Kepada orang-orang  sekeliling diserukannya: “Yang telah 
membunuh ‘Ammar ialah orang-orang  yang keluar bersama dari rumahnya dan
 membawanya pergi berperang …. !
Maka tertipulah dengan ta’wil yang 
dicari-cari ini orang-orang yang  memendam maksud tertentu dalam 
hatinya, sementara pertempuran kembali  berkobar sampai saat yang telah
 ditentukan ….
Adapun ‘Ammar, ia dipangku oleh Imam Ali 
ke tempat,Ia menshalatkannya  bersama Kaum Muslimin, lalu dimakamkan 
dengan pakaiannya! Benar, dengan  pakaian yang dilumuri oleh darahnya 
yang bersih suci! Karena tidak satu  pun dari sutera atau beludru dunia yang layak untuk menjadi kain kafan bagi seorang syahid mulia, seorang suci utama dari tingkatan Ammarr
Dan Kaum Muslimin pun berdiri 
keheran-heranan di kuburnya …Semenjak  beberapa saat yang lalu ‘Ammar 
berdendang di depan mereka di atas arena  perjuangan . .. , hatinya 
penuh dengan kegembiraan, tak ubah bagai  seorang perantau yang 
merindukan kampung halaman tiba-tiba dibawa  pulang, dan terlompatlah 
dari mulutnya seruan:
“Hari ini aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta. . . .
Dengan Muhammad saw. dan para shahabatnya………….
Apakah ia telah mengetahui hari yang mereka janjikan akan bertemu
  dan waktu yang sangat ia tunggu-tunggu Para shahabat saling  
jumpa-menjumpai dan bertanya: “Apakah anda masih ingat waktu sore hari  
itu di Madinah, ketika kita sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw. .
  . . , dan tiba-tiba  wajahnya berseri-seri lalu sabdanya:
“Surga telah merindukan ‘Ammar.. . . “.
”Benar”, ujar yang lain. “dan waktu itu juga disebutnya nama nama lain , di antaranya ‘Ali, Salman dan Bilal .
”Benar”, ujar yang lain. “dan waktu itu juga disebutnya nama nama lain , di antaranya ‘Ali, Salman dan Bilal .
Nah, bila demikian halnya, maka surga benar-benar telah merindukan ‘Ammar …        ‘
 Dan jika demikian, maka telah lama surga merindukannya, sedang  
kerinduannya tertangguh, menunggu ‘Ammar menyelesaikan kewajiban dan  
memenuhi tanggung jawabnya . . . . Dan tugas itu telah dilaksanakannya  
dan dipenuhinya dengan hati gembira.
Maka sekarang ini, tidakkah sudah selayaknya ia memenuhi panggilan rindu yang datang menghimbau dari haribaan surga
Memang, datanglah saatnya ia mengabulkan 
panggilan itu, karena tak  ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula 
…Demikianlah dilemparkannya  tombaknya, dan setelah itu ia pergi berlalu
 ….
Dan ketika tanah pusaranya didatarkan 
oleh para shahabat di atas jasadnya, maka ruhnya yang mulia telah 
bersemayam lena di tempat bahagia …. nun di sana dalam surga yang kekal 
abadi, yang telah lama rindu menanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar