25/11/12

Bukti kebesaran Allah pada Tulang Ekor

Bukti kebesaran Allah pada Tulang Ekor

"Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat" ( HR. Al Bukhari , Nomor : 4935 )
Belasan abad lamanya, hadits tersebut menjadi hal yang gaib yang tidak mungkin bisa dijelaskan dengan logika. Seiring berjalannya waktu beberapa penelitian ilmiah mampu menjelaskan kebenaran hadits tersebut dikemudian hari.

"Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk" (QS. Yasin : 78-79).

Adalah Han Spemann, Ilmuwan Jerman yang berhasil mendapatkan hadiah nobel bidang kedokteran pada tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk hidup bermula. Dalam penelitiannya ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embrio Organizer atau pengorganisir pertama.

Pada saat sperma membuahi ovum (sel telur), maka pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.

Han Spemann, Ilmuwan Jerman

Pertama, External Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus.

Sedangkan lapisan kedua, Internal Hypoblast yang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana).

Dari sinilah beberapa unsure dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk.

- Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat.
- Mesoderm, membentuk otot halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa, limpa dan kulit luar.
- Sedangkan, Endoderm, membentuk lapisan pada sistim digestive, sistem pernafasan, organ-orang yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran. Gumpalan sederhana inilah yang mereka sebut sebagai TULANG EKOR.

Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak 'hancur'.

Dr. Othman al Djilani dan Syaikh Abdul Majid juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan 1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama 10 menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa tulang itu ke al Olaki Laboratory, Sana'a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti oleh Dr. al Olaki, profesor bidang histology dan pathologi di Sana'a University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama.

Lebih dari itu berdasarkan penelitian mutakhir, sebagaimana yang disampaikan oleh Jamil Zaini, Trainer Asia Tenggara Kubik Jakarta ketika mengisi acara buka puasa bersama di al Azhar-Solo Baru dengan tajuk, "Inspiring Day; Inspiring The Spirit of Life", tulang ekor ini merekam semua perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Ia merekam semua perbuatan baik-buruk mereka. Dan perbuatan mereka ini akan berpengaruh pada kondisi tulang ekornya. Putih bersih atau hitam kotor. Semakin banyak energy positif atau kebaikan seseorang maka semakin bersih tulang ekornya, dan semakin banyak energy negative atau keburukan seseorang maka semakin hitamlah tulang ekornya.

Dari sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Ajaibnya, ini semua sudah disabdakan oleh Nabi berpuluh abad yang lalu.

"Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat." (HR. al Bukhari, nomor 4935).

Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (nomor 2955),

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam bersabda, "Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor, darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali."

Dari petunjuk hadist di atas, Ilmuwan muslim pada paruh kedua abad ke-20 telah mendasarkan pemahaman mereka mengenai kemukjizatan hadis tentang tulang ekor ini pada kaidah pengetahuan yang paling dasar, yaitu "Tulang ekor merupakan bagian pertama yang tumbuh dari janin, biasa disebut dengan primitive streak, yaitu bagian utama yang terbentuk pada minggu ketiga".

"Akan Kami tunjukkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami pada alam dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (Fushshilat: 53)

Wallahu alam bish showab..

27/10/12

FATWA ULAMA TENTANG JAMAAH TABLIGH


FATWA ULAMA TENTANG JAMAAH TABLIGH

1. Fatwa Darul Uloom Trinidad and Tobago tentang Jamaah Tabligh
Mengenai banyak diskusi tentang Dawah dan Tabligh atau Jamaah Tabligh, banyak cendekiawan dan lainnya seperti Dr Zakir Naik dan ulama lainnya mengkritik dan mengatakan itu adalah bidah untuk berpartisipasi dalam Dawah dan Tabligh, dari mana mereka mendapatkan pandangan-pandangan seperti ini ? Merek
a mengatakan Jamaah Tabligh tidak berdasarkan Quran dan Sunnah. Apa pendapat Anda tentang masalah ini?

Upaya Jamaat Tabligh adalah salah satu yang sangat mulia yang telah sangat berhasil dan telah memperoleh penerimaan luas oleh ribuan Ulama besar dunia, dari permulaan hingga saat ini.

Pekerjaan ini hanya mengingatkan umat Islam tentang iman mereka dan menanamkan dalam diri mereka, keseriusan berlatih Islam. Pekerjaan Tabligh tidak memberitakan hal apapun yang bertentangan dengan ajaran Quran dan Sunnah, dan menyebarkan pesan Islam yang sebenarnya. Pekerjaan yang membawa pesan tentang bagaimana seorang Muslim dapat meraih sukses di dunia ini dan berikutnya, dan mendesak umat Islam untuk berpegang teguh kepada Sunnah Nabi (SA).

Pembicaraan, pidato dan nasihat diberikan, didasarkan pada Iman dan berjuang di jalan Allah, sehingga pesan Islam dapat mencapai rumah-rumah setiap orang Muslim. Jika survei diambil hari ini, akan terlihat bahwa Jamaah Tabligh adalah melakukan upaya seperti apa yang telah Nabi (SA) dan para sahabat buat. Saudara-saudara yang terlibat dalam Dawah dan Tabligh berupaya dengan susah payah dan menghabiskan uang mereka untuk bepergian ke tempat yang jauh dalam rangka menyebarkan pesan Islam. Mereka tidak meminta apa pun. Waktu mereka banyak dihabiskan dalam masjid.

Mereka yang berbicara buruk tentang pekerjaan mulia ini, karena ketidaktahuan mereka tentang apa yang terjadi di dalam pekerjaan Tabligh, atau mereka salah informasi, atau ada kemungkinan bahwa mereka mungkin tidak menyukainya tanpa alasan sama sekali.

Alhamdulillah, melalui berkat-berkat yang Allah Telah diberikan kepada Usaha Da’wah dan Tabligh puluhan ribu Muslim telah berubah, dan telah mengubah perjalanan hidup mereka ke arah yang benar. Ribuan (orang muslim) yang tidak pernah melakukan shalat sudah mulai melakukan itu, dan juga melakukan tugas lain sebagai Muslim. Pada usaha ini, sebuah kebangkitan besar telah terjadi, dan Muslim sekarang menjadi lebih sadar akan agama mereka.

Kita melihat setiap hari, bahwa sementara ada banyak umat Islam yang tinggal di sekitar Masjid, hanya sangat sedikit yang datang untuk shalat berjamaah. Mayoritas tinggal di rumah, sementara banyak bahkan mungkin tidak melakukan shalat sama sekali. Hal ini karena keadaan, kita menemukan bahwa saat ini, masjid masih banyak kosong, terkunci, kotor, menyedihkan dan tanpa pengawasan. Banyak Muslim tampaknya telah kehilangan semangat untuk menghadiri rumah Allah.

Kita jarang melihat orang lain yang mengunjungi orang-orang Muslim yang tidak menghadiri masjid atau lemah dalam agama mereka. Untuk menambah ini, kita juga menemukan beberapa kali, misionaris Kristen datang ke berbagai tempat, mengajak orang-orang Muslim untuk Perang Salib. Setiap minggu, kita menemukan bahwa misionaris Kristen mengunjungi rumah-rumah semua orang, termasuk rumah-rumah umat Islam, untuk menyebarkan agama mereka.

Sementara ketika semua ini berlangsung, kita menemukan bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan, (pada kenyataannya, di banyak tempat, tidak ada yang dilakukan) untuk membawa umat Islam ke masjid, dan untuk mendatangi mereka dalam upaya untuk memperkuat mereka Imaan dan Islam. Dalam situasi ‘ingin’, kita menemukan bahwa sebagian besar waktu, itu adalah Jamaah Tabligh yang telah datang untuk menghidupkan kembali semangat Islam di kalangan umat Islam.

Jadi, inti dari penjelasan ini, adalah bahwa pekerjaan Tabligh adalah upaya yang sangat penting dan mulia yang didasarkan pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi (SA).

Dan Allah tahu yang terbaik.
Mufti Waseem Khan

2. Fatwa Mufti Ebrahim Desai Darul Ifta, Madrasah In'aamiyyah, Camperdown, South Africa tentang Jama’ah Tabligh

Allah Taala menyatakan bahwa salah satu alasan bagi umat ini yang berjudul sebagai Ummat yang terbaik, adalah praktek ‘memerintahkan yang baik dan mencegah kejahatan’

Nabi (shallallahu alayhi wasallam) menyatakan, “Apabila diantara kalian melihat kemungkaran, maka ia harus mengubahnya dengan tangannya Dan jika ia tidak mampu melakukannya maka ia harus mengubah dengan lidahnya.. Dan jika ia tidak dapat melakukannya dengan lidahnya, maka dia setidaknya harus meyakini bahwa itu adalah kemungkaran Dan ini adalah selemah-lemahnya Imaan.. ” (Mishkat)

Hadhrat Nuúmaan bin Basheer (Radhiallaahu anhu) mengatakan bahwa Rasulullah (shallallahu alayhi wasallam) memberikan contoh orang berlayar di sebuah kapal memiliki dek atas dan dek bawah. Orang-orang dari dek bawah membutuhkan air dan air permintaan dari orang-orang di dek atas. Orang-orang dari dek atas menolak air sehingga orang-orang dari dek lebih rendah memutuskan untuk membuat lubang di lantai kapal dan mendapatkan air dari laut. Rasulullah (shallallahu alayhi wasallam) bersabda, “Jika orang-orang dari dek atas tidak berhenti orang-orang di bagian bawah dari membuat lubang, kapal akan tenggelam dan semua orang bepergian akan tenggelam.” (Mishkat vol 2 hal.. 436)

Demikian pula, jika orang tidak melarang kejahatan dan dosa dalam masyarakat, seluruh masyarakat – yang tidak bersalah dan jahat – sama akan menderita.
Hadhrat Abu Hurairah (Radhiallaahu anhu) menyatakan bahwa Rasulullah (shallallahu alayhi wasallam) bersabda, “Perintahkan manusia berbuat kebaikan dan melarang kejahatan atau Allah akan mengirim menerima hukuman yang akan menghancurkan semua orang.” (Ibid)

Kutipan di atas Al-Quran dan Ahaadith Rasulullah (shallallahu alayhi wasallam) jelas bahwa memerintahkan yang baik dan melarang kejahatan adalah menekankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Setiap orang harus melakukan perintah ini. Semua para nabi (Álayhimus salam) mengikuti jejak nabi masing-masing dan setelah kematian Nabi mereka, mereka melakukan misi yang sama.

Para Sahaaba Rasulullah (Radhiallaahu anhum) menghabiskan seluruh hidup mereka dalam memerintahkan yang baik dan melarang kejahatan. Karena tidak ada Nabi untuk datang, setiap ummat Rasulullah (shallallahu alayhi wasallam) adalah wakil Nabi dan memiliki untuk membawa pada misi Nabi. Orang-orang Tabligh Jamaah mengorbankan waktu, kekayaan dan kenyamanan untuk menjalani kesulitan dan kesulitan untuk pergi di jalan Allah – untuk melaksanakan Sunnah Nabi – memerintahkan yang baik dan melarang jahat.

Sejauh yang Jamaat Tabligh yang bersangkutan, itu adalah pandangan kami yang sederhana bahwa mereka bertindak atas perintah Allah Taala dan memenuhi kewajiban dari Syariah. Jamaat menganjurkan ketaatan pada Sunnah dan agar semua orang mengikuti syariah. Tujuan dari perorangan mengambil bagian dalam pekerjaan mulia Tabligh adalah, pertama, untuk mereformasi diri sendiri dan menyelamatkan manusia dari api neraka. Keberhasilan luar biasa dari Jamaat ini terutama karena manifestasi dari enam poin yang melibatkan pemurnian Naffs dan entitas dari Tauhid.

‘Tashkeel’ Kata secara harfiah berarti ‘untuk membentuk’. Dalam terminologi Tabligh, artinya mendesak orang untuk memberikan waktu, untuk keluar di jalan Allah untuk diri reformasi dan menyebarkan baik selama beberapa hari 3, 7, 40, 4 bulan, 1 tahun, dll jumlah hari juga tidak wajib, hanya disarankan seperti disarankan agar seseorang mempelajari pertolongan pertama, misalnya berfungsi satu bulan sebagai practicals.
Sementara ia tidak akan menjadi ahli dalam kedokteran, ia akan tahu hal-hal dasar yang harus dilakukan dalam keadaan darurat. Demikian pula, seseorang akan keluar selama 3 hari, 40 hari, 4 bulan, dll tidak menjadi seorang ahli syariah, tetapi ia akan belajar persyaratan dasar Syariah. Semakin banyak waktu yang dia berikan, semakin dia akan belajar dan menyempurnakan dirinya sendiri. Kerangka waktu bukan kriteria menurut syariah.

dan Allah Ta’ala Tahu yang Terbaik
Mufti Ebrahim Desai

3. Lembaga Fatwa Inggris tentang Jamaah Tabligh Jamaah


Mufti besarArab Saudi tersebut telah jelas menyatakan ketidaksukaannya terhadap Jamaah Tabligh. pertanyaan saya adalah bahwa, APAKAH SALAH DENGAN KERJA INI bahkan imam dari Haramain telah jelas menyatakan ketidaksukaan mereka.
Tolong anda beri mutiara nasehat mengenai masalah ini.


Dalam nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan adalah tanggung jawab dari umat Islam (al-Fardh Kifaya). Allah Swt mengatakan:
“Kalian adalah Ummat yang terbaik , yang dikeluarkan untuk umat manusia, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari kemungkaran.” (QS. Ali Imran, V: 110).

Ini tanggung jawab bersama umat Islam memerlukan upaya terorganisir, dan ini adalah apa yang Jama’ah Tabligh telah lakukan. Bagaimana bisa seseorang dihukum untuk melaksanakan tanggung jawab yang Allah SWT telah menetapkan atasnya?
Perlu dicatat bahwa meskipun metode yang Jama’ah Tabligh untuk penggunaan Dakwah mereka tidak lazim dalam konteks penuh pada masa Rasulullah (Allah memberkatinya & memberinya kedamaian), namun tidak akan dianggap sebagai suatu inovasi (bid’ah).

Syariah belum ditentukan metode khusus untuk pekerjaan Dakwah. Tanggung jawab Dakwah akan dibuang dengan menggunakan metode apapun, apakah ini adalah dengan mengajarkan ilmu agama kepada murid , menulis buku, mengundang orang-orang Islam, datang ke rumah orang-orang Islam dan memanggil mereka ke Masjid itu (seperti yang Jama’ah Tabligh lakukan) atau cara lainnya.

Mereka yang berasal dari Arab Saudi yang mengkritik kelompok ini biasanya tidak menyadari realitas Tabligh Jama’ah. Ini harus dikatakan kepada mereka: jika pekerjaan ini adalah salah, maka Anda harus menutup universitas Islam di Makkah dan Madinah dan semua perbuatan da’wah yang lainnya , dikarenakan banyak cara yang tidak lazim sebagaimana pada zaman Rasul Allah (Allah memberkatinya & memberinya kedamaian).

Kesimpulannya, tidak ada yang salah dengan kerja Jama’ah Tabligh secara umum. Orang harus didorong untuk bergabung dan berpartisipasi dalam kerja yang menguntungkan ini. Kerja kebathilan sangat aktif dan kerja Jama’ah ini telah dianggap penting dan al-Hamdulillah Jama’ah ini secara keseluruhan telah melakukan tanggung jawab da’wah dengan sangat baik

Jika ada kesalahan yang dilakukan orang yang terlibat dalam pekerjaan ini (seperti yang memang ada beberapa orang yang melakukannya), itu harus dikoreksi oleh para ulama dengan kebijaksanaan, wawasan, kelembutan dan kesopanan.
Dan Allah tahu yang terbaik

[Mufti] Muhammad bin Adam
Darul Iftaa
Leicester, Inggris

4. Hukum Khuruj menurut Lembaga Fatwa Mesir

Pertanyaan:
Apa hukum khuruj yang dilakukan oleh kelompok Jamaah Tablig? Apakah perbuatan itu termasuk bid’ah ?

Jawaban:
Mufti Agung Mesir, Prof. Dr. Ali Jum’ah Muhammad:
Khuruj yang dilakukan oleh Jamaah Tablig adalah perbuatan yang boleh dilakukan bagi orang yang mampu untuk berdakwah dengan sikap lembut, penuh hikmah dan mampu memberi nasehat dengan baik serta bersikap ramah dan sopan kepada orang-orang. Selain itu, orang tersebut juga harus mengetahui dengan baik apa yang dia sampaikan kepada orang-orang, tidak menerlantarkan keluarganya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.

Adapun penetapan masa khuruj selama 4 hari, 40 hari dan lain sebagainya, hanyalah merupakan masalah teknis murni yang tidak ada hubungannya dengan masalah bid’ah. Ini selama pelakunya tidak meyakini bahwa penetapan jumlah hari itu adalah sesuatu yang disyariatkan.

5. Keputusan Majelis Fatwa Negeri Sabah

Jamaah Tabligh di Negeri Sabah
1. Ahli Majelis Fatwa telah membincangkan perkara tersebut pada
Muzakarah Fatwa Negeri Sabah bil 1/2004 pada 19 – 20 Januari 2004 M
Muzakarah Fatwa Negeri Sabah bil 3/2004 pada 6 – 8 Oktober 2004 M dan
Muzakarah Majelis Fatwa Negeri Sabah bil 1/2005 pada 12 – 14 September 2005 M
Dan memutuskan bahawa ;

a. Ajaran Jamaah Tabligh ini didapati tidak bercanggah dengan Akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah
b. Jamaah ini tidak dikategorikan sebagai ajaran sesat

Pendapat Alim Ulama Tentang Jamaah Tabligh

a. Pendapat Syaikh Asyraf Ali Thanwi
Ketika Syaikh Muhammad Ilyas berusaha menerangkan tentang usaha Dakwah dan Tabligh ini kepada beliau, beliau berkata, “Sungguh masalah ini sudah sangat jelas. Tidak perlu dalil-dalil lagi. Pengaruh dan hasil usaha ini telah begitu jelas. Dikemukakan dalil hanyalah untuk memperjelas kebenaran. Namun saya telah berpuas hati ketika menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, sehingga saya tidak memerlukan penjelasan atau dalil-dalil lagi. Bahkan usaha Anda telah merubah keputus-asaan saya menjadi harapan.”

b. Pendapat Mufti Muhammad Syafi’
Beliau berkata, “Sesungguhnya, gerakan yang telah dirintis oleh Syaikh Muhammad Ilyas ini telah memberikan sumbangan dan jasa yang besar bagi seluruh dunia. Oleh karena itu, kepada para ulama hendaknya mau mempelajari manhaj Syaikh Muhammad Ilyas dan membukukan sejarah gerakan imaniyah ini secara terperinci sehingga dapat diambil pelajaran oleh pihak-pihak yang ingin berusaha menjalankan dakwah, menyeru manusia kepada Allah swt, serta menjadi lampu penyuluh bagi generasi yang akan datang.”

c. Pendapat Syaikh Muhammad Manzhur Nu’mani
Beliau berkata, “Saya yakin bahwa usaha ini satu-satunya usaha yang dapat menghidupkan kembali ruh keimanan dengan sempurna dikalangan umat muslimin. Sesungguhnya kesimpulan ari hakekat usaha ini telah saya pelajari secara ilmiyah dengan matang. Saya tidak terpengaruh oleh pemikiran Syaikh Ilyas walaupun beliau sendiri sering menjelaskannya. Namun saya berusaha keras mempelajari dakwah ini melalui Alquran dan Assunah dan segala sesuatu yang diperlukan oleh umat dewasa ini. Dengan senantiasa mengaji dan menyertai perjalanan-perjalanan dakwah Syaikh ilyas, semakin kuatlah keyakinan saya, bahwa usaha dakwah dan tabligh ini yang seperti inilah yang sangat diperlukan oleh umat pada saat ini, dan cara seperti ini adalah suatu cara pembaharuan yang paling mudah dan menyeluruh.”

Beliau berkata, “Mursyid saya berkata kepada saya, “Alangkah baiknya jika sekarang engkau berkenan meluangkan waktu bersama Syaikh ini (Syaikh Ilyas). Sesungguhnya ini beliau sedang berjalan dengan kecepatan ribuan mil perhari.” Sungguh selama ini saya tidak percaya dengan apa yang saya baca dalam sejarah perjuangan dan pengorbanan para pemimpin Islam, para wali Allah dan para shalihin dalam rangka menegakkan agama. Bahkan saya menganggap apa yang saya baca itu sesuatu yang berlebih-lebihan. Hal tersebut telah menyebabkan saya termasuk orang yang pada mulanya menentang usaha dakwah ini. Namun pada akhir-akhir ini, setelah saya meluangkan waktu bersama Syaikh ilyas dan menyaksikan sendiri pengorbanan, kerisauan, dan kasih sayang beliau dalam menegakkan kalimatullah, terbukalah mata saya terhadap kebenaran hal-hal yang saya baca dalam sejarah mengenai para pejuang yang gigih dan tangguh itu.”

d. Pendapat Syaikh Husain Ahmad Madani
Beliau paling bersemangat membela Jamaah Tabligh dari serangan orang-orang yang anti Jamaah Tabligh dari kalangan kaum muslimin atau dari luar. Beliau sangat yakin bahwa negara-negara Islam sangat memerlukan gerakan dakwah seperti ini. Beliau berkata dalam ceramahnya, “Anda tidak mengetahui apa yang sedang Anda lakukan. Sesungguhnya itulah tugas tetap Rasulullah saw. Betapa banyak generasi yang lalu tidak menghiraukan perjuangan dan pengorbanan ini, maka bersyukurlah Anda kepada Allah atas nikmat yang sangat besar ini. Allah berfirman.
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.

“Mereka merasa telah memberimu nikmat dengan keIslaman mereka, katakanlah, Jangan kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keIslamanmu. Sesungguhnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukimu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.”
Menurut beliau, cara dakwah seperti inilah yang dahulu pernah dipakai dalam menyebarkan Islam ke seluruh dunia.”

e. Pendapat Syaikh Mufti Mahmud Ahmad
Beliau berkata, “Gerakan dakwah Syaikh Muhammad Ilyas bukan merupakan pembaruan yang bersifat parsial dan terbatas, tetapi suatu pembaharuan dan penyelesaian yang menyeluruh. Gerakan tersebut merupakan gerakan pembangunan bagi seluruh manusia dan kehidupan agama secara sempurna. Ia adalah cara memasukkan hakikat agama ke dalam hati dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia.”

f. Pendapat Allamah Mufti Azizurrahman
Syaikh Mufti Azizurrahman telah menulis sebuah buku tentang Syaikh Muhammad yusuf Al-Khandahlawi. Diantara ungakapannya ia menulis, “Dengan penuh keyakinan saya tegaskan bahwa usaha dakwah dengan cara inilah yang dapat menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat. Usaha inilah satu-satunya cara untuk mengembalikan kaum muslimin kepada Islam sebagaimana sediakala.”

g. Pendapat DR. Dzakir Husain
Beliau berkata, “Sungguh, saya melihat kerja jamaah dakwah dan tabligh sangat sederhana. Namun saya menjumpai di dalam menyeru manusia untuk taat kepada Allah.”

h. Pendapat Allamah Ubaidillah As-Sindhi
Syaikh Muhammad Ilyas berkata, “Dulu Syaikh Ubaidillah As-Sindhi berkata, “Gerakan ini telah dimulai pada waktu yang tidak tepat dan mustahil akan berhasil kecuali jika pemerintahan di negri ini telah berubah, yaitu jika India telah merdeka dari penjajahan Inggris. Namun kini Syaikh Ubaidillah berkata, “Saya telah berkunjung ke berbagai negara di dunia. Saya sangat berputus asa melihat negara-negara yang saya kunjungi. Namun, kini saya telah melihat adanya secercah harapan. Sungguh saya akan belajar dari gerakan dakwah ini. Saya akan mengunjungi Mewat untuk melihat para pejuang yang bergerak menjalankan dakwah dan pembaharuan mengikuti dakwah Syaikh Muhammad Ilyas.”

i. Pendapat Syaikh Athaillah Syah Al-Bukhori
Beliau pernah datang ke Markas Nizhamuddin, untuk melihat langsung usaha ini. Beliau berkata, “Saya percaya bahwa Syaikh Nizhamuddin yang dijuluki Auliya telah wafat. Namun, saya melihat bahwa beliau masih hidup dan diberi rezeki (yaitu adanya Syaikh Muhammad Ilyas). “Dan berkata, “Sungguh saya merasa baru masuk Islam ketika saya hadir di Markas Dakwah dan Tabligh di Nizhamuddin. Barang siapa ingin memperbagarui imannya dan ingin menjadi seorang muslim yang sempurna, hadirlah ke markas Dakwah dan Tabligh.” j. Pendapat Syaikh Adam Abdullah Al-Aluri
Beliau berkata, “Penelitian secara ilmiah terhadap dakwah Syaikh Ilyas memerlukan pemahaman lingkungan maupun tempat yang menyebabkan timbulnya kerisauan Syaikh Ilyas. Juga perlu dipelajari sejarah gerakan ini dan cara-cara pembaharuannya di berbagai sejak awal.”------- “Sebenarnya, aturan yang berlaku di markas Syaikh Ilyas itu telah berlangsung lebih dari seperempat abad yang lalu. Tentu saja, itu suatu bukti yang jelas bahwa Syaikh Ilyas telah berusaha menghidupkan semua yang dibawa oleh Nabi saw, dan mungkin tidak ada duanya di seluruh dunia Islam. Meskipun di seluruh dunia banyak Markas yang menjadi pusat-pusat dakwah, tetapi tidak satu pun dari markas-markas tersebut yang memiliki contoh sempurna dari kegiatan Masjid Nabawi Syarif pada zaman Rasulullah saw, bukanlah hal itu telah cukup menunjukkan bahwa beliau memang mendapatkan taufik dari Allah untuk berkorban dalam usaha ini ?

k. Pendapat Syaikh Adam Abdullah Al-Aluri
Beliau berkata, “Jamaah Tabligh berdiri di india dengan kegiatan dakwahnya menyeru manusia kepada Allah, Ta’lim wat ta’lum, dan pendidikan ruhani yang menyeluruh. Jamaah ini didirikan oleh Syaikh Muhammad Ilyas pada tahun 1920 M. beliau menganjurkan agar di dalam dakwah lebih banyak bergerak dari pada sekadar menasehati lewat ceramah atau tulisan. Beliau mendidik kaum muslimin agar mengikuti cara-cara yang telah ditempuh oleh para sahabat, dan beliau juga menulis buku mengenainya sehingga jamaah Tabligh tersebar ke seluruh dunia.”

l. Pendapat Imam Abu Zahrah
Beliau menyaksikan langsung pergerakan jamaah-jamaah di markas Raiwind Lahore. Beliau berkata, “Sesungguhnya perang salib dan hru-hara Tartar telah melemahkan semangat bangsa Arab. Maka muncullah di India dan Pakistan semangat yang sangat kuat untuk melanjutkan dakwah Islamiyah hingga menyebar ke seluruh negara Asia Timur seperti Indonesia, Malaysia, dan lain-lainnya. Banyak kaum muslimin India yang telah keluar untuk berdakwah Islamiyah. Mereka berbekal sendiri di punggungnya serta menanggung segala kesusahan demi melaksanakan usaha dakwah sehingga Islam berkembang di beberapa wilayah di India Timur, di Philipina dan tempat-tempat lainnya. Bahkan di tangan merekalah banyak negro Amerika masuk Islam dan Islam berkembang di sana. Sungguh kita dapat melihat jamaah-jamaah itu di India dan Pakistan. Mereka keluar berdakwah, menyeru manusia kepada Islam. Mereka menyediakan diri dan harta mereka untuk menyiarkan Islam. Bahkan para pegawai pemerintah juga menyediakan waktu sepuluh persen, seolah-olah nisab zakat mereka.”

m. Pendapat Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi
Beliau dalam salah satu tulisannya menyatakan, “Di tengah masyarakat yang dipenuhi kelalaian, kejahilan, dan syahwat seperti itulah Syaikh Muhammad Ilyas bangkit mendirikan Jamaah Tabligh memikirkan alat dan cara yang tepat untuk menyelamatkan umat dari bahaya tenggelam dalam kejahilan, kegelapan, kefasikan, dan kemusyrikan. Kemudian Allah menunjukkan beliau cara yang sangat tepat dan efektif, yang dengan cara tersebut banyak sekali manusia yang tak terhitung jumlahnya dapat diselamatkan dari lemah iman menjadi kuat iman, dari jahil terdapat Islam kepada cahaya ilmu, dari bahaya kelalaian kepada benteng dzikir, serta dari kefasikan dan kedurhakaan kepada ketaatan.”

Sekarang, saya akan jelaskan mengenai alat yang dipakai oleh Jamaah Tabligh yang telah diilhamkan Allah kepada hamba-Nya, Syaikh Muhammad Ilyas, dan telah dipraktekkannya sehingga dapat menyelamatkan sejumlah besar manusia. Alat tersebut sangat sederhana, tetapi sangat efektif dan tiada duanya, suatu alat dan cara yang menakjubkan yang tidak lebih dari enam point atau enam sifat.”

Syaikh Ibnu Sirrin rah ra, berkata, “Jika sampai kepadamu berita tantang saudaramu, maka carilah alasan yang membenarkan tindakannya. Jika kamu tidak menemukannya, maka katakanlah, “Mungkin dia mempunyai alasan.”
Abu Qilabah rah.a. berkata, “Apabila sampai kepadamu berita tentang saudaramu yang tidak menyenangkan, maka carilah baginya suatu alasan dengan sungguh-sungguh. Dan jika tidak menemukannya, maka katakanlah kepada dirimu, “Barangkali dia mempunyai alasan yang aku tidak mengetahuinya.”

Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairy,
Mudir di Masjid Nabawi dan Universiti Madinah Al-Munawarrah
Mereka berkata: Orang-orang Tabligh membuat bida’ah berupa keluar di jalan Allah secara berjemaah dan membatasi masa keluar 3 hari, 40 hari dan 4 bulan.
Kami katakan:

Sesungguhnya keluar untuk memperbaiki diri adalah seperti keluar untuk menuntut ilmu dan hidayah. Juga seperti keluar untuk mendakwah manusia kepada Allah dan mengajar mereka hal-hal yang bermenafaat di dunia dan akhirat. Semuanya itu adalah keluar di Jalan Allah, apabila di landasi niat yang benar dan untuk mengapai redha Allah s.w.t, bukan untuk memperolehi harta dan penghormatan atau untuk hiburan, permainan dan kebatilan.

Adalah termasuk kelakuan bodoh atau pura-pura bodoh apabila ada orang yang mengingkari keluarnya Jemaah Tabligh untuk kepentingan hidayah bagi manusia, mengajar mereka, memperbaiki diri mereka dan mendidik rohani mereka.
Padahal Rasulullah s.a.w bersabda, “Sepetang atau sepagi keluar di jalan Allah, lebih baik daripada mendapatkan dunia dan segala isinya.

Juga sabda Rasulullah s.a.w, “Barangsaiapa mendatangi masjid ini, semata-mata untuk kebaikan yang ia ajarkan atau ia pelajari, laksana mujahid fi sabilillah.”
Dan banyak lagi hadith sahih dan hassan yang mengajarkan dan memberi semangat untuk keluar di Jalan Allah. Alangkah ajaibnya perkataan mereka bahawa keluarnya Jemaah Tabligh adalah bida’ah! Dan lebih ajaib lagi mereka berhujah terhadap “keluar fi sabilillah secara berjemaah adalah bida’ah” dengan jangkaan mereka bahawa Rasulullah s.a.w mengirimkan Mu'az r.a ke Yaman bersendirian saja dan tidak berjemaah.

Mereka lupa atau tidak tahu bahawa Rasulullah s.a.w tidak mengirimkan Mu'az r.a sendirian tetapi mengirimkan Abu Musa Al Asy’ary r.a bersamanya. Baginda s.a.w bersabda kepada keduanya, “Gembirakanlah mereka dan jangan kalian buat mereka lari. Mudahkan mereka dan jangan kalian menyusahkan. Bertolong-tolonglah kalian dan jangan berselisih.”

Juga beliau mengirimkan Ali bin Abi Talib dan Khalid bin Sa’id bin al Ash r.huma. Bersama mereka baginda s.a.w mengirimkan rombongan besar untuk dakwah, ta'lim dan memutuskan perkara diantara manusia.

Tentang pembatasan masa keluar yang mereka katakan sebagai Bidaah, adalah peraturan dakwah sebagaimana peraturan sekolah dan universiti yang mengenal batasan masa belajar dan kerehatan, untuk menyiapkan bekal dan perbelanjaan selama masa keluar. Apakah dengan demikian, orang-orang Tabligh dianggap membuat bida’ah kerena mereka mengatur hari-hari untuk kepentingan dan khuruj fi sabilillah (keluar di jalan Allah)?

Alhamdulillah.
Ditulis oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairy,
Mudir di Masjid Nabawi dan Universiti Madinah Al-Munawarrah

Demikianlah sekilas ‘Apa itu Jamaah Tabligh’ dan beberapa pendapat ulama mengenainya. Uraian di atas setidaknya menyibak keasingan Jamaah Tabligh dan membuka hati terhadap maksud dan tujuan Jamaah Tabligh, yang semata-mata gerakan keimanan atas diri dan umat. Umar bin khattab ra. berkata, “Janganlah kamu berprasangka buruk terhadap kalimat yang keluar dari saudaramu mukmin, kecuali dengan prasangka yang baik selama kamu dapati kemungkinan untuk memahaminya dengan pemahaman yang baik.”
 Wallauhua'lam bishowab.

26/09/12

Kisah Sufi Rabiah Al-Adawiyah



Kisah Sufi Rabiah Al-Adawiyah
Rabiah Al-Adawiyah adalah salah satu tokoh sufi wanita pada zamannya, beliau dilahirkan di kota Basrah tahun 95 hijriyah, dan putri ke 4 dari seorang lelaki bernama, Ismail Adawiyah. Beliau hidup dalam kemiskinan dan lingkungan yang serba kurang bahkan ketika Rabiah lahir lampu untuk menerangi saat kelahirannyapun tidak ada. Rabiah yang lahir dalam keadaan miskin tapi kaya akan iman dan peribadatan kepada Allah.

Ayahnya hanya seorang yang bekerja mengangkut penumpang menyeberangi Sungai Dijlah dengan menggunakan sampan. Pada akhir kurun pertama Hijrah, keadaan hidup masyarakat Islam dalam pemerintahan Bani Umaiyah, yang sebelumnya terkenal dengan ketaqwaan mulai berubah. Pergaulan semakin bebas dan orang ramai berlomba-lomba mencari kekayaan. Sebab itu kejahatan dan maksiat tersebar luas.

Pekerjaan menyanyi, menari dan berhibur semakin diagung-agungkan. Maka ketajaman iman mulai tumpul dan zaman hidup wara’ serta zuhud hampir lenyap sama sekali. Namun begitu, Allah telah memelihara sebahagian kaum Muslimin agar tidak terjerumus ke dalam fitnah tersebut. Pada masa itulah muncul satu gerakan baru yang dinamakan Tasawuf Islami yang dipimpin oleh Hasan al-Bashri. Pengikutnya terdiri daripada lelaki dan wanita. Mereka menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendidik jiwa dan rohani mengatasi segala tuntutan hawa nafsu demi mendekatkan diri kepada Allah sebagai hamba yang benar-benar taat. Ayahanda Rabi’ah merupakan hamba yang sangat taat dan taqwa,hidup jauh dari kemewahan dunia dan tidak pernah berhenti bersyukur kepada Allah. Beliau mendidik anak perempuannya menjadi muslimah yang berjiwa bersih. Pendidikan yang diberikannya bersumberkan al-Quran semata-mata. Natijahnya Rabi’ah sendiri begitu gemar membaca dan menghayati isi al-Quran sehigga berhasil menghafal kandungan al-Quran.

Sejak kecil Rabi’ah sudah berjiwa halus, mempunyai keyakinan yang tinggi serta keimanan yang mendalam. Memasuki masa kedewasaannya, kehidupannya menjadi serba sempit,dan semakin sulit setelah beliau ditinggal ayah dan ibunya,dipanggil Allah. Dan ujian2 lain yang menguji keteguhan imannya,sampai dia sanggup,untuk menjadi hamba sahaya dari seorang kaya raya pada zaman itu,dan ini terjadi karena penderitaan kemiskinan yang dideritanya.
Cobaan demi cobaan dilalui Rabiah dalam menjalani hidupnya yang sarat akan penderitaan dan karena beliau pinter memainkan alat musik, maka majikannya semakin menjadikannya sumber mencari uang dengan keahlian yang dimiliki Rabiah.
Dalam keadaan hidup yang keras dan serba terkekang sebagai hamba sahaya,membuat Rabiah mendekatkan diri kepada Allah, dan selalu menyempatkan waktunya yang luang untuk terus bermohon kepada Allah, baik pagi maupun petang,malam dan siang. Amalannya tidak hanya sebatas berdoa saja tapi sepanjang hari dan sepanjang ada waktu dia senantiasa selalu berzikir dan berdoa, dan selalu melaksanakan amalan-amalan sunat lainnya dan saat melakukan sholat sepanjang sholat airmatanya selalu membasahi sajadahnya, air mata kerinduan kepada Allah sang Khaliq yang di rinduinya.
Ada riwayat yang mengatakan beliau telah terjebak dalam dunia maksiat. Namun dengan limpah hidayah Allah, dengan dasar keimanan yang kuat dan belum padam di hatinya, dia dipermudahkan oleh Allah untuk kembali bertaubat. Saat2 taubat inilah yang mungkin dapat menyadarkan serta mendorong hati bagaimana merasai cara berkomunikasi yang baik antara seorang hamba rabiah dengan sang Khaliq Allah swt dan selayaknya seorang hamba bergantung harapan kepada belas ihsan Rabbnya.
Kecintaan Rabiah kepada Allah mengalahkan hidup dan kecintaannya kepada dunia dan isinya, hari-harinya habis untuk berkomunikasi dengan Allah betapa dia merasa dirinya adalah milik Allah hingga ada beberapa pemuda ingin melamarnya di tolaknya dengan halus.

Rabiatul Adawiah...insan sufi yang sangat hebat, tidurnya terlalu sedikit karena sentiasa bersama dengan Kekasih Rabbul 'izzah.setiap detik.. setiap saat... dirinya sentiasa bersama Allah.

Beliau selalu berbicara dengan Allah seolah-olah dekat sekali dengan Allah dengan bahasa yang indah dan doa-doa yang sangat menyentuh hati dan kata pujian seperti layaknya kerinduan seseorang kepada kekasih hatinya.Salah satu kata-kata Rabiah ketika ber munajat sambil air matanya mengalir.
“Kekasihku tiada menyamai kekasih lain biar bagaimanapun,
Tiada selain Dia di dalam hatiku mempunyai tempat manapun,
Kekasihku ghaib dari penglihatanku dan peribadiku sekalipun,
Akan tetapi Dia tidak pernah ghaib di dalam hatiku walau sedetik pun.”
Ya Tuhanku!
Tenggelamkanlah aku di dalam kecintaan-Mu
supaya tiada suatupun yang dapat memalingkan aku daripada-Mu.”
Rabiah banyak menolak lamaran yang datang kepada nya, dengan inilah alasannya: “Perkawinan itu memang perlu bagi siapa yang mempunyai pilihan. Adapun aku tiada mempunyai pilihan untuk diriku. Aku adalah milik Tuhanku dan di bawah perintah-Nya. Aku tidak mempunyai apa-apa pun.” Rabi’ah seolah-olah tidak mengenali yang lain daripada Allah. Oleh itu dia terus-menerus mencintai Allah semata- mata. Dia tidak mempunyai tujuan lain kecuali untuk mencapai keridhaan Allah. Rabi’ah telah mematikan akalnya, pemikirannya dan perasaannya hanya kepada akhirat semata-mata. Selam 30 tahun selalu doa ini yang senantiasa di ulang-ulang ketika dalam sholatnya;

“Ya Tuhanku!
Tenggelamkanlah aku di dalam kecintaan-Mu
supaya tiada suatupun yang dapat memalingkan aku daripada-Mu.”
Di antara syairnya yang masyhur berbunyi:
“Kekasihku tiada menyamai kekasih lain biar bagaimanapun, Tiada selain Dia di dalam hatiku mempunyai tempat manapun, Kekasihku ghaib daripada penglihatanku dan peribadiku sekalipun, Akan tetapi Dia tidak pernah ghaib di dalam hatiku walau sedetik pun.”
Rabi’ah sangat luar biasa di dalam mencintai Allah. Beliau menjadikan kecintaan pada Ilahi itu sebagai satu cara untuk membersihkan hati dan jiwa. Beliau memulaikan pemahamannya tentang sufinya dengan menanamkan rasa takut dari murka Allah seperti yang pernah ungkapkannya dalam doa-doa beliau.
“Wahai Tuhanku!
Apakah Engkau akan membakar
dengan api hati yang mencintai-Mu
dan lisan yang menyebut- Mu dan
hamba yang takut kepada-Mu?”
Kecintaan Rabi’ah kepada Allah bukan karena pengharapan untuk beroleh surga Allah semata-mata, tapi sudah menjadi kewajiban baginya
“Jika aku menyembah-Mu karena takut dari pada api neraka-Mu maka bakarlah aku di dalamnya! Dan jika aku menyembah-Mu kerana mengharap surgaMu maka jauhkan aku dari syurgaMu ! Tetapi jika aku menyembah- Mu kerana kecintaanku kepada-Mu maka berikanlah aku balasan yang besar, berilah aku melihat wajah-Mu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.”
Begitulah keadaan kehidupan Rabi’ah yang ditakdirkan Allah untuk diuji dengan keimanan serta kecintaan kepada- Nya.
Rabi’ah meninggal dunia pada 135 Hijrah yaitu ketika usianya menjangkau 80 tahun. Moga-moga Allah meridhai beliau, Amin.

Untuk itu mari kita merenung adakah kita sadar akan sebuah hakikat yang ada di sebut dalam surat al Imran ayat 142, ”Apakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga padahal belum nyata bagi Allah orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang yang sabar.”(QS. Ali-Imron[3]:142)
Bagaimana perasaan kita apabila orang yang kita kasihi menyinggung perasaan kita? Adakah kita terus berkecil hati dan meletakkan kesalahan kepada orang tesrbut? Tidakkah terpikir oleh kita untu merasakan dalam hati dan berdoa, “Ya Allah! Ampunilah aku. Sesungguhnya hanya Engkau yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya kasih-Mu yang abadi dan hanya hidup di sisi-Mu saja yang kekal. Selamatkanlah aku dari tipu daya yang mengasyikkan.”
Sesungguhnya hendaklah kecintaan kepada Allah benar-benar dapat kita tanamkan kepada diri kita bukan hanya sekedar sholat dan puasa atau ibadah ritual lainnya tapi yakin kan diri semakin kita mengenal Allah dengan dekat maka semakin ingin kita bertemu dan akan ada kerinduan untuk bertemu sang Khaliq.

Wallahua'lam bishowab.

29/08/12

Kalam Dakwah

Kalam Dakwah 
Kejayaan, kebahagiaan, kemuliaan, dan kesuksesan makhluk ada dalam kekuasaan Allah SWT. 
Allah yang menciptakan....
Allah yang memelihara....
Allah yang memberi rizki....
Allah menciptakan suasana dan keadaan....
Allah menciptakan sesuatu dengan kudrat dan iradat Nya tanpa bantuan makhluk. 
Segala yang nampak ataupun yang tidak nampak berasal dari khazanah Allah. 
Untuk kejayaan, kebahagiaan, kemuliaan, dan keselamatan umat manusia Allah telah menghantarkan Agama Islam yang sempurna. 
Agama adalah seluruh perintah Allah ikut sunnah Rasulullah saw. 
Ketiadaan dan kekurangan dalam amal agama akan menyebabkan kerugian, penderitaan, kegagalan, dan kehinaan baik di dunia maupun di akhirat yang kekal abadi selama-lamanya. Agama penting namun usaha atas agama jauh lebih penting. 
Agama lebih penting dari tanah, air, api, dan udara. 
Bagaimana agama dapat wujud dalam diri kita dan seluruh umat serta dapat tersebar ke seluruh alam sampai hari kiamat? 
Jawabnya : Hanya ada satu cara, yaitu dengan usaha dan cara Rasulullah saw, tidak dapat dengan cara lain. 
Sebagaimana kita melihat hanya dengan mata, mendengar dengan telinga, berbicara dengan mulut, berjalan dengan kaki, dan sebagainya. 
Rasulullah saw adalah penutup para Nabi. 
Allah SWT tidak akan menurunkan Nabi lagi, tetapi tugas kenabian harus tetap berlanjut sampai hari kiamat. 
Siapakah yang akan meneruskan Usaha Kenabian? Maka Allah telah memilih dan menerima umat ini bertanggungjawab untuk meneruskan Usaha Kenabian. 
Apakah Usaha Rasulullah saw itu? Usaha Rasulullah saw adalah kumpulan dari beberapa usaha amal, yaitu : Usaha Dakwah ila Allah Usaha menghidupkan Taklim wa Ta’allum Usaha Dzikir Ibadah dan menambah kekuatan Doa Usaha Khidmat (bergaul sesama makhluk dengan akhlak Rasulullah saw. 
Sebagai contoh usaha pertanian ialah kumpulan dari beberapa hal yaitu harus ada sawah, air, benih, alat, dan petani. 
Apabila salah satu unsur tadi tidak ada maka usaha pertanian tidak dapat berjalan. Demikian juga dengan Usaha Rasulullah saw, apabila salah satu amalan tidak dapat dihidupkan maka Usaha Rasulullah tidak dapat berjalan. Usaha Rasulullah saw dapat dijalankan dengan 5 amal Maqami, yaitu : Musyawarah Harian 2,5 jam silaturrahmi Taklim di Masjid dan Taklim di Rumah Jaulah di masjid sendiri dan jaulah di masjid tetangga Keluar 3 hari tiap bulan Agar Usaha dan amalan tersebut dapat terwujud harus dijalankan dengan 6 sifat dalam diri kita, yaitu : Iman yang benar kepada Allah SWT Cara Rasulullah saw Mengetahui nilai amal Tawajuh kepada Allah Ikhlash Mujahadah Nafsu Untuk menjalankan Usaha Rasulullah harus dikerjakan dengan berjamaah, karena Nusratullah bersama dengan jemaah. 
Apakah jemaah itu ? Jemaah adalah berkumpulnya ahlul haq dalam suatu tempat yang memiliki syarat-syarat tertentu yaitu : Fikir yang sama sebagaimana fikir Rasulullah saw Maksud dan tujuan yang sama Semangat dan gerak yang sama Pembicaraan yang sama dalam perkara yang sama Kefahaman agama yang sama atas perkara yang sama Satu hati dan kasih sayang Apabila Usaha, Amalan, Sifat, dan Syarat-Syarat tersebut dapat wujud pada diri seseorang, satu jemaah, rumah, tempat usaha, masjid dan kampungselama 24 jam, maka : Allah akan jadikan asbab turunnya hidayah bagi semua umat di seluruh alam sampai hari kiamat. 
Allah akan menjaga rumah, tempat usaha, masjid, dan kampung kita sebagaimana Allah menjaga baitullah dari serangan tentara Abrahah. Allah menjaga keluarga dan keturunan kita sebagaimana Allah menjaga keturunan Nabi Ibrahim Allah akan memberikan keberkahan rizki dan rizki yang tidak disangka-sangka Allah akan tegakkan yang haq dan hancurkan yang bathil Allah akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang adil. Allah akan jaga diri kita dari fitnah dunia dan fitnah dajjal. 
Agama penting namun usaha atas agama jauh lebih penting. Bagaimana menjadikan agama dan usaha atas agama menjadi maksud dan tujuan hidup kita. Pentingnya usaha dan cara tersebut di atas, maka setiap orang apapun profesinya dan strata sosialnya perlu untuk mempelajarinya. Untuk memahami usaha dan cara tersebut diperlukan pengorbanan fikir, waktu, diri, dan harta. Kepahaman kita terhadap usaha dan cara tersebut tergantung pada seberapa besar pengorbanan kita. 
Semakin besar pengorbanan kita maka semakin banyak kepahaman yang akan Allah SWT berikan kepada kita. Kepahaman dalam usaha dakwah yaitu bagaimana maksud hidup kita untuk usaha dakwah. Usaha untuk menjadikan : Masjid kita seperti masjid Nabawi dizaman Rasulullah saw Kampung kita seperti Kampung Madinah di zaman Rasulullah saw Rumah kita seperti Rumah shahabat. Untuk tahap awal. 
Usaha dan cara tersebut dengan meluangkan waktu : 2,5 jam setiap hari 3 hari setiap bulan 40 hari setiap tahun 4 bulan seumur hidup MALAM PERTAMA Tuk merenungkan indahnya malam pertama, tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Mauuut...... 
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara Hari itu, mempelai sangat dimanjakan Mandipun…harus dimandikan Seluruh badan kita terbuka Tak ada sehelai benangpun menutupinya, tak ada sedikitpun rasa malu… 
Seluruh badan digosok dan dibersihkan Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan Bahkan lubang – lubang itupun ditutupi kapas putih… Itulah sosok kita… Itulah jasad kita waktu itu Setelah dimandikan…, Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih Kain itu, jarang orang memakainya Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan Wewangian ditaburkan ke baju kita… Bagian kepala, badan, dan kaki diikatkan Tataplah, tataplah, itulah wajah kita Keranda pelaminan langsung disiapkan Pengantin bersanding sendirian… Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita Diiringi langkah gontai seluruh keluarga Serta rasa haru para handai taulan Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah kudus Akad nikahnya bacaan talkin Berwalikan liang lahat Saksi-saksinya nisan-nisan yang tlah tiba terlebih dahulu Siraman air mawar pengantar akhir kerinduan dan akhirnya… 
Tiba masa pengantin Menunggu dan ditinggal sendirian… Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan kita di dunia Di kamar bertilamkan tanah Dan ketika 7 langkah telah pergi… Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat… 
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur Kita tak tahu…dan tak seorangpun yang tahu Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan Padahal nikmat ataukah siksa yang kan kita terima? Kita sungkan sekali meneteskan air mata… Seolah barang berharga yang sangat mahal… 
Dan Dia Kekasih itu, akan menetapkan bagi kita, nikmat atau siksa! 
Tentunya kita berharap menjadi ahli syurga… 
Tapi... tapi, sudah pantaskah sikap kita selama ini? Untuk disebut sebagai ahli syurga ??? Akhii/Ukhtii… mohon maaf…jika malam itu aku tak menemanimu 
Bukan aku tak setia Bukan aku berkhianat Tapi itulah ketetapan-Nya tentang hidup dan kehidupan kita Tapi percayalah, insyaAllah... aku akan mendo’akan kalian selalu… Karena aku sungguh menyayangimu… 
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga Aku berdo’a… semoga kau senantiasa mendapatkan ridlo-Nya, Amien... Akhii/Ukhtii…, jika ini adalah bacaan terakhirmu Jika ini adalah renungan peringatan dari Kekasihmu Ambillah hikmahnya! 
Tapi jika ini adalah salahku, maafkan aku Terlebih jika aku harus mendahuluimu Ikhlaskan dan maafkan seluruh khilafku......... 
Nabi saw bersabda, "Agama itu adalah nasehat." Kami bertanya, "Untuk siapa ya Rasulullah?" Rasulullah saw bersabda, "Bagi Allah, Kitab-Nya, Rbasul-Nya, Imam-imam Muslimin dan bagi Muslimin umumnya." (Muslim)
Wallahua'lam bishowab

KATANYA IMAM Al-GHOZALI SESAT !!!!

KATANYA IMAM AL-GHOZALI SESAT !!!

Di kalangan orang-orang anti tasawuf, Imam Al-Gozali sang penulis buku monumental “Ihya’ Ulumuddin” dituduh sebagai seorang tokoh sesat, karena Imam Al-Gozali ini merupakan ikon tasafuf. Ini memang masalah, khususnya tentu bagi para penuduh itu sendiri. Sedangkan bagi Imam Al-Gozali kedudukannya di tengah ummat Islam tetap tinggi, tidak terpengaruh jadi rendah akibat tuduhan itu. Sedangkan bagi kita para pengikut ajaran Ahlussunnah Wal-Jama’ah tahu bahwa Imam Al-Gozali telah difitnah, sebagaimana Imam Bukhari juga pernah difitnah? Tahukah Anda bahwa Imam Al-Gozali seorang tokoh yang dituduh sesat itu ternyata hapal 300 000 hadits, maka karena itu beliau digelari Hujatul Islam? (Pengantar)

Dan di dalam ilmu hadits kita mengenal derajat ahli hadits yang diantaranya di sebut Al Hafidh, Hujjatul Islam, Al Hakim. Dan kita perlu menjabarkan sebagaimana diperjelas oleh Al Imam Ibn Hajar Asqalani di dalam kitabnya Nukhfathul Fiikar bi Syarah Nukhfathul Fiikar beliau menjelaskan bahwa derajat para pakar hadits terendah adalah Al Hafidh.

Al Hafidh adalah orang yang telah menghafal 100.000 hadits beserta sanad dan hukum matannya. Mereka yang sudah hafal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya maka mereka sudah mencapai gelar Al Hafidh. Al Hafidh di dalam ilmu hadits bukan seorang yang hafal alqur’an, kalau Al Hafidh di dalam ilmu hadits adalah yang hafal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya. Padahal kalau haditnya panjangnya 1 baris, kalau disertakan dengan sanad dan hukum matannya bisa menjadi 2 halaman panjangnya. Mereka inilah orang – orang jenius yang dipilih oleh Allah Swt untuk menjaga syariatul muthaharoh (syariah yang suci) sebagaimana mereka – mereka itu tidak bisa percaya kalau ada jutaan hadits atau jutaan kalimat masuk ke dalam microchip yang kecil seperti ujung ibu jari maka di masa sekarang kita sulit percaya pada orang yang hafal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya.

Akan tetapi Allah Swt menjaga syariah ini dengan keberadaan mereka dan jumlah mereka bukan hanya satu atau dua tapi ribuan para huffadh dimasa itu, masa kejayaan para tabi’in, para tabiut tabi’in dan orang sesudahnya. Dan kita mengenal 7 nama dari periwayat hadits terbesar, karena para muhaddits itu banyak orangnya, banyak ahli hadits yang mengumpulkan hadits dan mencatatnya tapi diantaranya terdapat 7 Imam Besar yang terkuat riwayatnya diantara lainnya, yaitu Al Imam Ahmad bin Hambal, Al Imam Nasa’i, Al Imam Tirmidzi, Al Imam Ibn Majah, Al Imam Abi Dawud, Al Imam Muslim dan Al Imam Bukhari.

Ketujuh imam ini lebih kuat riwayatnya daripada yang lainnya. Yang lainnya masih banyak, ada Imam Daruquthni, Imam Hakim dan lainnya. Yang ketujuh ini diklasifikasikan lagi yaitu menjadi “Imam Kutubussithah” yaitu 6 Imam Besar yang tadi disebutkan terkecuali Imam Ahmad bin Hambal.

Imam Ahmad bin Hambal peringkat yang nomor 7 dan yang terakhir. Ia pun tidak termasuk dalam klasifikasi 6 imam besar. Yang terbawah Imam Ahmad bin Hambal dari 7 periwayat hadits terbesar, beliau ini hafal 1 juta hadits beserta sanad dan hukum matannya.

Dan Imam Ahmad bin Hambal terkenal dengan gelar “Sayyidul Huffadh”, salah seorang dari yang paling banyak hafalan haditsnya. Ini derajat yang ketujuh, bagaimana dengan imam – imam besar yang diatas beliau.

Dan Imam Ahmad bin Hambal ini adalah murid Imam Syafi’I,jika masa sekarang muncul orang yang menghina, meremehkan fatwa Imam Syafi’i, semata karena ia tidak mengerti siapa Imam Syafi’i. Imam Syafi’i mempunyai murid yang banyak diantaranya Imam Ahmad bin Hambal dan beliau hafal satu juta hadits beserta sanad dan hukum matannya.

Ketika salah seorang datang kepada Imam Ahmad bin Hambal bahwa ia ingin menjadi muridnya, Imam Ahmad bin Hambal memberikan satu tumpukan hadits seraya berkata :

“ini ada 10.000 hadits, kau hafalkan dulu kalau sudah hafal baru bisa jadi muridku”.

Demikian syaratnya menjadi murid seorang imam besar, seorang muhaddits besar dan orang semacam Imam Ahmad bin Hambal tidak akan menerima seorang murid terkecuali ia telah menghafal lebih dari 10.000 hadits.

Maka orang tersebut menghafal hadits – hadits tersebut, ketika ia lulus dan mampu ia datang kepada Imam Ahmad bin Hambal seraya berkata “aku sudah hafal wahai imam, 10.000 hadits yang kau berikan”. Imam Ahmad bin Hambal berkata, “itu 10.000 hadits adalah hadits palsu, bukan hadits yang shahih, bukan pula hadits hasan bukan pula hadits dhaif derajatnya tapi terkecuali itu adalah hadits palsu”. Maka berkata muridnya “wahai imam, kau beri aku 10.000 hadits palsu?”, dan Imam Ahmad menjawab “itu untuk memperkuat hafalanmu”

Demikian cara mereka menjaga ilmu hadits, kenapa? Jika kau menghafal hadits shahih dan salah, kau akan menipu umat hingga akhir zaman. Oleh sebab itu diberi hadits palsu, kalau salah tidak berdosa, tidak menipu umat. Jika kuat hafalannya baru diberikan hadits – hadits shahih dan dimasa itu hadits tidak ditulis tapi dihafal. Berbeda dengan masa sekarang, di masa itu sangat sedikit sekali hadits yang ditulis, semacam Imam Ahmad bin Hambal yang hafal 1 juta hadits beserta sanad dan hukum matannya dan beliau hanya sempat menuliskan 20.000 hadits saja di dalam Musnadnya. Dan 980.000 hadits itu sirna dengan wafatnya beliau dan wafatnya murid – muridnya. Ada yang terjaga pada murid – muridnya jika murid – muridnya tiada menulisnya maka akan sirna. 980.000 hadits dari sanubari Imam Ahmad bin Hambal (hanya 20.000 hadits yg tertulis).

Inilah derajat yang ketujuh, diatasnya ada lagi derajat klasifikasi 6 imam besar. Dari 6 imam besar ini diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu “Shaikhain yakni Imam Bukhari dan Imam Muslim”. Dan sisanya yang 4 adalah imam lainnya yaitu Imam Nasa’i, Imam Tirmidzi, Imam Abi Dawud dan Imam Ibn Majah. emat Imam besar ini dikalahkan oleh mereka tertinggi yaitu Imam Muslim dan Imam Bukhari. Dan daripada yang tertinggi dari 7 periwayat hadits adalah Imam Bukhari dan kedua adalah Imam Muslim.

Oleh sebab itu Imam Bukhari paling dipegang riwayat haditsnya, kalau sudah diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak ada lagi ahli hadits yang mempermasalahkannya. Hadits riwayat Imam Muslim masih banyak dipermasalahkan kalau Imam Bukhari tidak ada lagi yang mempermasalahkannya.

Beliau adalah seorang pemuda jenius, beliau itu bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari, beliau adalah seorang yang sangat mencintai Sayyidina Muhammad Saw.

Imam Bukhari di dalam tadzkhiratul huffadh dan siyar a’lamunnubala dijelaskan saat usianya 17 tahun beliau sudah hafal 200.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya. Di usia 17 tahun, seorang yang sangat jenius yaitu Imam Bukhari sehingga imam – imam lainnya di masa itu melihat bocah kecil ini sudah hafal puluhan ribu bahkan ratusan ribu hadits, mengungguli mereka, diantara (yg mengaguminya) adalah Imam Muhammad bin Salam, salah seorang senior ahli hadits di masa itu, ia berkata “Aku kalau meriwayatkan hadits tidak pernah gemetar kecuali jika ada bocah ini yaitu Imam Bukhari, kalau ia ada disini aku gemetar karena ia lebih tinggi hafalannya dari aku”. Demikianlah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari.

Derajat yang kedua adalah Imam Muslim. Al Imam Muslim suatu waktu mendapatkan permasalahan dalam hadits dan ia tidak mampu menjawabnya. Mencari jawaban tidak jumpa dan tidak ketemu akhirnya ia mendatangi Imam Bukhari dan ketika ia menyampaikan permasalah haditsnya maka Imam Bukhari menjawabnya seperti membaca surat al ikhlas,dengan gampangnya dan mudahnya Imam Bukahri menjawab, demikian diriwayatkan di dalam tadzkiratul huffadh. Maka berkata Imam Muslim “ijinkan aku mencium kedua kakimu wahai raja ahli hadits”

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari. Beliau lahir tahun 194 H, jauh setelah lahirnya Imam Syafi’i, setelah Imam Syafi’i jadi Imam baru lahir Imam Bukhari. Oleh sebab itu bukan levelnya kalau Imam Bukhari dibandingkan dengan Imam Syafi’i, karena jauh sebelum Imam Bukhari, Imam Syafi’i sudah jadi imam besar dan Imam Bukhari baru lahir ke muka bumi. Akan tetapi Imam Bukhari adalah orang tertinggi yang diakui ilmunya di dalam hadits.

Imam Bukhari adalah orang yang sangat mencintai Rasul Saw seraya menulis Shahih Bukhari sebanyak kurang lebih 7000 hadits, yang beliau tulis diantara makamnya Rasulullah Saw dan mimbarnya Rasulullah Saw di Masjid Nabawiy. Beliau berwudhu lalu shalat sunnah 2 rakaat kemudian menulis 1 hadits, dan kembali berwudhu lalu shalat sunnah 2 rakaat dan kembali menulis hadits sampai mencapai lebih dari 7000 hadits yang sampai saat ini dikenal dengan “Shahih Bukhari”. Dan inilah Asshahhul Kitab, kitab yang paling shahih dari semua hadits – hadits yang shahih.

Ketika Imam Bukhari ditimpa banyak fitnah maka para murid – muridnya berkata, “wahai imam, kenapa tidak kau jawab dengan fatwa – fatwamu, mereka – mereka yang memfitnahmu?”. Imam Bukhari menjawab “aku teringat hadits Rasul Saw, akan kalian lihat hal – hal yang tidak kalian sukai daripada fitnah dan permasalahan kelak dan bersabarlah kalian sampai kalian berjumpa dengan aku di telaga haudku”. Jika aku mendengar dan teringat hadits ini aku tenang dan tidak perduli dengan fitnah yang datang menimpaku.

Demikian Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari dan juga imam – imam besar lainnya, mereka para pecinta Rasulullah Saw dan sangat memuliakan Rasul Saw, sebagaimana Imam Ahmad bin Hambal diriwayatkan di dalam tadzkiratul huffadh dan siyar a’lamunnubala, jika Imam Ahmad bin Hambal ini wafat maka jenazahnya dishalatkan lebih dari 800.000 muslimin – muslimat dan belia (Imam Ahmad) pun berwasiat pada putranya, jika aku wafat aku menyimpan 3 helai rambutnya Rasulullah Saw, maka 1 helai rambut taruh dibibirku, yang 2 helai taruh di kedua mataku dan makamkan aku dengan itu.

Demikian cintanya Imam Ahmad bin Hambal sehingga ia tidak ingin dikebumikan kecuali dengan terus mencium rambutnya Rasulullah Saw. Demikianlah Mahabbah, demikianlah cinta sang Imam kepada Nabi Muhammad Saw.

Demikian pula Imam Syafi’i, Imam Malik bin Anas bin Malik, seorang yang sangat mencintai Rasul Saw. Imam Malik ini kalau ditanya, maka ia berkata “kau mau tanya soal hadits atau soal hukum. Kalau bicara hukum, aku jawab. Kalau Tanya soal hadits, tunggu dulu”. Jika orang bertanya hadits, beliau berwudhu, setelah berwudhu lalu memakai minyak wangi, memakai siwaknya, memakai sipat matanya lantas memakai jubahnya baru berkata “Qaala Rasulullah Saw”. Demikian Imam Malik bin Anas bin Malik Alaihi Rahmatullah, beliau adalah seorang imam di Madinah Al Munawarrah dan menjadi pemimpin para ahli hadits di zamannya seraya menulis kitab hadits yang dinamakan : Almuwatta’, (yg menginjak). Kenapa kitab haditnya ini dinamakan kitab yang menginjak? Karena menundukkan seluruh kitab hadits di masanya, demikian Imam Malik bin Anas bin Malik.

Al Imam Ibn Hajar mengklasifikasikan bahwa derajat ahli hadits yang pertama Al Hafidh yaitu yang hafal 100.000 hadits beserta sanad dan hukum matannya dan diatasnya terdapat lagi Hujjatul Islam yaitu yang hafal lebih dari 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Maka kita mengenal Hujjatul Islam Al Imam Ghazali, beliau ini telah sampai derajat haditsnya melebihi 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Jika orang di masa sekarang meremehkan fatwa Imam Ghazali, hati – hati beliau itu hafal lebih dari 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Demikian juga Hujjatul Islam Al Imam Nawawi dan masih banyak lagi para perawi hadits dan para muhadditsin dari masa ke masa. Tinggallah kita di masa kini yang mesti harus terus membangun generasi para ulama.

Allah Swt terus memuliakan umat ini dari zaman ke zaman, walaupun mereka sudah semakin hari semakin kekurangan ilmu tapi mereka masih mempunyai sanad, mereka masih mempunyai pertalian guru, mereka berguru pada gurunya, gurunya berguru pada gurunya sampai kepada ahli hadits sampai kepada Rasulullah Saw.

hingga masa kini sangat berharga kita mencari guru yang mempunyai sanad, yang mempunyai hubungan pertalian dengan guru – guru para ahli hadits, para ahli alqur’an, para ahli fiqh dan para ahli syariatul muthaharoh sehingga ilmu kita jelas mengikuti guru yang mempunyai guru yang jelas sanadnya. Berbeda dengan orang yang sembarang m engambil guru, tidak mengetahui gurunya hanya mempunyai buku dan setelah itu fatwanya hanyalah terikat pada huruf – huruf di bukunya. Ketika dimintai pertanggungjawaban di yaumal qiyamah, ia tidak bisa membawa pertanggungjawabnnya karena sanadnya bersambung kepada hal yang terputus.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah Swt ini, kita telah mendengar bagaimana Rasul Saw memberi semangat kepada kita untuk membangkitkan kembali generasi ulama, membangkitkan kembali generasi sunnah Nabi kita Muhammad Saw.

Oleh sebab itu mari kita benahi umat, kita benahi diri kita kalau seandainya kita sibuk dengan pekerjaan, niatkan keturunan kita kelak menjadi ulama, menjadi pewaris para Nabi, menjadi pejuang syariatul muthaharoh.

Wallohu A’lam
sumber:

http://www.facebook.com/pages/Sajadah-Panjang-Petuah-Kehidupan/287539991353715

28/08/12

UTSMAN BIN MAZH’UN - MENGABAIKAN KESENANGAN HIDUP DUNIAWI

  UTSMAN BIN MAZH'UN

      MENGABAIKAN KESENANGAN HIDUP DUNIAWI

(Kisah Sahabat ke-18)

Seandainya anda hendak bermaksud menyusun daftar nama shahabat Rasulullah saw. menurut urutan masa masuknya ke dalam Agama Islam, maka pada urutan keempat belas tentulah da akan tempatkan Utsman bin Mazh’un ….
Anda ketahui pula bahwa Utsman bin Mazh’un ini seorang muhajirin yang mula pertama wafat di Madinah, sebagaimana ia adalah orang Islam pertama yang dimakamkan di Baqi’ .. .
Dan akhirnva ketahuilah bahwa shahabat mulia yang sedang anda tela’ah riwayat hidupnya sekarang ini, adalah seorang suci yang agung tapi bukan dari kalangan yang suka memencil­an diri, ia seorang suci yang terjun di arena kehidupan …. ! dan kesuciannya itu berupa amal yang tidak henti-hentinya dalam menempuh jalan kebenaran, serta ketekunannya yang pantang menyerah dalam mencapai kemashlahatan dan ke­baikan
Tatkala Agama Islam cahayanya mulai menyinar dari kalbu Rasulullah saw. dan dari ucapan-ucapan yang disampaikannya di beberapa majlis, baik secara diam-diam maupun terang-terang­, maka Utsman bin Mazh’un adalah salah seorang dari bebe­rapa gelintir manusia yang segera menerima panggilan Ilahi dan menggabungkan diri ke dalam kelompok pengikut Rasul­ullah . . . . Dan ia ditempa oleh berbagai derita dan siksa, sebagai­mana dialami oleh orang-orang Mu’min lainnya, dari golongan berhati tabah dan shabar . .  .
Ketika Rasulullah saw. mengutamakan keselamatan golongan kecil dari orang-orang beriman dan teraniaya ini, dengan jalan menyuruh mereka berhijrah ke Habsyi, dan beliau siap meng­hadapi bahaya seorang diri, maka Utsman bin Mazh’un terpilih sebagai pemimpin rombongan pertama dari muhajirin ini. Dengan membawa puteranya yang bernama Saib, dihadapkannya muka dan dilangkahkannya kaki ke suatu negeri yang jauh, meng­hindar dari tiap daya musuh Allah Abu Jahal, dan kebuasan orang Quraisy serta kekejaman siksa mereka ….
Dan sebagaimana muhajirin ke Habsyi lainnya pada kedua -hijrah tersebut, yakni yang pertama dan yang kedua, maka tekad dan kemauan Utsman untuk berpegang teguh pada Agama Islam kian bertambah besar.
Memang, kedua hijrah ke Habsyi itu telah menampilkan corak perjuangan tersendiri yang mantap dalam sejarah ummat Islam. Orang-orang yang beriman dan mengakui kebenaran Rasulullah saw. serta mengikuti Nur Ilahi yang diturunkan kepada beliau, telah merasa muak terhadap pemujaan berhala dengan segala kesesatan dan kebodohannya. Dalam diri mereka masing-masing telah tertanam fitrah yang benar yang tidak bersedia lagi menyembah patung-patung yang dipahat dari batu atau dibentuk dari tanah liat.
Dan ketika mereka berada di Habsyi, di sana mereka meng­hadapi suatu agama yang teratur dan tersebar luas, mempunyai gereja-gereja, rahib-rahib serta pendeta-pendeta. Serta agama itu jauh dari agama berhala yang telah mereka kenal di negeri mereka, begitu juga cara penyembahan patung-patung dengan bentuknya yang tidak asing lagi serta dengan upacara-upacara ibadat yang biasa mereka saksikan di kampung halaman mereka. Dan tentulah pula orang-orang gereja di negeri Habsyi itu telah , berusaha sekuat daya untuk menarik orang-orang muhajirin ke dalam agama mereka, dan meyakinkan kebenaran agama Masehi.
Tetapi semua yang kita sebutkan tadi mendorong Kaum Muhajirin berketetapan hati dan tidak beranjak dari kecintaan mereka yang mendalam terhadap Islam dan terhadap Muhammad ,Rasulullah saw     Dengan hati rindu dan gelisah mereka menunggu suatu saat yang telah dekat, untuk dapat pulang ke kampung halaman tercinta, untuk ber’ibadat kepada Allah yang Maha Esa dan berdiri di belakang Nabi Besar, baik dalam mesjid
di waktu damai, maupun di medan tempur di saat memper­tahankan diri dari ancaman kaum musyrikin ….
Demikianlah Kaum Muhajirin tinggal di Habsyi dalam ke­adaan aman dan tenteram, termasuk di antaranya Utsman bin Mazh’un yang dalam perantauannya itu tidak dapat melupakan rencana-rencana jahat saudara sepupunya Umayah bin Khalaf an bencana siksa yang ditimpakan atas dirinya.
Maka dihiburlah dirinya dengan menggubah sya’ir yang berisikan sindiran dan peringatan terhadap saudaranya itu, katanya: . .
“Kamu melengkapi panah dengan bulu-bulunya Kamu runcing ia setajam-tajamnya
Kamu perangi orang-orang yang suci lagi mulia

Kamu celakan orang-orang yang berwibawa

Ingatlah nanti saat bahaya datang menimpa

Perbuatanmu akan mendapat balasan dari rakyat jelata
Dan tatkala orang-orang muhajirin di tempat mereka hijrah itu beribadat kepada Allah dengan tekun serta mempelajari ayat-ayat al-Quran yang ada pada mereka, dan walaupun dalam perantauan tapi memiliki jiwa yang hidup dan bergejolak . . . , tiba-tiba sampailah berita kepada mereka bahwa orang-orang Quraisy telah menganut Islam, dan mengikuti Rasulullah ber­sujud kepada Allah
Maka bangkitlah orang-orang muhajirin mengemasi barang­-barang mereka, dan bagaikan terbang mereka berangkat ke Mekah, dibawa oleh kerinduan dan didorong cinta pada kampung halaman. . Tetapi baru Saja mereka sampai di dekat kota, ter­nyatalah berita tentang masuk Islamnya orang-orang Quraisy itu hanyalah dusta belaka. Ketika itu mereka merasa amat terpukul karena telah berlaku ceroboh dan tergesa-gesa. Tetapi betapa mereka akan kembali, padahal kota Mekah telah berada di hadapan mereka … ?
Dalam pada itu orang-orang musyrik di kota Mekah telah mendengar datangnya buronan yang telah lama mereka kejar­-kejar dan pasang perangkap untuk menangkapnya. Dan sekarang . . . datanglah sudah saat mereka, dan nasib telah membawa mereka ke tempat ini           I
Perlindungan, ketika itu merupakan suatu tradisi di antara tradisi-tradisi Arab yang memiliki kekudusan dan dihormati. Sekiranya ada seorang yang lemah yang beruntung masuk dalam perlindungan salah seorang pemuka Quraisy, maka ia akan berada dalam suatu pertahanan yang kokoh, hingga darahnya tak boleh ditumpahkan dan keamanan dirinya dan perlu di­khawatirkan.
Sebenarnya orang-orang yang mencari perlindungan itu tidaklah sama kemampuan mereka untuk mendapatkannya. Itulah sebabnya hanya sebagian kecil saja yang berhasil, ter­masuk di antaranya Utsman bin Mazh’un yang berada dalam perlindungan Walid bin Mughirah. Ia masuk ke dalam kota Mekah dalam keadaan aman dan tenteram, dan menyeberangi jalan serta gang-gangnya, menghadiri tempat-tempat pertemuan tanpa khawatir akan kedhaliman dan marabahaya
Tetapi Ibnu Mazh’un, laki-laki yang ditempa al-Quran dan dididik oleh Muhammad saw. ini memperhatikan keadaan se­kelilingnya. Dilihatnya saudara-saudara sesama Muslimin, yakni golongan faqir miskin dan orang-orang yang tidak berdaya, tiada mendapatkan perlindungan dan tidak mendapatkan orang yang sedia melindungi mereka ….
Dilihatnya mereka diterkam bahaya dari segala jurusan, dikejar kedhaliman dari setiap jalan. Sementara ia sendiri aman tenteram, terhindar dari gangguan bangsanya. Maka ruhnya yang biasa bebas itu berontak, dan perasaannya yang mulai bergejolak, dan menyesallah is atas tindakan yang telah di­ambilnya.
Utsman keluar dari rumahnya dengan niat yang bulat dan tekad yang pasti hendak menanggalkan perlindungan yang dipikul Walid. Selama itu perlindungan tersebut telah menjadi penghalang baginya untuk dapat meni’mati derita di jalan Allah dan kehormatan senasib sepenanggungan bersama saudaranya  Kaum Muslimin merupakan tunas-tunas dunia beriman dan generasi alam baru yang esok pagi akan ter­pancar cahaya ke seluruh penjuru, cahaya keimanan dan ke­tauhidan ….
Maka marilah kita dengar cerita dari saksi mata yang melukiskan bagi kita peristiwa yang telah terjadi, katanya:
“Ketika Utsman bin Mazh’un menyaksikan penderitaan yang dialami oleh para shahabat Rasulullah saw., sementara ia sendiri pulang pergi dengan aman dan tenteram disebabkan perlindungan Walid bin Mughirah, katanya: ‘Demi Allah, sesungguhnya mondar-mandirku dalam keadaan aman di­sebabkan perlindungan seorang tokoh golongan musyrik, sedang teman-teman sejawat dan kawan-kawan seagama menderita adzab dan siksa yang tidak kualami, merupakan suatu kerugian besar bagiku …. !
Lalu ia pergi mendapatkan Walid bin Mughirah, katanya: ‘Wahai Abu Abdi Syams, cukuplah sudah perlindungan anda, dan sekarang ini saya melepaskan diri dari perlindungan anda. . .
“ kenapa wahai keponakanku  . . . ?” ujar walid , mungkin ada salah seorang anak buahku  mengganggu mu . . . ?”
“Tidak’, ujar Utsman, ‘hanya saya ingin berlindung kepada Allah, dan tak suka lagi kepada lain-Nya … !’ Karenanya pergilah anda, ke mesjid serta umumkanlah maksudku ini secara terbuka seperti anda, dahulu mengumumkan per­lindungan terhadap diriku!’
Lalu pergilah mereka berdua ke mesjid, maka kata Walid: ‘Utsman ini datang untuk mengembalikan kepadaku jaminan perlindungan terhadap dirinya”.
Ulas Utsman: “Betullah kiranya apa yang dikatakan itu . . ternyata ia seorang yang memegang teguh janjinya . “ hanya keinginan saya agar tidak lagi mencari perlindungan kecuali kepada Allah Ta’ala
Setelah itu Utsman pun berlalulah, sedang di salah satu gedung pertemuan kaum Quraisy, Lubaid bin Rabi’ah menggubah sebuah sya’ir dan melagukannya di hadapan mereka,. hingga Utsman jadi tertarik karenanya dan ikut duduk bersama mereka. Kata Lubaid:
“Ingatlah bahwa apa juga yang terdapat di bawah kolong ini selain daripada Allah adalah hampa!”
“Benar ucapan anda itu”, kata Utsman menanggapinya. Kata Lubaid lagi:
“Dan semua kesenangan, tak dapat tiada lenyap dan sirna!” “Itu dusta!”, kata Utsman, “karena kesenangan surga takkan lenyap . . .”.
Kata Lubaid: “Hai orang-orang Quraisy! Demi Allah, tak pernah aku sebagai teman duduk kalian disakiti orang selama ini. Bagai­mana sikap kalian kalau ini terjadi?”
Maka berkatalah salah seorang di antara mereka: “Si tolol ini telah meninggalkan agama kita . . . ! Jadi tak usah digubris apa ucapannya!”
Utsman membalas ucapannya itu hingga di antara mereka tejadi pertengkaran. Orang itu tiba-tiba bangkit mendekati Utsman lalu meninjunya hingga tepat mengenai matanya, sementara Walid bin Mughirah masih berada di dekat itu dan menyaksikan apa yang terjadi.
Maka katanya kepada Utsman: “Wahai ke­ponakanku, jika matamu kebal terhadap bahaya yang menimpa, maka sungguh, benteng perlindunganmu amat tangguh … !”
Ujar Utsman: “Tidak, bahkan mataku yang sehat ini amat membutuhkan pula pukulan yang telah dialami saudaranya di jalan Allah . . . ! Dan sungguh wahai Abu Abdi Syamas, saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu I”
“Ayohlah Utsman”, kata Walid pula, “jika kamu ingin, kem­balilah masuk ke dalam perlindunganku … !”
“Terima kasih . . .!” ujar Ibnu Mazh’un menolak tawaran itu.
Ibnu Mazh’un meninggalkan tempat itu, tempat terjadinya .peristiwa tersebut dengan mata yang pedih dan kesakitan, tetapi jiwanya yang besar memancarkan keteguhan hati dan kese­jahteraan serta penuh harapan
Di tengah jalan menuju rumahnya dengan gembira ia men­dendangkan pantun ini:
“Andaikata dalam mencapai ridla Ilahi
Mataku ditinju tangan jahil orang mulhidi
Maka Yang Maha Rahman telah menyediakan imbalannya
Karena siapa yang diridlai-Nya pasti berbahagia
Hai ummat, walau menurut katamu daku ini sesat
daku ‘kan tetap dalam Agama Rasul, Muhammad
Dan tujuanku tiada lain hanyalah Allah dan Agama yang haq
Walaupun lawan berbuat aniaya dan semena-mena”.
Demikian Utsman bin Mazh’un memberikan contoh dan teladan utama yang memang layak dan sewajarnya.. . . . Dan demikianlah pula lembaran kehidupan ini menyaksikan suatu pribadi utama yang telah menyemarakkan wujud ini dengan harum semerbak disebabkan pendiriannya yang luar biasa dan kata-kata bersayapnya yang abadi dan mempesona:
“Demi Allah, sesungguhnya sebelah mataku yang sehat ini amat membutuhkan pukulan yang telah dialami saudara­nya di jalan Allah . . . ! Dan sungguh, saat ini saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu … !”
Dan setelah dikembalikannya perlindungan. kepada Walid, Maka Utsman menemui siksaan dari orang-orang Quraisy. Tetapi dengan itu ia tidak merana, sebaliknya bahagia, sungguh-sungguh bahagia … !
Siksaan itu tak ubahnya bagai api yang menyebabkan keimanannya menjadi matang dan bertambah murni ….
Demikianlah, ia maju ke depan bersama saudara-saudara yang beriman, tidak gentar oleh ancaman, dan tidak mundur oleh bahaya … !
Utsman melakukan hijrah pula ke Madinah, hingga tidak diusik lagi oleh Abu Lahab, Umayah, ‘Utbah atau oleh gembong­-gembong lainnya yang telah sekian lama menyebabkan mereka tak dapat menidurkan mata di malam hari, dan bergerak bebas di siang hari.
la berangkat ke Madinah bersama rombongan shahabat­-shahabat utama yang dengan keteguhan dan ketabahan hati mereka telah lulus dalam ujian yang telah mencapai puncak kesulitan dan kesukarannya, dan dari pintu gerbang yang luas dari kota itu nanti mereka akan melanjutkan pengembaraan ke seluruh pelosok bumi, membawa dan mengibarkan panji­-panji Ilahi, serta menyampaikan berita gembira dengan kalimat­-kalimat dan ayat-ayat petunjuk-Nya ….
Dan di kota hijrah Madinah. al-Munawwarah itu tersingkap­lah kepribadian yang sebenarnya dari Utsman bin Mazh’un, tak ubah bagai batu permata yang telah diasah, dan ternyatalah kebesaran jiwanya yang istimewa. Kiranya ia seorang ahli ibadah, seorang zahid, yang mengkhususkan diri dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada illahi .
Dan ternyata bahwa ia adalah orang suci dan mulia lagi bijaksana, yang tidak mengurung diri untuk tidak menjauhi kehidupan duniawi, tetapi orang suci luar biasa yang mengisi kehidupannya dengan amal dan karya serta jihad dan berjuang di jalan Allah ….
Memang, ia adalah seorang rahib di larut malam, dan orang berkuda di waktu siang, bahkan ia adalah seorang rahib baik di waktu siang maupun di waktu malam, dan di samping itu sekaligus juga orang berkuda yang berjuang siang dan malam … !
Dan jika para shahabat Rasulullah saw. apalagi di kala itu, semua berjiwa zuhud dan gemar beribadat, tetapi Ibnu Mazh’un memiliki ciri-ciri khash. Dalam zuhud dan ibadatnya ia amat . tekun dan mencapai puncak tertinggi, hingga corak kehidupannya, baik siang maupun malam dialihkannya menjadi shalat yang terus-menerus dan tasbih yang tiada henti-hentinya.
Rupanya ia setelah merasakan manisnya keasyikan beribadat itu, ia pun bermaksud hendak memutuskan hubungan dengan segala kesenangan dan kemewahan dunia.
Ia tak hendak memakai pakaian kecuali yang kasar, dan tak hendak makan makanan selain yang amat bersahaja.
Pada suatu hari ia masuk masjid, dengan pakaian usang yang telah sobek-sobek yang ditambalnya dengan kulit unta, semen­tara Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para shahabatnya. Hati Rasulullah pun bagaikan disayat melihat itu, begitu juga para shahabat, air mata mereka mengalir karenanya. Maka tanya Rasulullah saw. kepada mereka:
“Bagaimana pendapat kalian, bila kalian punya pakaian satu stel untuk pakaian pagi dan sore hari diganti dengan stelan lainnya. kemudian disiapkan di depan kalian suatu perangkat wallah makanan sebagai ganti perangkat lainnya yang telah diangkat, serta kalian dapat me­nutupi rumah-rumah kediaman kalian sebagaimana Ka’bah bertutup … ?
“Kami ingin hal itu dapat terjadi, wahai Rasulullah ujar mereka, “hingga kita dapat mengalami hidup ma’mur dan bahagia … !”
Maka sabda Rasulullah saw. pula: “Sesungguhnya hal itu telah terjadi . .. ! Keadaan kalian sekarang ini lebih baik dari keadaan kalian waktu lalu …
Tetapi Ibnu Mazh’un yang turut mendengar percakapan itu bertambah tekun menjalani kehidupan yang bersahaja dan menghindari sejauh-jauhnya kesenangan dunia … !
Bahkan sampai-sampai kepada menggauli isterinya ia tak hendak dan menahan diri, seandainya hal itu tidak diketahui oleh Rasulullah saw. yang segera memanggil dan menyampaikan kepadanya:
“Sesungguhnya keluargamu itu mempunyai hak atas dirimu …. I

Ibnu Mazh’un amat disayangi oleh Rasulullah SAW Dan tatkala ruhnya yang suci itu berkemas-kemas hendak berangkat, hingga dengan demikian ia merupakan orang muha­jirin pertama yang wafat di Madinah, dan yang mula-mula merintis jalan menuju surga, maka Rasulullah saw. berada di sisinya.
Rasulullah saw. membungkuk menciumi kening Ibnu Mazh’un serta membasahi kedua pipinya dengan air yang berderai dari kedua mata beliau yang diliputi santun dan duka cita hingga di saat kematiannya. Wajah Utsman tampak bersinar gilang­-gemilang.
Dan bersabdalah Rasulullah saw. melepas shahabatnya yang tercinta itu:
“Semoga Allah memberimu rahmat, wahai Abu Saib Kamu pergi meninggalkan dunia, tak satu keuntungan pun yang kamu peroleh daripadanya, serta tak satu kerugian pun yang dideritanya daripadamu.”
Dan sepeninggal shahabatnya, Rasulullah yang amat pe­nyantun itu tidak pernah melupakannya, selalu ingat dan memujinya. Bahkan untuk melepas puteri beliau Rukayah, Yakni ketika nyawanya hendak melayang, adalah kata-kata berikut:
“Pergilah susul pendahulu kita yang pilihan. Utsman bin Mazh’un … I”