HAMZAH BIN ABDUL MUTTHALIB
SINGGA ALLAH DAN PANGLIMA SYUHADA
(Kisah Sahabat ke-11)
Kota Mekah masih mendengkur dalam tidur nyenyaknya, yakni setelah
Siang yang penuh dengan usaha dan kesibukan dengan ibadat dan aneka
permainan.
Orang Quraisy tidur lelap dan membalik-balikkan diri mereka di atas ranjang . . . , tetapi di
sana ada seorang insan yang resah geliaah dan matanya tak hendak
terpejam. Ia cepat masuk kamar tidur dan beriatirahat dalam waktu
singkat, lalu bangkit dengan penuh kerinduan karena rupanya ada janji
dengan Allah. Ia menuju tempat shalat yang terletak di biliknya, lalu
munajat kepada Allah dan berdu’a dengan tekunnya ….
Dan setiap istrinya terbangun demi mendengar gemuruh dadanya yang
turun naik dan bunyi du’anya yang hangat serta terus- menerus,
menyebabkannya merasa kasihan dan memohon agar ia memperhatikan dirinya
dan mengambil waktu iatirahat yang cukup. Maka dengan air mata mengalir yang mendahului kata-katanya dijawabnya: “Wahai Khadijah . . . ! Masa untuk tidur berlalulah sudah … ! “
Memang perihalnya belum lagi memusingkan orang-orang Quraisy dan
mengganggu tidur nyenyak mereka, walaupun sudah mulai menjadi titik
perhatian mereka. Ia barn Saja memulai da’wahnya dan menyampaikan
ajarannya secara rahasia dan berbisik-bisik. Orang-orang yang beriman
kepadanya waktu itu masih amat sedikit ….
Tetapi di antara orang-orang yang belum beriman itu ada pula yang
menaruh kasih sayang dan penghormatan kepadanya serta memendam niat dan
keinginan hati untuk beriman dan menyertai kafilahnya yang penuh barkah.
Mereka terhalang untuk menyatakan maksud itu hanyalah karena keadaan
suasana dan lingkungan, tekanan kebiasaan dan adat-istiadat, serta
kebimbangan hati untuk mengabulkan panggilan atau menolak seruan. Maka
dalam golongan ini terdapatlah Hamzah bin Abdul Mutthalib, yaitu paman
Nabi saw. dan saudara sesusunya ….
Hamzah telah kenal akan kebesaran dan kesempurnaan keponakannya,
tahu sebaik-baiknya akan kepribadian dan watak serta akhlaqnya. la tidak
hanya mengenalnya sebagai seorang paman terhadap keponakannya semata,
tetapi juga sebagai saudara terhadap saudaranya, dan shahabat terhadap
teman sejawatnya. Sebabnya ialah karena Rasulullah dan Hamzah dari satu
generasi, dan usia yang berdekatan. Mereka dibesarkan bersama, bermain
bersama dan menjadi shahabat karib, serta menempuh jalan kehidupan dari
bermula selangkah demi selangkah secara bersama-lama pula ….
Hanya memang, di waktu muda masing-masing mereka telah menempuh jalan
sendiri-sendiri. Hamzah mulai bersaing dengan teman-temannya untuk
mendapatkan kelayakan hidup dan merintis jalan bagi dirinya untuk
beroleh kedudukan di kalangan pembesar-pembesar kota Mekah dan
pemimpin-pemimpin Quraisy. Sementara Muhammad saw. tetap bertahan di
lingkungan cahaya ruhani yang mulai menerangi jalan baginya menuju
Ilahi, serta mengikuti bisikan hati yang mengajaknya menjauhi
kebisingan hidup untuk mencapai renungan yang dalam, serta mempersiapkan
diri dalam menyambut dan menerima kebenaran ….
Kita tegaskan, bahwa walaupun kedua anak muda itu telah mengambil
arah yang berlainan, tetapi tidak satu detik pun hilang dari ingatan
Hamzah. Keutamaan shahabat dan keponakannya, yakni keutamaan dan
kemuliaan yang mengantarkan pemiliknya kepada kedudukan tinggi di mata
manusia umumnya, dan melukiskan secara gamblang masa depannya yang
gemilang telah banyak diketahui Hamzah . . . .
Pagi hari itu, seperti biasa Hamzah keluar rumahnya. Di sisi Ka’bah
didapatinya se rombongan pembesar dan bangsawan Quraisy, lalu ia pun
duduk bersama mereka, mendengarkan apa yang mereka percakapkan. Rupanya
mereka sedang membicarakan Muhammad saw
Dan untuk pertama kali Hamzah melihat mereka diliputi rasa gelisah
diaebabkan oleh da’wah yang dilakukan oleh keponakannya. Dari ucapan
mereka tersembur amarah murka, kebencian dan kedengkian.
Sebelum itu mereka tidak peduli, atau pura-pura tidak peduli dan
ambil puling. Tetapi sekarang wajah-wajah mereka mengerikan, menyeringai
karena berang dan kecewa serta hendak menerkam. Lama Hamzah tertawa
mendengar obrolan mereka. Dituduhnya mereka keterlaluan dan salah tafsir
….
Di saat itu Abu Jahal segera menegaskan kepada hadlirin bahwa
sebenarnya Hamzah paling tahu akan bahaya ajaran yang diserukan oleh
Muhammad saw., hanya ia menganggapnya enteng hingga Quraisy jadi lengah
dan lalai. Kemudian nanti datang suatu saat di mana keadaan telah
terlambat dan terbukalah baginya bahaya yang dibawa oleh keponakannya
itu ….
Demikianlah mereka melanjutkan pembicaraan dalam suasana hiruk pikuk
yang tidak luput dari ancaman, sementara Hamzah kadang-kadang turut
tertawa dan kadang-kadang menampakkan Wajah murka. Dan ketika pertemuan
itu usai dan masing-masing meneruskan acaranya, kepala Hamzah pun
dipenuhi fikiran dan perasaan baru, menyebabkan perhatiannya tertuju
kepada urusan keponakannya dan mempertimbangkan kembali buruk baiknya….
Hari-hari pun berlalu silih berganti, dan makin lama desas-desus
yang disebarkan Quraisy sekitar da’wah Rasul makin memuncak ….kemudian
desas-desus itu berubah menjadi hasutan dan komPlotan, sementara Hamzah memperhatikan suasana dari jauh ….
Ketabahan hati keponakannya itu amat mengherankannya, sementara
usahanya yang mati-matian membela keimanan dan kelancaran da’wahnya,
merupakan suatu hal yang baru bagi kaum Quraisy umumnya, walaupun
sebenarnya mereka terkenal gigih keras kepala.
Dan andainya ketika itu keragu-raguan dapat menggoyahkan kepercayaan
seseorang tentang kebenaran Rasulullah dan kebesaran jiwanya, tetapi ia
takkan menemukan jalan untuk mempengaruhi dan memperdayakan Hamzah.
Hamzah adalah orang yang paling kenal siapa Muhammad saw, semenjak masa
kanak-kanak hingga waktu mudanya yang tidak bernoda, dan sampai usia
dewasanya yang terpercaya.
Ia kenal Muhammad saw. sebagaimana ia kenal akan dirinya, bahkan
lebih dari itu lagi. Semenjak mereka lahir ke alam wujud, menjadi remaja
dan sama-sama berangkat dewasa, di mana lembaran kehidupan Muhammad
saw. terbuka di hadapan matanya suci bersih laksana sinar matahari,
tidak satu cacat pun dilihatnya pada lembaran itu … !
Tidak sekali pun dilihatnya ia marah atau naik darah, kecewa atau putus asa , apalagi menampakkan ketamakan dan keserakahan, berolok-olok atau berbuat hal yang sia-sia.
Tidak sekali pun dilihatnya ia marah atau naik darah, kecewa atau putus asa , apalagi menampakkan ketamakan dan keserakahan, berolok-olok atau berbuat hal yang sia-sia.
Dan Hamzah bukan saja seorang yang menikmati kekuatan jasmaniah
belaka, tetapi ia dikaruniai pula kekuatan kemauan dan ketajaman akal
fikiran. Dari itu tidak wajar bila ia ketinggalan dan tak ingin
mengikuti orang yang diketahuinya betul-betul jujur dan dapat dipercaya.
Hanya hal itu dipendamnya dalam hati, menunggu saat yang tepat untuk
membukakannya, yang waktunya telah dekat dan tidak akan menunggu lama ….
Dan hari yang ditunggu-tunggu itu pun datanglah …. Hamzah keluar
dari rumahnya menjinjing busur dan menujukan langkahnya ke arah padang
belantara untuk melatih kegemaran dan melakukan olah raga yang amat
disukainya yaitu berburu. Ia amat mahir dalam hal ini.
Ada kira-kira setengah hari ia menghabiakan waktunya di sana, dan
ketika kembali dari perburuannya ia langsung pergi ke Ka’bah untuk
thawaf seperti biasa sebelum pulang ke rumahnya. Setibanya dekat Ka’bah
ia ditemui oleh seorang pelayan wanita Abdullah bin Jud’an. Dan demi
dilihatnya Hamzah telah dekat, berkatalah pelayan itu kepadanya: “Wahai
Abu Umarah, seandainya anda melihat apa yang dialami oleh keponakan anda
Muhammad saw. baru-baru ini . . . . ! Abul Hakam bin Hiayam, ketika
mendapatkan Muhammad saw. sedang duduk di sana, disakiti dan dimakinya,
hingga mengalami hal-hal yang tidak diinginkan … !”
Lalu dilanjutkannya cerita mengenai perlakuan Abu Jahal kepada Rasulullah ….
Hamzah mendengarkan perkataannya dengan baik, kemudian ia menundukkan
kepalanya sejenak, lalu membawa busur panahnya dan menyandangkan ke
bahunya. Setelah itu dengan langkah cepat tetapi tegap ia pergi menuju
Ka’bah dan berharap akan bertemu dengan Abu Jahal di sana …. Dan jika
tidak ditemuinya, maka pencarian akan dilakukannya di mana pun juga
sampai berhasil … .
- Tetapi belum lagi sampai di Ka’bah, kelihatan olehnya Abu Jahal di
pekarangannya sedang dikelilingi oleh beberapa orang pembesar Quraisy.
Maka dalam ketenangan yang mencekam, Hamzah maju mendapatkan Abu Jahal
lalu melepaskan busurnya dan memukulkannya ke kepala Abu Jahal hingga
luka dan mengeluarkan darah. Dan sebelum orang-orang itu menyadari apa
Yang terjadi, Hamzah pun membentak Abu Jahal, katanya:
“Kenapa kamu cela dan kamu maki Muhammad saw., padahal aku telah menganut Agamanya dan mengatakan apa yang dikatakannva ? Nah, cobalah ulangi kembali makianmu itu kepadaku jika kamu berani!”
Dalam sekejap waktu orang-orang yang berada di sana lupa akan
penghinaan yang baru menimpa pemimpin mereka dan darah yang mengalir
dari kepalanya, terpesona oleh kata-kata Yang keluar dari mulut Hamzah
yang tak ubah bagai bunyi halilintar di siang bolong . . . , yaitu
kata-kata yang diucapkannya untuk menyatakan bahwa ia telah menganut
Agama Muhammad saw., mengakui apa yang diakuinya dan mengatakan apa yang
dikatakannya ….
Apa, apakah Hamzah telah masuk Ialam … ?
Dan …. seorang anak muda Quraisy yang paling gigih membela haknya
serta yang paling mulia … ! Sungguh suatu bencana besar yang tak dapat
diatasi oleh bangsa Quraisy Keislaman Hamzah akan menarik perhatian
tokoh-tokoh pilihan untuk sama-sama memasuki Agama itu, hingga Muhammad
saw. akan beroleh tenaga dan kekuatan yang akan membela da’wah dan
memperkokoh barisannya, dan di suatu saat nanti orang-orang Quraisy akan
bangun dan sadarkan diri, karena mendengar bunyi linggis dan tembilang
yang menghancurleburkan berhala-berhala dan tuhan-tuhan mereka … !
Memang tidak salah . . .! Hamzah telah masuk Ialam, dan di hadapan
umum telah dikeluarkan simpanan hatinya selama ini, dan ditinggalkannya
orang banyak itu merenungi kekecewaan dan kegagalan harapan mereka, dan
dibiarkannya Abu Jahal menjilat darah yang mengucur dari kepalanya yang
luka. Hamzah kembali memungut busur dengan tangan kanannya, dan
menggantungkannya di bahu, lalu dengan langkah yang tegap dan hati Yang
pekat pergi pulang ke rumahnya ….
Hamzah adalah seorang yang berfikiran cerdas dan berpendirian keras ….
Ketika ia telah pulang ke rumahnya dan hilang rasa lelahnya duduklah ia, dan membawa dirinya berfikir serta merenungkan periatiwa yang baru Saja dialaminya ….
Ketika ia telah pulang ke rumahnya dan hilang rasa lelahnya duduklah ia, dan membawa dirinya berfikir serta merenungkan periatiwa yang baru Saja dialaminya ….
Bagaimana cara ia menyatakan keislamannya … dan kapan …. ? Ia telah
menyatakannya dalam saat emosi dan tersinggung, saat amarah dan naik
darah …. Ia tak sudi bila keponakannya diperlakukan secara
sewenang-wenang dan dianiaya tanpa adanya pembela! Oleh sebab itulah ia
jadi murka dan tampil membela Muhammad saw. serta kehormatan Bani
Hasyim, maka dipukulnya kepala Abu Jahal sampai luka, dan diteriakkan
ke mukanya bahwa ia telah beragama Ialam . . . .
Tetapi, apakah merupakan cara terbaik bagi seseorang untuk
meninggalkan agama nenek moyang dan kaumnya, agama yang telah mereka
anut semenjak beribu tahun dan berabad-abad … ? Lalu ia langsung
menerima Agama baru yang belum lagi diselidiki ajarannya dan belum
dikenal hakikatnya kecuali sekelumit kecil
Benar, ia tidak sedikit pun ragu tentang kebenaran Muhammad saw. dan
ketulusan maksudnya. Tetapi mungkinkah seseorang menerima satu Agama
baru berikut segala kewajiban dan tanggung jawabnya di saat marah dan
naik darah sebagai yang dilakukan oleh Hamzah sekarang ini?
Memang dalam dadanya terpendam niat untuk menghormati da’wah baru
yang panji-panjinya dipikul oleh keponakannya. Hanya seandainya ia telah
ditaqdirkan akan menjadi salah seorang pengikut dari da’wah ini, yang
beriman dan menyediakan diri untuk menjadi pembantu dan pembelanya, maka
apabilakah sebenarnya waktu yang tepat untuk memasukinya … ? Apakah di
saat berang dan tersinggung ataukah setelah berfikir dan merenung … ?
Demikianlah kelugasan pendirian dan kemurnian berfikir
mengharuskannya untuk membawa semua masalah ini kembali ke batu ujian
dan neraca pertimbangan. Mulailah ia berfikir dan hari-hari berlalu . . .
, Siang hatinya tak pernah tenteram dan malam matanya tak pernah
terpejam ….
Dan anehnya ketika kita berusaha mencari kebenaran dengan perantaraan
akal, maka kebimbangan pun tampil ke depan sebagai penghalang ….
Demikianlah, demi Hamzah menggunakan akalnya untuk membahas masalah
Agama Ialam dan membanding-bandingkan yang lama dengan yang baru,
timbullah keraguan dalam dirinya yang dibangkitkan oleh kerinduan yang
telah mendarah daging terhadap agama nenek moyangnya, dan kecemasan yang
telah jadi pusaka turun-temurun terhadap segala hal yang baru ….
Bangkitlah semua kenangannya mengenai Ka’bah berikut tuhan-tuhan dan
berhala-berhalanya, begitupun tentang pengaruh keagamaan yang telah
ditanamkan oleh patung-patung pahatan itu terhadap semua penduduk Mekah dan bangsa Quraisy umumnya . . . , hingga
memisahkan diri dari sejarah tersebut dan meninggalkan agama lama yang
telah berurat-akar ini, tak ubah bagai hendak melompati jurang yang
lebar ….
Timbullah keheranannya mengapa orang demikian mudah dan tergesa-gesa
mau meninggalkan agama nenek moyangnya . . . . Maka rnenyesallah ia
atas apa yang telah dilakukannya, hanya perjalanan akal tetap diteruskan
dan tidak dihentikannya ….
Dan tatkala dirasakan bahwa akal fikiran semata tidak berdaya, maka
dengan ikhlas dan tulus hati, ia pun pergi berlindung kepada yang ghaib.
Di sisi Ka’bah, sambil wajahnya menengadah ke langit, dan dengan minta
pertolongan kepada segala kudrat dan nur yang terdapat di alam wujud
ini, ia memohon dan berdo’a agar beroleh petunjuk kepada yang haq dan
jalan yang lurus.
Dan marilah kita dengar ceritanya ketika mengisahkan berita selanjutnya, katanya:
, .. . . Kemudian timbullah sesal dalam hatiku karena
meninggalkan agama nenek moyang dan kaumku . . . dan aku pun diliputi
kebingungan hingga mata tak hendak tidur… . Lalu pergilah aku ke Ka’bah,
dan memohon kepada Allah agar membukakan hatiku untuk menerima
kebenaran dan melenyapkan segala keraguan. Maka Allah pun mengabulkan
permohonanku itu dan memenuhi hatiku dengan keyakinan . . . . Aku pun
segera menemui Rasulullah saw., dan memaparkan keadaanku padanya, maka
dido’akannya kepada Allah agar ditetapkan-Nya hatiku dalam Agamanya . . .
.
Demikianlah Hamzah menganut Ialam secara yakin ….
Allah menguatkan Agama Ialam dengan Hamzah, dan sebagai batu karang yang kukuh menjulang ia membela Rasulullah dan shahabat-shahabatnya yang lemah . . . . Abu Jahal melihat Hamzah berdiri dalam barisan Kaum Muslimin, maka menurut keyakinannya perang sudah tak dapat dielakkan lagi. Oleh sebab itu dihasutnyalah orang-orang Quraisy untuk melakukan kekerasan terhadap Rasulullah dan para shahabat, dan ia terns mempersiapkan diri untuk melancarkan perang saudara yang akan dapat memuaskan haus dahaga, melipur rasa dendam dan sakit hatinya.
Allah menguatkan Agama Ialam dengan Hamzah, dan sebagai batu karang yang kukuh menjulang ia membela Rasulullah dan shahabat-shahabatnya yang lemah . . . . Abu Jahal melihat Hamzah berdiri dalam barisan Kaum Muslimin, maka menurut keyakinannya perang sudah tak dapat dielakkan lagi. Oleh sebab itu dihasutnyalah orang-orang Quraisy untuk melakukan kekerasan terhadap Rasulullah dan para shahabat, dan ia terns mempersiapkan diri untuk melancarkan perang saudara yang akan dapat memuaskan haus dahaga, melipur rasa dendam dan sakit hatinya.
Memang, tentu saja Hamzah tak dapat membendung segala siksaan mereka,
tetapi keialamannya seolah-olah menjadi benteng dan periaai, di samping
menjadi days penarik bagi kebanyakan kabilah Arab, — apalagi setelah
diikuti pula dengan masuk Ialamnya Umar bin Khatthab — untuk mengikuti
langkahnya, hingga mereka pun memasukinya dengan berduyun-duyun ….
Dan semenjak masuk Ialam, Hamzah telah bernadzar akan membaktikan
segala keperwiraan, kesehatan bahkan hidup matinya untuk Allah dan
Agama-Nya, hingga Nabi saw. berkenan memasangkan pada dirinya julukan
iatimewa ini: “Singa Allah dan singa Rasul-Nya “.
Sariyah, atau angkatan bersenjata tanpa disertai Nabi, yang mula pertama dikirim untuk menghadapi musuh, dipimpin oleh Hamzah….
Dan panji-panji pertama yang dipercayakan oleh Rasulullah saw. kepada
salah seorang Muslimin, diserahkan kepada Hamzah …. Kemudian ketika
kedua angkatan bersenjata berhadapan-muka di perang Badar, keberanian
luar biasa telah ditunjukkan oleh Singa Allah dan Singa Rasul-Nya yang
tiada lain dari Hamzah …. !
Sisa-sisa tentara Quraisy kembali dari Badar ke Mekah dan berjalan
terhuyung-huyung membawa kegagalan dan kekalahan – - – - Abu Sufyan tak
ubah bagai pohon kayu besar yang tumbang dan tercabut dengan urat
akarnya. la berjalan dengan kepala tunduk meninggalkan di tengah-tengah
medan, tubuh pemuka-pernuka Quraisy yang telah tiada bernyawa, seperti
Abu Jahal, ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Umayah bin Khalaf,
‘tJqbah bin Abi Mu’aith, Aswad bin Abdul Aswad al Makhzumi, walid bin
‘Utbah, Nadlar bin Harits, ‘Ash bin Sa’id, Tha’mah bin ‘Adi serta
beberapa puluh pemimpin dan tokoh Quraisy lainnya seperti mereka.
Sungguh, Quraisy takkan mau menelan kekalahan pahit ini begitu saja .
. . . Mereka mulai mempersiapkan diri, menghimpun segala dana dan daya
untuk menuntut bela dan menebus kekalahan mereka. Pendeknya Quraisy
telah bertekad bulat untuk berperang …. !
Dan datanglah saatnya perang Uhud di mana orang-orang Quraisy tumpah
keluar, disertai oleh sekutu mereka dari berbagai kabilah Arab lainnya.
Mereka dipimpin oleh Abu Sufyan. Sedang yang dituju oleh pemuka-pemuka
Quraisy dengan peperangan ini sebagai sasaran, hanyalah dua orang saja,
yaitu Rasulullah saw. dan Hamzah r.a.
Memang, dari buah pembicaraan dan rencana yang mereka atur sebelum
perang, dapatlah diketahui bahwa Hamzah berada pada urutan kedua sesudah
Rasulullah sebagai sasaran dan bulan-bulanan dari peperangan ini.
sebelum berangkat, mereka telah memilih seseorang yang diberi tugas
untuk menyelesaikan rencana mereka terhadap Hamzah. Orang itu adalah
seorang budak Habsyi yang memiliki kemahiran iatimewa dalam melemparkan
tombak .
Dalam peperangan nanti mereka memerintahkan budak itu untuk
memusatkan perhatian hanya kepada satu tugas saja, yaitu menjadikan
Hamzah sebagai barang buruan dan melepaskan lemparan tombak dengan
lemparan yang mematikan kepadanya. Dan mereka memperingatkannya agar
tidak melalaikan tugas tersebut bagaimanapun juga jalan peperangan dan
akhir kesudahannya.
sebagai imbalan mereka berjanji akan membalas jasanya dengan harga
besar dan tinggi, yakni kebebasan dirinya — Budak yang bernama Wahsyi
itu adalah milik Jubair bin Muth’am — waktu perang Badar, paman Jubair
ini tewas di tengah medan dan ia ingin menuntut bela, maka katanya
kepada Wahsyi: “Berangkatlah bersama orang-orang itu! Dan jika kamu
berhasil membunuh Hamzah, maka kamu bebas … ! “
Kemudian mereka bawa ia kepada Hindun binti ‘Utbah yakni istri Abu
Sufyan, agar dihasut dan didesaknya untuk melaksanakan rencana yang
mereka inginkan.
Dalam perang Badar, Hindun ini telah kehilangan bapak, paman, saudara
dan puteranya . . . . disampaikan orang kepadanya bahwa Hamzahlah yang
telah membunuh sebagian keluarganya itu, dan yang menyebabkan
terbunuhnya yang lain.
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan bahwa wanita inilah di antara
orang-orang Quraisy, baik wanita maupun laki-lakinya yang paling keras
menghasut untuk berperang. Tujuannya tidak lain hanyalah untuk
mendapatkan kepala Hamzah, betapa juga mahal harga yang harus dibayarnya
…. !
Berhari-hari lamanya sebelum peperangan dimulai, tak ada pekerjaan
Hindun kecuali menggembleng dan menghasut Wahsyi serta menumpahkan
segala dendam dan kebenciannya kepada Hamzah dan merencanakan peranan
yang akan dimainkan oleh budak itu …. la telah menjanjikan kepada budak
itu, andainya ia berhasil membunuh Hamzah, akan diberinya kekayaan dan
perhiasan paling berharga yang dimiliki oleh wanita — sementara itu
jari-jarinya yang penuh kebencian memegang anting-anting, permata yang
mahal serta kalung emas yang terlilit pada lehernya —, lalu dengan kedua
matanya yang bercahaya katanya kepada Wahsyi: “Jika kamu dapat membunuh
Hamzah, maka semua ini menjadi milikmu …. !”
Air liur Wahsyi pun mengalirlah mendengar itu . . . dan
angan-angannya terbang melayang dipenuhi rasa rindu dan ingin cepat
bertemu dengan peperangan yang akan menyebabkan tombaknya mendapatkan
mangsanya, hingga ia tidak lagi menjadi budak belian, begitu pula ia
ingin segera memiliki barang-barang perhiasan yang selama ini menghias
leher istri pemimpin dan putri tokoh suku Quraisy …. !
. Demikianlah persekongkolan jahat, di mana segala unsur-unsur perang sama-sama menginginkan Hamzah r.a. terbunuh sistim terbuka tanpa ditawar-tawar.
Dan pertempuran itu pun tibalah ….
Kedua pasukan telah berhadapan muka, sementara Hamzah berada di tengah-tengah medan yang menjadi sarang maut dan penderitaan. Ia memakai pakaian perang, sedang di dadanya terdapat bulu burung unta yang biasa diambilnya sebagai penghias dadanya dalam peperangan ….
Kedua pasukan telah berhadapan muka, sementara Hamzah berada di tengah-tengah medan yang menjadi sarang maut dan penderitaan. Ia memakai pakaian perang, sedang di dadanya terdapat bulu burung unta yang biasa diambilnya sebagai penghias dadanya dalam peperangan ….
Hamzah mulai menyerbu dan menyerang kiri kanan, dan setiap kepala
yang diarahnya pastilah putus oleh pedangnya. Pukulannya terhadap
orang-orang musyrik tiada henti-hentinya, dan seolah-olah maut
menyerahkan diri ke dalam tangannya, dilontarkannya kepada siapa yang
dikehendakinya, lalu tertancap di hulu hatinya …. !
Seluruh Kaum Muslimin maju dan menyerbu ke muka, hingga kemenangan
menentukan telah hampir berada di tangan, dan sisa-sisa Quraisy terpukul
mundur dan lari porak-poranda. Dan seandainya pasukan panah tidak
meninggalkan kedudukan mereka di puncak bukit, dan turun ke bawah untuk
memungut barang-barang rampasan dari musuh yang kalah . . . , sekiranya
mereka tidak melanggar perintah dan tidak membiarkan garis pertahanan
panjang menjadi terbuka bagi masuknya pasukan berkuda Quraisy, pastilah
perang Uhud akan menamatkan riwayat mereka dan jadi kuburan bagi kaum
penyerang baik lelaki maupun wanita, bahkan bagi kuda dan unta mereka ….
!
Maka di saat mereka lengah dan tidak waspada itulah pasukan berkuda
Quraisy menyerang Kaum Muslimin dari belakang hingga mereka jadi sasaran
dan bulan-bulanan pedang yang menari-nari berkelebatan ….
Terpaksalah Kaum Muslimin mengatur barisan kembali dan memungut
senjata yang telah ditinggalkan oleh sebagian mereka yang lari karena
serbuan Quraisy yang mendadak itu
Tetapi sergapan yang tiba-tiba dan tidak disangka-sangka itu
akibatnya memang amat kejam dan pahit sekali …. ! Hamzah melihat apa
yang terjadi, maka baik semangat, tenaga maupun perjuangannya
dijadikannya berlipat ganda . . . . Ia menerjang ke kiri dan ke kanan,
ke muka dan ke belakang, sementara Wahsyi sedang mengintainya di sana . .
. , dan menunggu terbukanya kesempatan untuk melemparkan tombak ke
tubuhnya ….
Marilah sekarang kita dengarkan cerita Wahsyi menyampaikan laporan pandangan mata tentang periatiwa tersebut, katanya
“Saya seorang Habsyi, dan mahir melemparkan tombak dengan teknik
Habsyi, hingga jarang sekali lemparanku meleset . . . . Tatkala
orang-orang telah mulai berperang, saya pun keluar dan mencari-cari
Hamzah, hingga akhirnya tampak di antara manusia tak ubahnya bagai unta
kelabu yang mengancam orang-orang dengan pedangnya hingga tak seorang
pun yang dapat bertahan di depannya …. Maka demi Allah, ketika saya
bersiap-siap untuk membunuhnya, saya bersembunyi di balik pohon agar
dapat menerkamnya atau menunggunya supaya dekat, tiba-tiba saya
didahului oleh Siba’ bin Abdul ‘Uzza yang tampil he depannya …. Tatkala
ia tampak oleh Hamzah, maka serunya: “Marilah ke sini hai anak tukang
sunat wanita!” Lalu ditebasnya hingga tepat mengenai kepalanya ….
Ketika itu saya pun menggerakkan tombak mengambil ancang-ancang,
hingga setelah terasa tepat, saya lontarkanlah hingga mengenai pinggang
bagian bawah dan tembus he bagian muka di antara dua pahanya . . . .
Dicobanya bangkit ke arahku, tetapi ia tak berdaya lalu rubuh dan
meninggal ….
Saya datang mendekatinya dan mencabut tombakku, lalu kembali he
perkemahan dan duduk-duduk di sana, karena tak ada lagi tugas dan
keperluanku. Saya telah membunuhnya semata-mata demi kebebasan dari
perbudahan yang memilikiku
Dan tak -ada salahnya bila kita mendengarkan kisah Wahsyi selanjutnya:
“Sesampainya di Mekah saya pun dibebaskan. Saya tetap bermukim di sana sampai kota itu dimasuki oleh Rasulullah di hari pembebasan, maka saya lari he Thaif. Dan tak kala perutusan Thaif menghadap Rasulullah untuk menyatakan keislaman, timbul berbagai rencana dalam fikiranku. Kataku dalam hati biarlah saya pergi he Syria, atau he Yaman, atau ke tempat lain. Demi Allah, ketika saya berada dalam ke bingungan itu datanglah seseorang mengatakan kepadaku: “Hai tolol! Rasulullah tak hendak membunuh seseorang yang masuk Islam … ! “
“Sesampainya di Mekah saya pun dibebaskan. Saya tetap bermukim di sana sampai kota itu dimasuki oleh Rasulullah di hari pembebasan, maka saya lari he Thaif. Dan tak kala perutusan Thaif menghadap Rasulullah untuk menyatakan keislaman, timbul berbagai rencana dalam fikiranku. Kataku dalam hati biarlah saya pergi he Syria, atau he Yaman, atau ke tempat lain. Demi Allah, ketika saya berada dalam ke bingungan itu datanglah seseorang mengatakan kepadaku: “Hai tolol! Rasulullah tak hendak membunuh seseorang yang masuk Islam … ! “
Maka pergilah saya mendapatkan Rasulullah saw. di Madinah. Saya baru
tampak olehnya ketika tiba-tiba telah berdiri di depannya mengucapkan
dua kalimat syahadat. Tatkala saya dilihatnya, beliau bertanya:
“Apakah kamu ini Wahsyi … ?
“Benar ya Rasulullah’; ujarku.
Lalu sabdanya: “Ceritakanlah kepadaku bagaimana kamu membunuh Hamzah!”
Maka saya Ceritakanlah. Dan setelah cerita saya itu selesai, sabdanya pula: “Sangat menyesal . . .! Sebaiknya engkau menghindarkan perjumpaan denganku . .
Maka selalulah saya menghindarkan diri dari hadapan dan jalan yang akan ditempuh oleh Rasulullah agar tidak kelihatan oleh beliau sampai saat beliau diwafatkan Allah …. Tatkala Kaum Muslimin pergi memadamkan pemberontakan (Nabi palsu) Musailamatul Kadzdzah penguasa Yamamah, saya pun ikut bersama mereka dan membawa tombak yang saya gunakan untuk membunuh Hamzah dahulu.
Ketika orang-orang mulai bertempur saya lihat Musailamatul Kadzdzah sedang berdiri dengan pedang di tangan. Maka saya pun bersiap-siaplah dan menggerakkan tombak membuat ancang-ancang, hingga setelah terasa tepat, saya lemparlah dan menemui sasarannya.
“Benar ya Rasulullah’; ujarku.
Lalu sabdanya: “Ceritakanlah kepadaku bagaimana kamu membunuh Hamzah!”
Maka saya Ceritakanlah. Dan setelah cerita saya itu selesai, sabdanya pula: “Sangat menyesal . . .! Sebaiknya engkau menghindarkan perjumpaan denganku . .
Maka selalulah saya menghindarkan diri dari hadapan dan jalan yang akan ditempuh oleh Rasulullah agar tidak kelihatan oleh beliau sampai saat beliau diwafatkan Allah …. Tatkala Kaum Muslimin pergi memadamkan pemberontakan (Nabi palsu) Musailamatul Kadzdzah penguasa Yamamah, saya pun ikut bersama mereka dan membawa tombak yang saya gunakan untuk membunuh Hamzah dahulu.
Ketika orang-orang mulai bertempur saya lihat Musailamatul Kadzdzah sedang berdiri dengan pedang di tangan. Maka saya pun bersiap-siaplah dan menggerakkan tombak membuat ancang-ancang, hingga setelah terasa tepat, saya lemparlah dan menemui sasarannya.
Maka sekiranya saya dengan tombak itu telah membunuh sebaik-baik
manusia yaitu Hamzah, saya berharap kiranya Allah akan mengampuniku
karena dengan tombak itu pula saya telah membunuh sejahat-jahat manusia
yaitu Musailamah …. !
Demikianlah Singa Allah dan Singa Rasul-Nya itu gugur
sebagai syahid mulia . . .! Dan sebagaimana hidupnya telah
menggemparkan, demikian kewafatannya telah menggemparkan pula….
Musuh-musuh tak puas hanya dengan kewafatannya belaka! Betapa mereka
telah mengerahkan orang-orang Quraisy dan mencurahkan harta benda mereka
dalam suatu peperangan besar yang tujuannya tiada lain dari mendapatkan
Rasulullah dan pamannya Hamzah.
Hindun binti ‘Utbah ya’ni istri Abu Sufyan telah menyuruh Wahsyi agar
mengambil hati Hamzah untuk dirinya. Keinginannya yang mempunyai
imbalan ini dikabulkan oleh orang Habsyi itu. Dan tatkala ia kembali
kepada Hindun dan memberikan hati Hamzah dengan tangan kanannya, maka ia
menerima kalung dan anting-anting dari wanita itu dengan tangan kirinya
sebagai balas jasa dalam memenuhi tugasnya ….
Maka Hindun yang ayahnya telah tewas di tangan Kaum Muslimin di
perang Badar itu dan istri Abu Sufyan panglima kaum musyrik penyembah
berhala, menggigit dan mengunyah hati Hamzah dengan harapan akan dapat
mengobati hatinya yang pedih karena dendam dan amarah murka.
Tetapi rupanya hati itu telah liat (slot) hingga tak dapat dikunyah
dan tidak mempan oleh taring-taringnya, maka dikeluarkan dari mulutnya,
lalu kedengaranlah teriakan keras, yaitu seruan yang diucapkan dan
berbunyi sebagai berikut:
“Kekalahan di Badar terbalaslah sudah oleh kami
Dan peperangan itu bagai hari-hari silih berganti
Daku tak tahan mengenangkan ‘Utbah ayahku itu
Begitu pula saudaraku, paman serta putera sulungku Sekarang hatiku puas, nadzar telah terpenuhi
Sakit di dada telah terobati oleh Wahsyi”
Dan peperangan itu bagai hari-hari silih berganti
Daku tak tahan mengenangkan ‘Utbah ayahku itu
Begitu pula saudaraku, paman serta putera sulungku Sekarang hatiku puas, nadzar telah terpenuhi
Sakit di dada telah terobati oleh Wahsyi”
Peperangan pun usailah, kaum musyrikin menaiki unta dan menghalau
kuda mereka pulang ke Mekah …. Dan Rasulullah beserta shahabat turun ke
bekas medan pertempuran untuk meninjau para syuhada ….
Maka nun di sana yakni di perut lembah, ketika beliau memeriksa wajah
para shahabatnya yang telah menjual diri mereka kepada Allah dan
menyajikannya sebagai kurban yang ikhlas kepada Allah Yang Maha Besar,
beliau berhenti sejenak …. menyaksikan dan membisu . . . ,
menggertakkan gigi dan membasahi Pelupuk mata ….
Tidak terlintas dalam angannya sedikit pun bahwa moral orang-orang
Arab akan merosot sedemikian rupa hingga jatuh pada kebiadaban keji dan
sampai hati merusak mayat sebagai yang disaksikan pada pamannya syahid
mulia Hamzah bin Abdul Mutthalib, Singa Allah dan tokoh utama syuhada ….
Rasulullah membuka kedua matanya yang dengan airnya berkilat-kilat
laksana kaca . . . ,sambil matanya tertuju kepada tubuh pamannya itu,
beliau bersabda:
“Tah pernah ahu menderita mushibah seperti yang kuderita dengan peristiwa anda sekarang ini …
Dan tidak satu suasana pun yang lebih menyakitkan hatiku seperti suasana sekarang ini …
Lalu sambil menoleh kepada para shahabat, sabdanya:
Dan tidak satu suasana pun yang lebih menyakitkan hatiku seperti suasana sekarang ini …
Lalu sambil menoleh kepada para shahabat, sabdanya:
“Sekiranya Shafiah saudara perempuan Hamzah takkan berduka dan
tidak akan menjadi sunnah sepeninggalku nanti, akan kubiarkan ia
mengisi perut binatang buas dan tembolok burung nasar . . .! Tetapi
sekiranya aku diberi kemenangan oleh Allah di salah satu medan
pertempuran dengan orang Quraisy, akan kuperbuat sebagai yang mereka
perbuat, terhadap tiga puluh orang laki-laki di antara mereka … ! “
Maka para shahabat pun berseru pula:
“Demi Allah, sekiranya pada suatu waktu nanti kita diberi kemengan oleh Allah terhadap mereka, akan kita cincang mayat-mayat mereka seperti yang belum pernah dilakukan oleh seorang Arab pun … ! “
Tetapi Allah yang telah memberi kemuliaan kepada Hamzah sebagai seorang syahid, memuliakannya sekali lagi dengan menjadikan gugurnya itu sebagai suatu kesempatan untuk memperoleh pelajaran penting yang akan melindungi keadilan sepanjang masa dan mengharuskan diperhatikannya kasih sayang walau dalam qiahash dan menjatuhkan hukuman.
“Demi Allah, sekiranya pada suatu waktu nanti kita diberi kemengan oleh Allah terhadap mereka, akan kita cincang mayat-mayat mereka seperti yang belum pernah dilakukan oleh seorang Arab pun … ! “
Tetapi Allah yang telah memberi kemuliaan kepada Hamzah sebagai seorang syahid, memuliakannya sekali lagi dengan menjadikan gugurnya itu sebagai suatu kesempatan untuk memperoleh pelajaran penting yang akan melindungi keadilan sepanjang masa dan mengharuskan diperhatikannya kasih sayang walau dalam qiahash dan menjatuhkan hukuman.
Demikianlah, belum lagi selesai Rasulullah saw. mengucapkan
ancamannya itu, ia masih berada di tempat itu dan belum lagi
meninggalkannya, turunlah wahyu berupa ayat-ayat mulia
Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik,
dan berdiakusilah dengan mereka dengan cara yang utama! Sesungguhnya
Tuhan kalian lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan la
lebih mengetahui siapa-siapa yang beroleh petunjuk . . . . Jika kalian
hendak membalas, balaslah seperti yang telah dilakukan mereka kepada
kalian dan jika kalian bershabar, maka itu. memang lebih baik bagi
orang-orang yang shabar. . . .
Dan bershabarlah kamu, dan keshabaranmu itu takkan tercapai
kecuali dengan pertolongan Allah; serta jangan kamu berduka-cita atas
mereka, serta janganlah sesak nafas karena tipu dtya yang mereka lakukan
….
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang taqwa serta orang-orang yang berbuat baik …. !
(Q.S.16 an-Nahl:125 — 128).
(Q.S.16 an-Nahl:125 — 128).
Maka turunnya ayat-ayat tersebut di tempat ini, merupakan
penghormatan sebaik-baiknya terhadap Hamzah, yang pahalanya pasti akan
diberikan oleh Allah!
Rasulullah saw. amat sayang kepadanya, dan sebagai telah kita sebutkan dulu, ia bukanlah hanya paman yang tercinta belaka ….
Tetapi juga saudara sesusu ….
Dan teman sepermainan …
Serta shahabat sepanjang masa ….
Dan teman sepermainan …
Serta shahabat sepanjang masa ….
Dan di saat-saat perpiaahan ini, tidak ada penghormatan yang lebih
utama yang ditemui Rasulullah untuk melepas kepergiannya daripada
menshalatkannya bersama-sama dengan seluruh syuhada, seorang demi
seorang ….
Demikianlah jasadnya dibawa ke tempat shalat di medan laga yang telah
menyaksikan kepahlawanan dan menampung darahnya, lalu diahalatkan oleh
Rasulullah bersama para shahabat. Kemudian dibawa lagi ke sana seorang
syahid lain dan diahalatkan oleh Rasulullah. Mayat itu diangkat tetapi
Hamzah dibiarkan ditempatnya, lalu dibawa lagi syahid ketiga dan
dibaringkan di dekat Hamzah dan diahalatkan pula oleh Rasulullah.
Begitulah para syuhada itu didatangkan, syahid demi syahid
sernentara, Rasulullah menshalatkan mereka seorang demi seorang, hingga
bila dihitung ada tujuhpuluh kali banyaknya Rasulullah menshalatkan
Hamzah waktu itu . . . .
Rasulullah pulang ke rumah meninggalkan medan peperangan. Di jalan
didengarnya wanita-wanita Bani Abdil Asyhal menangisi syuhada mereka.
Maka dengan amat santun dan sayang, sabdanya:
“Tetapi Hamzah, tak ada wanita yang menangisinya …!”
Hal ini kedengaran oleh Sa’ad bin Mu’adz, dan disangkanya Rasulullah
akan senang hatinya bila ada wanita yang menangisi pamannya, lalu
segeralah ia mendatangi wanita-wanita Bani Asyhal tali dan menyuruh
mereka agar menangisi Hamzah pula. Suruhan itu mereka lakukan, tetapi
demi Rasulullah mendengai tangis mereka, ia pergi menemui mereka
sabdanya:
“Bukan ini yang saya maksudkan …
Pulanglah kalian, semoga Allah memberi kalian rahmat, dan tak boleh menangis lagi setelah hari ini … ! “
Pulanglah kalian, semoga Allah memberi kalian rahmat, dan tak boleh menangis lagi setelah hari ini … ! “
Dan para penyair shahabat Rasulullah berlomba-lomba menggubah sya’ir
untuk meratapi Hamzah dan mengenangkan jasa-jasanya yang besar.
Berkatalah Hasaan bin Tsabit dalam qashidahnya yang panjang:
“Tinggalkan masa lalu yang penuh berhala
Ikuti jejak Hamzah yang bergelimang dengan pahala Penunggang kuda di medan laga
Bagaikan singa terluka di hutan belantara
Seorang warga Hasyim mencapai yang cemerlang Tampil ke medan laga membela kebenaran
Gugur sebagai syahid di medan pertempuran Di tangan Wahsyi pembunuh bayaran … ! “
Ikuti jejak Hamzah yang bergelimang dengan pahala Penunggang kuda di medan laga
Bagaikan singa terluka di hutan belantara
Seorang warga Hasyim mencapai yang cemerlang Tampil ke medan laga membela kebenaran
Gugur sebagai syahid di medan pertempuran Di tangan Wahsyi pembunuh bayaran … ! “
Dan dengarlah pula kata Abdullah bin Rawahah:
“Air mata mengalir tak ada hentinya
Walau ratap dan tangia tak ada artinya Bagimu wahai singa Allah kami tafakur
Sambil bertanya Hamzahkah yang gugur? Ujian telah menimpa kami hamba Allah
Begitu pula Muhammad Rasulullah
Dengan kepergianmu benteng musuh berantakan Dengan kepergianmu
tercapailah tujuan”
Walau ratap dan tangia tak ada artinya Bagimu wahai singa Allah kami tafakur
Sambil bertanya Hamzahkah yang gugur? Ujian telah menimpa kami hamba Allah
Begitu pula Muhammad Rasulullah
Dengan kepergianmu benteng musuh berantakan Dengan kepergianmu
tercapailah tujuan”
Dan berkatalah pula Shafiyah binti Abdul Mutthalib, yaitu bibi Rasulullah saw. dan saudara Hamzah:
“Ilahi Rabbi pemilik ‘arasy telah memanggilnyq datang Ke dalam
surga tempat hidup bersenang senang Memang itulah yang kita tunggu dan
selalu harapkan
Hingga di yaumul mahsyar Hamzah beroleh tempat yang lapang
Demi Allah, selama angin barat berhembus daku takkan lupa Baik di waktu bermukim maupun bepergian ke mana saja
Selalu berkabung dan menangiai Singa Allah Sang Pemuka
Pembela Islam terhadap setiap kafir orang angkara Sementara daku mengucapkan sya’ir, keluargaku sama berdo’a.
Semoga Allah memberimu balasan, wahai saudara, wahai pembela”.
Tetapi ratapan terbaik yang menharurnkan kenangan terhadap dirinya ialah kata-kata yang diucapkan oleh Rasulullah ketika berdiri di depan jasad Hamzah sewaktu dilihatnya berada di antara syuhada pertempuran itu, sabdanya:
Demi Allah, selama angin barat berhembus daku takkan lupa Baik di waktu bermukim maupun bepergian ke mana saja
Selalu berkabung dan menangiai Singa Allah Sang Pemuka
Pembela Islam terhadap setiap kafir orang angkara Sementara daku mengucapkan sya’ir, keluargaku sama berdo’a.
Semoga Allah memberimu balasan, wahai saudara, wahai pembela”.
Tetapi ratapan terbaik yang menharurnkan kenangan terhadap dirinya ialah kata-kata yang diucapkan oleh Rasulullah ketika berdiri di depan jasad Hamzah sewaktu dilihatnya berada di antara syuhada pertempuran itu, sabdanya:
“Melimpahlah atasmu Rahmat ar-Rahim
Akulah saksi bagimu di hadapan al-Hakim
Engkaulah pendekar penyambung silaturrahim
Berbuat kebaikan pembela yang di dhalim ….
Tak dapat kiranya disangkal, bahwa mushibah yang menimpa Nabi saw. diaebabkan gugur pamannya yang utama Hamzah amat besar sekali, hingga sebagai penghibur baginya amat sukarlah dapat ditemukan ….
Tetapi taqdir telah menyediakan bagi Rasulullah sebaikbaik hiburan.
Akulah saksi bagimu di hadapan al-Hakim
Engkaulah pendekar penyambung silaturrahim
Berbuat kebaikan pembela yang di dhalim ….
Tak dapat kiranya disangkal, bahwa mushibah yang menimpa Nabi saw. diaebabkan gugur pamannya yang utama Hamzah amat besar sekali, hingga sebagai penghibur baginya amat sukarlah dapat ditemukan ….
Tetapi taqdir telah menyediakan bagi Rasulullah sebaikbaik hiburan.
Dalam perjalanan pulang dari Uhud ke rumahnya, Rasulullah saw.
melewati seorang wanita warga Bani Dinar, yang dalam peperangan itu telah kehilangan bapak, suami dan saudaraya….
Ketika wanita itu melihat Kaum Muslimin pulang dari medan perang, ia
segera mendapatkan mereka dan menanyakan berita pertempuran. Maka
mereka sampaikan bela sungkawa atas gugurnya suami, bapak dan saudaranya
itu ….
Sambil mengeluh, kiranya wanita itu menanyakan:
“Bagaimana kabarnya Rasulullah …. ?”
“Baik, alhamdulillah beliau dalam keadaan yang anda inginkan”, ujar mereka.
“Bawa beliau ke sini hingga saya dapat melihatnya . . . katanya pula.
“Bagaimana kabarnya Rasulullah …. ?”
“Baik, alhamdulillah beliau dalam keadaan yang anda inginkan”, ujar mereka.
“Bawa beliau ke sini hingga saya dapat melihatnya . . . katanya pula.
Mereka pun tetap berdiri di samping wanita tersebut, hingga
Rasulullah saw. telah dekat kepada mereka. Maka demi tampak oleh wanita
itu, ia pun datang menghampiri Rasulullah, katanya:
“Apa pun mushibah yang menimpa asal tidak menimpa diri anda, soalnya enteng belaka
Memang……………………………………………
Itu adalah suatu hiburan yang terbaik dan paling kekal
Memang……………………………………………
Itu adalah suatu hiburan yang terbaik dan paling kekal
Dan mungkin Rasulullah saw. akan tersenyum menyaksikan periatiwa
iatimewa dan satu-satunya ini! Karena dalam dunia pengurbanan, kesetiaan
dan kecintaan, peristiwa itu tak ada bandingannya ….!
Seorang wanita . lemah dan miskin …. sekaligus telah kehilangan
bapak, suami dan saudaranya . . . , tetapi sambutannya terhadap perang
yang menyampaikan berita yang dapat menggoncangkau gunung-gunung itu,
hanyalah:
“Tetapi bagaimana kabarnya Rasulullah ……..
Sungguh, suatu peristiwa yang telah diatur corak dan waktunya oleh tangan taqdir secara baik dan tepat, guna disajikan sebagai penghibur alakadarnya bagi Rasulullah …. dalam menghadapi mushibah dengan gugurnya Singa Allah dan panglima para syuhada ….!
Sungguh, suatu peristiwa yang telah diatur corak dan waktunya oleh tangan taqdir secara baik dan tepat, guna disajikan sebagai penghibur alakadarnya bagi Rasulullah …. dalam menghadapi mushibah dengan gugurnya Singa Allah dan panglima para syuhada ….!
Kami semua kepunyaan Allah
Dan kepadanya kami kembali.
Dan kepadanya kami kembali.
0 comments:
Posting Komentar