Bulan Ramadhan selalu disambut umat Muslim dengan gembira. Berbagai
kegiatan dan bentuk perayaan disuguhkan untuk menyemarakkan bulan suci
ini. Namun sayangnya, perayaan dan kegembiraan yang ditampilkan umat
muslim umumnya hanya secara lahiriah dan formalitas saja. Tidak banyak
umat muslim yang benar-benar mendapat faidah dan keberkahan dari bulan
yang penuh rahmat dan ampunan ini.
Seperti hadis Rasulullah saw,
“Berapa banyak orang yang berpuasa (tapi) tak memperoleh apa-apa dari
puasanya selain rasa lapar dan dahaga belaka”. (HR Ibnu Majah &
Nasa’i)
Kenapa ini bisa terjadi? Sebab kebanyakan kaum muslimin
tidak berbeda dalam kehidupannya ketika menjalaninya di dalam bulan
Ramadan dengan di luar bulan Ramadan, kecuali hanya perubahan jadwal
makan. Banyak kekeliruan yang dilakukan umat muslim di bulan puasa. Apa
saja kekeliruan itu?
Inilah Kekeliruan yang Sering Dilakukan Umat Muslim Selama Ramadhan:
1. Malas melakukan aktifitas:
Seringnya,
rasa malas melakukan aktivitas menggelayuti selama puasa. Puasa
dijadikan alasan untuk istirahat melakukan aktivitas berat seperti
bekerja, sehingga efeknya manusia tidak lagi produktif dalam melakukan
aktifitasnya. Padahal puasa membuat kita mudah berpikir, mendidik kita
untuk mampu survive, dan memiliki daya tahan kuat. Sejarah mencatat
bahwa kemenangan-kemenangan besar dalam futuhaat (pembebasan wilayah
yang disertai dengan peperangan) yang dilancarkan oleh Rasul dan para
sahabat, terjadi di tengah bulan Ramadan.
Jadi, jangan lagi bermalas-malasan, atau menjadikan puasa sebagai alasan untuk tidak melakukan hal-hal produktif.
2. Puasa tapi tidak sholat fardhu lima waktu:
Diakui
atau tidak, tetapi inilah penyakit yand diderita umat Islam. Banyak
yang mengira puasa saja sudah cukup mengumpulkan pundi-pundi pahala.
Padahal shalat dan puasa termasuk rangkaian kumulatif (rangkaian yang
tak terpisah/satu paket) dari rukun Islam, sehingga konsekwensinya, bila
salah satunya dilalaikan, maka akan berakibat gugurnya predikat
“Muslim” dari dirinya.
Tunggu apa lagi? masih mau dianggap Islam
"KTP" lengkapi ibadahmu dengan melakukan sholat Fardlu saat Ramadan atau
bukan Ramadan.
3. Makan/minum berlebihan saat Sahur dan Buka Puasa:
Kebiasaan
inilah yang menimpa kebanyakan umat Islam yang tak kunjung dewasa dalam
menyikapi puasa Ramadan. Kendati telah melakukan berpuluh-puluh kali
puasa, tetap saja kebiasaan ini sulit diubah. Yang salah adalah
menjadikan berbuka puasa adalah ajang "balas dendam" atas kehausan dan
kelaparan selama 14 jam menahannya.
4. Berpuasa tapi Melakukan Maksiat:
"Yang
penting kan puasanya". Kalimat ini nampaknya perlu digarisbawahi,
karena makna yang penting puasanya, seolah dibatasi antara ibadah
lainnya dan menjadikan ibadah lainnya yang juga wajib menjadi
dibelakangi. Inilah yang memicu kita melakukan maksiat di bulan Ramadan.
Setan memang terbelenggu, tapi setan dalam hati kita yang harus kita
belenggu. Maka dari itu perlu diingat bahwa yang paling penting adalah
kita menjaga hawa nafsu dalam diri kita. Sehingga dengan masa training
selama sebulan ini akan mendidik kita menahan pandangan liar kita,
menahan lisan yang tak jarang lepas kontrol.
5. Tidak malu Membuka Aurat (khusus wanita muslimah):
"Wahai
Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang". (Surah Al Ahzab: 59)
Ayat
tersebut sudah jelas diperintahkan untuk kaum perempuan menutup
auratnya. Semua kembali kepada ketetapan dan kerendahan hati kaum
perempuan dalam melaksanakan kewajibannya.
6. Tidur Terus:
Bagaimana
dengan sebagian kalangan yang berpendapat bahwa tidur di bulan Ramadan
bernilai ibadah. Apakah faktanya demikian? Karena pada akhirnya gurauan
yang timbul di masyarakat adalah jika tidur bernilai ibadah, maka tak
ada salahnya menghabiskan bulan Ramadan dengan tidur.
Perumpamaannya
lebih tepat seperti ini, bahwa daripada melakukan maksiat lebih baik
tidur saja. Rasulullah tetap produktif selama bulan Ramadan. Bahkan,
pasukan Muslim pernah melakukan perang akbar di bulan ini. Rasulullah
juga mengurangi waktu tidurnya yang memang sangat sedikit itu untuk
memperbanyak ibadah.
7. Meninggalkan salat tarawih tanpa udzur/halangan:
Benar
bahwa salat tarawih adalah sunnah tetapi bila dikaji secara lebih
seksama niscaya kita akan dapatkan bahwa berpuasa Ramadan minus salat
tarawih adalah suatu hal yang disayangkan, mengingat amalan sunnah di
bulan ini diganjar sama dengan amalan wajib.
8. Sibuk memikirkan persiapan hari raya:
Ini adalah kekeliruan dari memaknai hari kemenangan atau Idul Fitri oleh kebanyakan umat Islam di Indonesia. Maksud merayakan hari kemenangan bukan berarti harus memiliki baju baru,sepatu baru ataupun istri baru. Makna sebenarnya Idul Fitri adalah memiliki keimanan yang baru karena selama satu bulan penuh kita telah digembleng untuk beribadat kepada Allah SWT. Selama satu bulan kita dilatih untuk dapat menahan hawa nafsu. Satu bulan penuh kita juga dilatih untuk dapat beribadah secara total kepada Allah SWT. Namun alangkah sayangnya bila setelah bulan Ramadhan telah usai, maka keimanan kita tak bertambah sedikitpun. Bahkan keimanan kita sama seperti sebelum datangnya bulan Ramadhan. Ataupun bisa jadi lebih parah lagi dari sebelumnya. Nauzubillahiminzalik. Sungguh merugi orang yang melewati bulan Ramadhan tanpa bertambah sedikitpun Keimanan dan Ketaqwaannya kepada Allah SWT. Ya Allah, berikanlah kami umur yang barokah, agar senantiasa dapat beribadah kepada-Mu. Amin..
Wallahu'alam.
0 comments:
Posting Komentar